4.Pindah

...Happy reading...

Pagi pun kembali datang angin sejuk bertiup beserta hawa dingin yang tertinggal karena sisa hujan semalam. Walaupun semalam terluka dengan perkataan dan juga tingkah suaminya, hari ini senyum tetap menghiasi wajah Hana.

Hana beserta ibunya dan juga Bibi yang biasanya membantu ibunya memasak, mereka sedang berkutat di dapur menyiapkan sarapan bersama supaya lebih cepat.

"Kamu hari ini mau kemana nak?" tanya ibu disela-sela memotong untuk membuat sop kesukaan putrinya.

"Gak kemana-mana kok Bu, Hana bakal di rumah temenin Ibu hari ini." balas Hana dengan senyumannya.

"Bagus kalau begitu, ibu tidak kesepian."

"Mana mungkin ibu kesepian, ada Bibi disini, serta Mbak Yanti dan ada mbak yang lain juga kan?"

"Iya juga ya."

"Aduh, Hana tinggal dulu ya, bisa-bisa Bang Adrian terlambat kerja karena belum dibangunin." Hana bangkit dan setengah berlari menaiki tangga menuju kamarnya

"Sepertinya Non Hana terlihat berbeda setelah menikah, Bu." Bibi memang sangat khawatir karena beberapa hari ini Hana terlihat begitu berbeda

"Berbeda gimana, perasaan dia baik-baik saja."

"Seperti berusaha menutupi sesuatu yang Saya juga tidak tau Bu."

"Jangan terlalu dipikirkan Hana itu bisa mengurusnya sendiri."

"Baik, Bu."

Ibu dan Bibi melanjutkan membuat sarapan hingga selesai serta menata makanan di meja makan, dan semua berkumpul di sana.

"Pak, Bu Hana sama Bang Adrian hari ini rencananya mau pindah ke Apartemen yang tidak terlalu jauh dari sini." Hana mulai membuka suara sontak saja ibu dan bapak menoleh melihatnya

"Loh kenapa tiba-tiba sekali? Kenapa tidak membicarakannya dulu dengan kami Nak" Ibu langsung melayangkan protes karena keputusan putrinya dan juga menantunya.

"Bu, Pak kami bukan anak kecil lagi, aku hanya mengikuti keinginan Bang Adrian tidak salahkan, bukankah Bapak bilang aku harus mematuhi semua permintaan suamiku," Hana sekilas melirik suaminya.

"Benar katamu, Nak. tidak mungkin kami melarang suamimu yang ingin membawamu pergi, karena kau sudah miliknya jadi suamimu lebih berhak." sela bapak menyetujui keputusan putrinya

Ibu menghela napas pelan, dia sebenarnya tidak rela jika Hana pergi secepat ini, pasti dirinya akan merasa sangat kesepian hanya bersama sang suami apalagi sekarang juga Yuna tidak tau ada dimana.

"Tidak apa bu, kalau Hana ada waktu tiap hari libur akan datang kesini jangan khawatir oke?"

"Baiklah sayang jaga dirimu disana baik-baik, turuti perintah suamimu"

"Iya Bu, jangan khawatir."

"Nak Adrian tolong jaga Hana ya, dia tidak biasa pergi jauh dari rumah."

"Iya Bu!"

"Jadi kapan kalian akan pindah?" tanya Bapak sebenarnya juga tidak sepenuhnya rela putrinya pergi secepat ini.

"Nanti sore, setelah Bang Adrian pulang kerja. Yakan bang?" jawab Hana lagi.

"Iya. Aku sudah selesai, aku berangkat dulu Pak, Bu." pamitnya seraya bangkit dan berjalan kearah pintu depan rumah.

"Aku antar Bang Adrian kedepan dulu ya." Hana bangkit menyusul suaminya karena melihat tatapan curiga kedua orang tuanya

"Bang!" Hana menghentikan langkah Adrian kemudian dengan cepat meraih tangan suaminya dan menyalami dengan takzim

"Setidaknya kita bisa terlihat baik-baik saja dihadapan kedua orang tuaku bukankah ini kesepakatan kita." proses Hana yang jengkel dengan sikap pria halalnya itu.

"Aku tidak tertarik dengan urusan keluargamu, urus saja keluargamu sendiri, aku tidak peduli." ucapnya dengan begitu enteng kemudian berlalu masuk kedalam mobil.

Hana mengeratkan rahangnya, benar-benar kesal dengan tingkah suaminya. "Hati-hati di jalan!" Hana sedikit berteriak seraya melambaikan tangan pada mobil yang sudah melaju, karena merasa ada yang mengawasi mereka

Aku berharap dengan kita tinggal bersama hatimu bisa luluh bang, aku tidak mau ada perpisahan di antara kita! gumamnya melihat kepergian suaminya.

