III

Zoya sudah berada di Student's Hostel di kampusnya. Student's Hostel adalah sejenis losmen yang menawarkan tarif lebih murah dibandingkan apartemen. Pikir Zoya memilih Student's Hostel ini lebih baik dibandingan tinggal di apartemen, lebih tepatnya hemat biaya. Lebih baik uangnya disimpan untuk membeli makanan.

Bunda is calling ...

"Halo. Assalamualaikum, Zoy."

"Waalaikumsalam, Bun, apa kabar? sehatkan?" Sambil membuka sepatu boot lalu di letakkan di tempat rak sepatu.

"Baik, Zoya, ada Bunda mah beres semuanya," ucap Reina bangga sambil tertawa.

"Alhamdulillah kalau gitu. Ini Zoy baru saja sampai di hostel." Syukur Zoya dalam hati karena keadaan di rumah baik-baik saja.

"Hari ini cukup melelahkan, Bun," jawab Zoya sambil membaringkan badan ke tempat tidur.

"Sudah makan, Zoy?" tanya Reina.

"Sudah, Bun, tapi ini Zoya lapar lagi. Hahaha."

"Kamu enggak heran Zoya, selera makannya tanpa batas," jawab Reina dengan nada mengejek.

"Bagus dong, Bun, biar aku sehat terus. O, ya, Ayah sama Adik, dimana, Bun?" tanya Zoya karena sangat merindukan kepada mereka.

"Adik lagi tidur, Ayah juga lagi tidur," jawab Reina dengan kesal.

"Yaudah, enggak apa-apa, mereka sedang capek, Bun."

"Nanti uangnya Bunda transfer, ya."

"Ya, Bun, tapi uangnya masih ada kok."

"Yaudah, Bunda tutup teleponnya. Jaga kesehatan kamu, Nak," ujar Reina menasihati.

"Ya, Assalamualaikum."

TUT TUT TUT

"Lah, sudah putus saja ini sambungannya," decak Zoya mengingat tingkah Reina.

°°°

Zoya bergegas membersihkan diri. Setelah beberapa menit, Zoya memutuskan untuk membuat pie andalannya. Ketika masih SMA, Zoya sering membuat pie lalu ia bawa ke sekolah dan dalam hitungan detik sudah habis tak tersisa, malahan teman Zoya menyuruhnya untuk membawakan lagi. Apakah sebegitu lezat pie buatan Zoya?

"Aku membuat pie saja, deh," ucap Zoya berbicara kepada dirinya sendiri sambil bergerak ke dapur.

"Mana nih tepungnya, ya?" Sambil mencari-cari bahan-bahan yang lain.

"O, ini dia, terus telur ... tepung ...."

"Nah, sudah lengkap, deh," ujar Zoya sambil memperhatikan kembali bahan-bahan.

"Saatnya beraksi Nona Zoya Resa Humaira," ujar Zoya sambil mengambil celemek di sudut.

"Bisa menjadi koki juga ini, koki untuk suami aku nanti. Hahaha," ucap Zoya ngawur.

"Zoya ... Zoya. Makin enggak waras kau, ya."

"Eh, tapi kan emang kenyataan, nanti kan aku menjadi koki untuk sang suami tercinta."

"Tapi siapa, ya, orang beruntung itu yang akan mendapatkan Zoya yang manis ini?"

Monolog Zoya sambil membuat adonan.

"Tunjukanlah jalan nya, ya, Allah."

"Bismillah."

"Semangat."

Tak terasa, pie andalan buatan Zoya telah jadi ala kadarnya.

"Lumayanlah, lumayan untuk dimakan. Hahaha."

"Jadi teringat Zahra pun, dia kan suka kali sama pie ini."

"Duh, Dik, rindu kakak mu ini," ucap Zoya mengingat Zahra.

Zoya pun punya ide untuk mengerjai adiknya Zahra.

°°°

Kazoy is calling ...

"Lama kali, Dik mengangkatnya," semprot Zoya kepada Zahra.

"Lagi tidur, Kak," ucap Zahra setengah sadar.

"Oh, begitu, ya. Yaudah, deh kalau mengganggu," rajuk Zoya berpura-pura sedih, sedangkan Zahra mengangguk padahal mereka hanya berteleponan tidak video call.

Zahra sadar bahwa Zoya sedang merajuk. "Eh, begitu saja pun merajuk kau," ejek Zahra.

"Kakak, tutup, ya," ucap Zoya sambil menutup panggilan.

TUT TUT TUT

Zahra langsung balik ke alam mimpinya. Sekitar 15 menit, Zoya kembali menelepon Zahra.

