Menjadi Istri Sebatas Status

Menjadi Istri Sebatas Status

1. Sesal

Hy Reader semua ini karya baru Author ya seri kedua dari novel My Perfect Husband (Yusuf dan Yuna). Kisah ini tentang Hana ya adiknya Yuna. Tentu tidak asing dengan sosoknya kan? Sebenarnya Author juga lupa nama asli Hana jadi dibuat ulang ya.

...Happy reading ...

Setelah hari yang melelahkan Hana dan suaminya kembali pulang kerumah orang tua Hana, yang tidak jauh dari gedung pernikahan.

Malam pun menjelang diluar sudah gelap, Hana sedang berada dikamar pengantinnya, duduk di tepi tempat tidur menunggu kedatangan suaminya. Ia sudah memakai pakaian yang biasa oleh digunakan wanita untuk menyenangkan suaminya hanya saja ditutupi oleh handuk kimono, Adrian masih dalam kamar mandi  membersihkan diri sementara Hana duduk tertunduk dengan memainkan tangannya gugup.

Pintu kamar mandi terbuka otomatis Hana pun melihat Adrian yang terlihat begitu menggoda membuat dia seakan terpana menikmati ketampanannya.

"Bang kamu mau kemana?" tanya Hana karena suaminya berjalan kearah sofa bukan pada dirinya.

"Mau tidur." ucapnya merebahkan diri diatas sofa mengambil ponsel dan mengotak-ngatik tanpa menoleh sedikitpun padanya.

"Kenapa kamu tidur disana?" Hana bingung karena tempat tidur ini lebih dari cukup untuk mereka berdua.

"Ya mau tidur memang mau apa lagi." ucap Adrian agak ketus masih memainkan jemarinya di ponselnya.

"Tapi kan kamu bisa tidur disini juga, bangun bang?" Hana berjalan kearahnya menarik tangannya untuk bangkit dan tidur bersamanya

"Apaan sih Hana?" Balasnya malas bahkan menyentak tangan Hana yang membuatnya terhuyung kebelakang.

"Kata ibu pengantin baru akan menghabiskan waktu malam pertamanya 'kan." ucap Hana  gemetar, ia tertunduk mengigit bibirnya sendiri menyembunyikan kegundahannya. Kenapa bang Ian begitu kasar padaku?

"Kamu dibohongi aja percaya, tidur sana." ucap Adrian setengah membentak lalu tidur di sofa membalikkan tubuhnya membelakangi Hana.

Dibohongi? Kenapa bang Ian bicara kasar sekali bahkan tidak ada senyum yang biasanya ia tunjukkan padaku. Hana meremas ujung baju yang digunakannya. mungkin bang Ian belum terbiasa. pikirnya.

"Bang kamu gak mau menyentuhku." pertanyaan itu lolos dari bibir Hana dengan tertunduk kembali duduk ditepi tempat tidur menunggu suaminya mendatangi dirinya.

"Sudahlah aku tidak akan pernah menyentuhmu, tidurlah dan berpakaian begitu pendek apa tidak ada baju lain?" kesalnya tidak menoleh lagi hatinya terasa jengkel.

"Aku jijik padamu, bagaimana aku bisa menyentuh mu." gerutunya jengkel dengan tingkah Hana yang membosankan. Tapi Hana mendengar perkataannya  dengan sangat jelas yang membuat hatinya amat terluka.

"Tidak pernah, jijik?" lirihnya tertawa hambar dengan air mata sudah membasahi pipi dan dagunya. Jika benar Adrian tidak menyukai dirinya, kenapa mereka menikah? Kenapa harus menghinanya seperti ini?sebenarnya untuk apa pernikahan ini terjadi?

"Cobaan apa ini Ya Allah hingga suamiku jijik padaku!" gumam Hana dalam hati, dadanya begitu terasa sesak, air mata mengalir tanpa suara, ia  membungkus tubuhnya dengan selimut, ia merasa sangat malu karena ingin memberi tubuhnya pada pria seperti suaminya itu.