"Hana Bapak mau berangkat juga, masuklah jelaskan semua pada ibumu dia pasti sedih dengan keputusanmu, Nak." pamitnya

"Baik Pak."

Hana berjalan masuk kedalam rumah mencari ibu, ia menceritakan banyak hal pada ibu bahwa ini merupakan keputusan suaminya, ini hal lumrah terjadi pada anak gadisnya yang statusnya sudah berganti menjadi seorang istri. jadi ibu tidak usah bersedih.

Berakhir dengan mereka berpelukan hangat dari ibu yang nanti akan sangat dirindukan oleh Hana.

Walaupun bersedih tidak rela Ibu tetap harus bisa melepas putrinya yang sudah menjadi milik suaminya yang lebih berhak.

...***...

Akhirnya Hana bisa pindah setelah hampir seminggu pernikahannya dengan Adrian

Ya mereka pindah ke sebuah apartemen yang tidak terlalu mewah, Hana pun tidak perlu yang mewah hanya ingin hidup terpisah setidaknya kekacauan rumah tangganya tidak diketahui siapapun.

"Ini tempat tinggalmu dari sekarang, ini kamarmu, dapur dan yang lainnya kau melihatnya sendiri." Adrian terlihat malas menjelaskan hal yang tidak penting seperti itu.

"Baik."

"Ini kunci rumah, aku akan pergi kau tidak perlu memasak untukku, urus saja urusanmu sendiri, jangan mencampuri urusanku, ingat kau hanya Istri Sebatas Status saja." Adrian menekankan setiap perkataannya agar Hana sadar dan juga tidak terlalu menganggu ketenangan dirinya.

"Dan satu lagi jangan pernah masuk kedalam kamarku, paham!"

"Iya." Hana hanya diam melihat punggung suaminya hilang di balik pintu, ini sudah senja tapi entah kemana perginya. Hana menatap sendu pintu yang sudah tertutup.

Adrian benar-benar meninggalkan dirinya  sendiri disini yang terasa begitu sepi, sunyi. Hana masuk kedalam kamar dengan menyeret serta kopernya bersamanya.

Hana menghela napas mengisi rongga napasnya dengan rakus, kamarnya memang tidak terlalu besar tapi cukup untuk dirinya sendiri.

Setidaknya tempat ini akan mengurangi kecurigaan ibu dan Bapak tentang hubungan kami yang bermasalah

Walau tidak tega meninggalkan kedua orang tuanya Hana harus melakukan hal ini jika orang tuanya tau bisa berakibat buruk pada kesehatan mereka.

Hana membereskan semuanya isi kopernya dan beberapa buku yang tadi juga dibawa untuk menghibur saat waktu luang.

Setelah semua selesai Hana  bertepatan dengan suara azan maghrib ia memilih shalat tiga rakaat sebagai kewajibannya sebagai seorang hamba-Nya dilanjutkan dengan melantunkan ayat suci Al-Quran tidak lupa memanjatkan do'a kepada Sang Pencipta untuk kebaikan semua.

Hana menyelesaikan do'anya saat mendengar pintu terbuka, buru-buru bangkit menghampiri suaminya.

"Bang Adrian sudah pulang?" tanya Hana tapi Adrian tidak menjawab dan berlalu dari hadapan Hana.

Kenapa dia tambah dingin seperti itu. Hana yang kebingungan memilih kedapur memasak makanan sederhana untuk dirinya sendiri mengisi perutnya sendiri yang sudah terasa lapar.

Masakannya teramat sederhana hanya telur dadar karena hanya ada telur didalam kulkas.

Ingin mengajak suaminya makan tapi Adrian tidak kunjung keluar dari kamarnya.

Hana merebahkan tubuhnya pada tempat tidur detelah usai mengerjakan shalat 'Isya empat raka'at. Pandangannya tertuju pada langit-langit kamarnya, entah kenapa rasanya sangat menarik perhatiannya.

"Kami tinggal di bawah atap yang sama tapi tidur di kamar yang berbeda bagaimana caranya aku bicara dengannya? aduh bagaimana ini?"

Semoga dengan kami berdua di sini makin tercipta cinta yang akan terus membuat kami bersama. Hana meyakinkan diri bahwa ia bisa merebut hati suaminya dengan bersungguh-sungguh.

Hana mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti mengepel dan juga bersih-bersih dengan senyum gembira dan bersemangat tinggal disini membuat dirinya lebih leluasa dalam hal apapun  termasuk merebut hati suaminya nanti. Membayangkannya membuat Hana malu sendiri.

Tapi dia tidak punya pengalaman dalam hal ini. Bagaimana ini!

...*****...

Terpopuler

Comments

erenn_na

erenn_na

sabar ya Hana,

2023-06-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!