Kazoy is calling ...

"Ap- apasi"

Sambungan terputus dan Zahra belum sempat menjawab.

"Dasar Zoyaaaaaaaa, untung kakak kandung, kalau enggak, ya, berarti kakak tiri," jerit Zahra membuat bantal guling menjadi sasarannya.

Kazoy send a picture

"Pasti masam mukanya Zahra gara-gara pie terenak buatan Zoya. Hahaha," kekeh Zoya membayangkan muka Zahra yang cemberut.

°°°

"Bunda, kak Zoya ini, ah," teriak Zahra dari dalam kamar.

"Apasih Zahra? bising tahu enggak?" tanya Reina sambil berlari kecil ke kamar.

"Enggak tahu, Adik," ucap Zahra jutek.

"Anak ini, ya, sudah sore ini bangun, mandi, dan salat." Omelan Reina seperti ledakan mercon.

"Buatkan pie, ya, Bun. Zahra mohon. Jangan salahin Adik, gara-gara kak Zoya ini. Dia itu is, ah, ribet deh ngomongnya, buatkan Adik pie, ya, Bun," Pinta Zahra sambil memasang wajah memelas.

"Enggak!" seru Reina sambil keluar kamar.

"Singkat kali menjawabnya, kayak cowok dingin di novel. Hahaha."

Zahra pun tersentak, dia teringat kalau Reina kurang pandai dalam hal buat pie, apalagi seperti buatan Zoya, sangat berbeda rasanya. Kalau kata Zoya, dia membuatnya dengan hati dan sentuhan tangan, kalau Reina membuatnya dengan omelan. Setiap Reina membuat pie, Reina terus saja mengomel ini dan itu karena untuk bertanya tahap-tahap dalam pembuatan pie agar rasanya biar sama persis seperti yang dibuat Zoya, tetapi tetap hasilnya tidak selezat buatan Zoya.

"Kualat kau Zoya, kau ngerjain aku, ya. Awas saja nanti. Awaslah, yang penting awas saja," sungut Zahra.

"Kakak, nyebelin," jerit Zahra, tetapi terhenti karena Bima datang yang mana adalah ayah dari Zoya dan Zahra.

"Dik, tahu enggak?" tanya Bima.

"Tempe."

Bima mengernyit bingung. "Kok tempe?" tanya Bima bingung.

"Yah, Ayah kan tanya tahu enggak?" tanya Zahra dengan memanyunkan bibirnya.

"Jadi, aku jawab tempe. Adik kan lebih suka tempe, Yah."

"Dik ... Dik, masih tidur, ya?"

"Ayah itu tanya sama kamu, Nak, tahu bukan tahu (makanan). Adik, tahu enggak apa yang mau Ayah bilang," ujar Bima gemas sambil menyentil dahi Zahra.

Zahra meringis memegang dahinya, "Maaf deh, Yah."

"Eh, tapi mana Adik tahu, Ayah kan belum tell me what you want to say."

"Diam deh, Dik. Ini mau Ayah bilang."

"Tahu enggak cara membuat pie?"

"Enggak," ketus Zahra berjalan keluar kamar untuk mandi.

"Tuh, Anak kenapa, ya?" tanya Bima kepada dirinya sendiri.

"Masih di alam mimpi kali si Adik," ucap Bima keluar dari kamar Zahra.

°°°

"Bun, masak apa kamu?" tanya Bima kepada Reina.

"Kamu mau apa, Yah?" tanya Reina balik.

"Mau soto ayam."

"O, yaudah," jawab Reina cuek.

"Yaudah? yaudah apanya?"

"Yaudah, besok-besok aku buatnya," canda Reina.

"Enggak lucu," desis Bima menggeleng kepala.

"Emang bukan pelawak. Hahaha." Reina tertawa sambil memukul bahu Bima.

"Yaudah," jawab Bima cuek sambil meninggalkan dapur.

"Yaudah apa, Yah?" teriak Reina.

"Yaudah saja," balas Bima teriak juga.

°°°

Malam pun telah tiba, setelah menunaikan ibadah salat Magrib, Zahra pergi ke kamar. Sekitar 10 menit, Zahra dipanggil oleh Bima.

"Dik, bantuin sini," teriak Bima dari ruang tamu.

"Ya, Yah. Ada apa?" Sambil turun dari tangga menghampiri Bima.

"Ini dulu coba kamu cek kan, takut Ayah silap." Sambil menyodorkan map dokumen yang berisi data mahasiswa.

"Sekarang?" tanya Zahra.

"Ya," jawab Bima sambil mengunyah keripik pisang.