Hana berjalan kearah lemari mengambil baju ganti dan masuk kedalam kamar mandi, terduduk disana hingga tangisnya tumpah ruah, ia menutup mulutnya agar isak tangisnya tidak terdengar. Dadanya benar-benar terasa sesak menahan sakit di dalam sana.

Setelah puas menumpahkan tangisnya Hana berganti pakaian, dan kembali kekamar dengan pakaian lengkap menutup auratnya, perlahan Hana berjalan kearah tempat tidur, sekilas ia melihat Adrian yang tertidur pulas. Hana pun merebahkan diri di tempat tidur membelakangi Adrian yang tidur di sofa, tanpa sadar air matanya kembali menetes.

Kenapa, kenapa semua terjadi padaku! pria yang menikahiku bahkan tidak menginginkanku!

Hana mengigit bibir bawahnya sendiri menahan suara tangisan yang terasa begitu menyakitkan.

"Apa ini memang jalanku dibenci oleh suamiku sendiri?" tanyanya tanpa menemukan jawaban apapun. malam tambah pekat karena tidak bisa tertidur Hana menuju balkon untuk menghilangkan sesak di dada.

Melihat bintang yang bertaburan menghiasi langit malam menjadi pemenang tersendiri baginya, senyumnya terbit walau air mata terus membasahi pipinya.

Allah memberi rasa sakit tentu ada obatnya, Terima kasih Ya Allah, mengurangi rasa sakitku.

Hana tertunduk seraya menghapus sisa air mata mencoba menguatkan diri sendiri. Hingga pandangannya tertuju pada sebuah mobil yang berhenti tak jauh dari rumahnya.

Samar terlihat bayangan lelaki melihat kearahnya, membuat jantung Hana berdetak hebat saat pandangan mereka bertemu.

"Bukankah dia!" Hana menyengit heran untuk apa lelaki itu disini? membuang prasangka buruk Hana kembali masuk kedalam kamar dan menutup jendela. Lebih baik dia tidur saja dari pada melihat pria itu lagi.

...****...

Keesokan harinya Hana terbiasa bangun lebih awal, ia langsung membersihkan diri dan mendirikan shalat dua rakaat sebelum subuh.

Hingga Azan Subuh berkumandang, Hana bangkit dari sejadah dan menghampiri suaminya yang masih tertidur.

"Bang Adri, bangun itu azan subuh sudah berkumandang, kita shalat dulu ya!"ucapnya lembut.

Adrian tidak bergeming masih setia terpejam, membuat Hana memberanikan diri menyentuh bahunya dan mengguncangkannya.

"Bangun, bang nanti kau bisa tidur lagi!" tuntut Hana tetap ingin dia bangun.

"Berisik sekali, pergilah sana! jangan ganggu aku!" bentaknya kesal tapi tidak membuat nyali Hana menciut.

"Bangun dulu, aku tidak akan menganggumu lagi nanti, kita shalat subuh dulu!"

"Diam, aku bilang diam!"bentak menepis tangan Hana begitu saja. Adrian tidak peduli dengan apapun kembali melanjutkan tidurnya.

Hana beringsut mundur, ia memilih melaksanakan shalat seorang diri karena dia sudah membangunkan Adrian tapi ia tidak mau bangun malah memarahi dirinya dengan kasar.

...***...

Hana menuruni tangga tercium aroma makanan kesukaannya ia tau itu pasti masakan sang ibu, ia segera menghampiri ibunya yang sedang mengaduk masakan diatas kompor.

"Bu,ada yang bisa Hana bantu?" tanyanya melihat banyak bahan makanan yang belum terpotong.

"Tumben Han, biasanya gak suka sama masak. Biasa males-malesan dikamar jam segini." ledek ibu Hana terus mengaduk masakan diatas kompor.

"Hana kan baru nikah wajar kalau mau belajar masak, Hana bantu  potong sayuran aja ya?" Kilahnya padahal yang sebenarnya ingin menghindari Adrian yang masih tidur dikamar.