"Ta- tapi"

Belum sempat Zahra menyelesaikan ucapannya, Bima langsung menyela.

"Enggak perlu tapi-tapian, deh, Dik. Kerja tuh harus iklas dari lubuk hati yang paling dalam, sedalam cinta Ayah ke Bunda," jawab Bima asal sambil mengunyah kembali.

Zahra membelalakan matanya seakan ucapan Bima adalah sebuah tragedi. Bima adalah tipikal yang humoris, tetapi kurang menurunkan sifatnya kepada anak-anaknya.

"Ya, ya, Yah."

"Emang Adik mau ngomong apa?" tanya Bima penasaran.

"Serius loh ini, Yah, antara hidup dan mati Zahra," ucap Zahra dengan nada serius sambil mengunyah keripik pisang.

"Apa emangnya?" tanya Bima tegas.

"Oke tapi Ayah jangan marah, ya. Janji." Sambil menyodorkan kelingkingnya ke Bima.

"Ada apa Zahra Stella Humaira?" tanya Bima dengan menekan setiap nama Zahra.

"Sebenarnya tuh ... itu, Yah ... Zahra sudah ..."

"Sudah apa kamu, Dik?" sela Bima cepat dengan raut wajah yang tidak dapat dijelaskan.

"Adik, sudah ..." ucap Zahra terpotong-potong yang membuat Ayah terlihat emosi.

"Enggak tahan mau pie, Yah. Ayo kita beli atau membuatnya, deh. Bunda enggak mau membuatnya, Yah. Ya, ya, ya," ucap Zahra yang membuat Bima menghela napas.

"Yaudah, nanti Ayah belikan. Adik, urus filenya, ya," jawab Bima lega karena Bima sudah berpikir yang tidak harus dipikirkan.

"Yes, akhirnya makan pie," teriak Zahra kegirangan.

"Bunda pesan satu bungkus sate padang, ya," ucap Reina masuk ke dalam pembicaraan. Entah sejak kapan Reina sudah duduk di sofa.

"Apa lagi ini biar Ayah langsung beli?" tanya Bima bangkit dari sofa.

"Martabak mesir enak tuh, Yah." Zahra tersenyum misterius.

"Yaudah. Ayah pergi dulu," pamit Zahra mengambil kunci mobil meja samping sofa.

"Enggak makan malam dulu ni, Yah?" tanya Reina karena mereka semua belum makan.

"Zahra nunggu Ayah, ya, Zahra juga masih belum lapar."

"Yaudah, kalau gitu, nanti pulang Ayah baru kita makan, lagian juga enggak jauh membelinya."

Ayah mengangguk.

"Oke, Ayah pergi dulu," ucap Bima keluar dari rumah.

Zahra pun segera melanjutkan mengecek dokumen mahasiswa Bima. Bima adalah seorang Dosen Swasta di Medan jurusan Ilmu Komputer. Bima cukup populer di kampusnya karena memiliki selera humor yang baik dan juga tak lupa akan ketampanan Bima.Zahra pernah ikut ke kampus bersama Bima, belum terlalu lama menginjakkan kaki di kampus tersebut, sudah banyak sapaan yang menurut Zahra adalah api dibalik air. Zoya sangat muak melihat itu. Zahra tidak bisa membayangkan bagaimana keluarganya jika Bima mempunyai wanita lain.

Akhirnya sekitar 30 menit, Bima sampai ke rumah dengan menenteng beberapa bungkus makanan.

"Nih, makanannya," kata Bima sambil meletakkan di meja makan.

Zahra langsung membuka martabak mesir dan meletakkan di piring, dengan segera Zahra memotret untuk dikirimkan kepada Zoya.

"Hahaha. Malam ini enggak akan kubiarkan kau lepas, Zoya," batin Zahra dengan menyeringai licik.

Zahra sends a picture

Note :

Zahra Stella Humaira (19 thn/ adik Zoy)

- Kuliah bisnis di Medan

Reina Rein (Bunda Zoya & Zahra)

- Punya toko kue

M. Bima Satya (Ayah Zoya & Zahra)

- Seorang Dosen di kampus Swasta Medan

Terpopuler

Comments

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

up yg banyak kak... ❤️❤️❤️

ijin promo 😀

jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🎉🎉🎉

kisah cinta beda agama 🍦🍦🍦


jgn lupa tinggalkan jejak ya 🍦🍦🍦

2020-10-18

0

Risfa

Risfa

ijin Boom like dulu ya ka 🙏

2020-10-07

0

Boru Tanjung

Boru Tanjung

like lagi

2020-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!