"Kok udah rapi aja kamu Han, jam segini mau  kemana? biasanya kamu pakai baju pendek dirumah." kata ibunya melihat Hana menutup auratnya bahkan memakai kaos kaki yang hanya dipakai jika ada tamu atau saat keluar rumah.

Ya walaupun berhijab tapi jika dirumah tidak ada salahnya memakai pakaian pendek bukan?

"Itu, Hana ada janji sama teman." bohongnya padahal dirinya ingin masuk kuliah hari ini dari pada dirumah, nanti ibunya pasti bertanya tentang banyak hal.

"Teman yang mana?"

"Itu  yang namanya Riska tau kan bu, yang rumahnya didepan warung makan itu." ujarnya terus memotong sayuran tanpa melihat kearah ibunya

Ibunya mengangguk paham membantu Hana memotong sayuran dalam diam.

"Oh ya bu kenapa kakak gak nginap disini semalam?" tanyanya membuyarkan kesunyian beberapa saat

"Katanya mereka iri lihat kalian romantis sekali, jadi mereka mau berduaan seperti pengantin baru juga." Jawab ibunya senyum senyum sendiri mengingat kebahagiaan putri angkatnya.

"Kak Yusuf memang romantis banget ya." tambah Hana tertawa kecil, karena memang sejak kakaknya menikah dengan kak Yusuf menjadi lebih ceria dari sebelumnya bersikap dingin.

"Iya, nanti Adrian bakal seromastis itu juga  pada kamu." goda ibunya membuat Hana tersenyum gentir.

"Iya bu." ucapnya ragu dan melihat ibunya mulai memasak lagi, ia merasa amat bersalah pada keluarganya, Adrian adalah pilihannya tapi dia juga yang disesali seumur  hidup oleh Hana. Tapi ia sadar ini bukan saatnya menyesal, Adrian tidak akan menceraikan dalam waktu dekat jadi dirinya harus berjuang kan?

"Hana, kenapa melamun?" Mengusap sayang bahu anaknya.

"Eh, gak ada Bu, Hana lupa bangunin Bang Ian tadi." ucap Hana seraya menepuk jidatnya dan mengalihkan pembicaraan agar ibunya tidak terus bertanya tentang dirinya.

"Jangan lupa turun sarapan hampir siap!" Seru ibunya saat Hana sudah menaiki beberapa anak tangga.

"Iya!" Hana berjalan cepat menuju kamarnya, saat sampai di depan pintu kamar, Hana merasa  ragu-ragu membuka hadle pintu, beberapa kali ia menimang akhirnya memilih membuka pintu perlahan.

Adrian sepertinya sudah bangun karena tidak ada lagi disofa, mungkin dia berada dikamar mandi tapi tidak terdengar suara air, Hana mengetuk beberapa kali.

"Jika kau sudah selesai mandi, turunlah untuk sarapan bersama." ucap Hana tapi tidak ada jawaban dari dalam, Hana pun memilih keluar dari kamar dan berjalan kearah halaman belakang menunggu Adrian keluar

Hana melihat halaman yang sering dirawat oleh ibunya nampak indah dari lantai atas seperti ini.

Tiba-tiba pikirannya melayang memikirkan pria yang kemarin mencuri perhatiannya entah kenapa Hana melihat kesedihan yang begitu jelas dimatanya.

Hufthh.... Hana menghela napas mengisi rongga napasnya dengan begitu rakus, sepertinya ada sesuatu yang sangat menganggu dirinya.

Apa lelaki itu serius dengan ucapannya? Hana menggeleng cepat menepis bayangannya. Lagipun dirinya sekarang dirinya adalah wanita yang sudah bersuami untuk apa terlalu memikirkan pria yang baru diketahui bernama Reynard

Berhentilah Hana kau benar-benar gila karena terus memikirkan pria itu! gumam Hana dalam hati

...****...

Terpopuler

Comments

Berbieliza

Berbieliza

semngt

2024-02-17

0

Meri the dracula

Meri the dracula

mirip suami suami indosiar

2023-07-10

1

Fitriyana Restu fadila

Fitriyana Restu fadila

Semangat kak.
Bikin Hana semangat juga ya 😊

2023-06-19

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!