Nanyang Technological University, Singapura.
"Anyone to ask about this material?" tanya dosen kepada semua mahasiswa yang berada di kelas.
"No, Mr."
"I already understand Mr," jawab seluruh mahasiswa kecuali Zoya yang asyik melamun.
"How about you Zoya?" panggil dosen kepada Zoya.
"Zoya," panggilnya lagi.
"Hey, you girl, listen to Mr. Anggara," bisik teman Zoya.
"Zoya Resa Humaira," panggil Mr. Anggara sekali lagi.
"Oh, yes Mr," jawab Zoya gelagapan sambil berdiri.
"Sorry Mr. Did I make a mistake?" tanya Zoya waswas sambil memilin ujung kemejanya.
"Of course you did," jawab Mr Anggara tegas dan menatap tajam ke arah Zoya.
"Time's up, thanks for today class," pamit Mr. Anggara sambil berjalan ke luar kelas.
"What are you thinking, Zoy?" tanya temannya.
"I don't know," jawab Zoya sekiranya.
"Are you okay?" tanya Sean cemas melihat keadaan Zoya.
"I don't really okay."
"Better you take a break or you have to eat some your liked food," papar Sean kepada Zoya.
"Thanks Sean," ucap Zoya tersenyum.
"I must go on, bye."
"Okay, bye."
°°°
Zoya pergi untuk menemui Mr. Anggara di ruangan yang telah disediakan untuk para dosen.
TOK TOK TOK
"Excuse me, Mr," ucap Zoya dengan hati-hati sambil mengetuk pintu.
"Oh, Zoya. Silahkan masuk." Mr. Anggara mempersilahkan Zoya masuk.
"Pak, saya memohon maaf karena kesalahan saya di kelas Bapak tadi," ujar Zoya penuh penyesalan sambil menunduk hormat.
"Saya tahu kamu tadi sedang tidak berada di kelas saya," tukas seorang pria bermata tajam tersebut.
"Jika kamu ada masalah cepat diselesaikan, tidak baik berlarut-larut dalam masalah," lanjutnya lagi.
Zoy tercengang. "Sok tahu banget nih, dosen," pekik Zoya dalam hati.
"Jangan membicarakan orang Zoya, enggak baik, apalagi Dosen kamu sendiri."
"DOSA," sembur Mr. Anggara menohok.
"Iya, Pak, maaf sekali lagi."
"Kamu minta maaf untuk bagian yang mana?" tanya Mr. Anggara yang membuat Zoya mengernyit kebingungan.
Ketika Zoya ingin membuka suara untuk bertanya, Mr. Anggara menyuruhnya untuk keluar dari ruangan.
"Oke, saya maafkan. Silahkan keluar," selanya tanpa melihat raut kekesalan Zoya.
"Iya, Pak, sekali lagi saya minta maaf dan terima kasih," pamit Zoya sambil berjalan keluar.
Ketika hendak menutup pintu, suara Mr. Anggara kembali terdengar.
"Zoya, jangan lupa untuk salat," Ucap Mr. Anggara tanda menoleh ke Zoya.
°°°
To Zeze : Ze
To Zoya : Wht girl?
Sekitar 10 menit, Zeze menelepon Zoya.
Zeze is calling ...
"Ada apa, Zoy?" tanya Zeze langsung.
"Nothing."
"Dimana kamu?"
"Di kafe biasa."
°°°
Zoya memilih bangku di paling ujung dekat jendela dan memesan minuman. Zoya termenung memikirkan kisah cintanya.
"Harus apa, ya? Kenapa belum bisa juga melupakan, padahal sudah lebih 3 tahun di tambah enggak pernah jumpa," ucap Zoya tanpa sadar.
"Apa kabar ya dia? Eh, umurnya sudah 24 tahun. Wah, sudah punya anak kali, ya, pasti cakep-cakep, tuh." Monolog Zoya sambil membayangkan seseorang yang dia suka.
"Ya Allah, miris kali kisah cinta aku," kata Zoya sambil menelungkupkan wajah ke meja kafe.
"Kalau punya kantong ajaib kayak Doraemon, enak juga, ya, aku buat di tahu perasaanku terus dalam sehari kami menghabiskan waktu bersama lalu hari berikutnya aku buat dia enggak ingat sama sekali tentang kejadian yang dialaminya, enggak masalah kalau aku aja yang mengingat momennya. Kalau dia jodohku pasti dia akan ingat," ucap Zoya sambil mengkhayal-khayal dan tertawa hambar.
Tanpa sadar Zeze sudah berada tepat di belakang Zoya dan mendengar semua yang dibicarakan Zoya sambil bergeleng-geleng kepala.
"Zoya, kita pergi ke Psikolog, yuk," ucap Zeze sambil duduk disamping Zoya.
"Eh, dari kapan kamu sudah di sini?" kata Zoya tersentak mendengar suara Zeze dan memukul lengan Zeze.
"Astagfirullah sakit woi, kamu kira ini bantal tidur kamu yang warna kotoran manusia itu," dengus Zeze melotot kesal sambil memegang lengannya.
"Enak saja kamu bilang kayak warna kotoran manusia, warna cerah dan bagus dibilang gitu," sembur Zoya dengan wajah masam karena Zeze mengejek warna kesukaannya yaitu kuning.
"Tapi enggak secerah hati kamu," kata Zeze sambil mencolek dagu Zoya.
"Yuk."
"Mau kemana?" tanya Zoya heran.
"Ke ahli Psikolog," ucap Zeze santai.
Zoya tercengang atas perkataan Zeze. "Hah?"
"Yuk," ajaknya sambil menarik tangan Zoya.
"Hah?" Zoya memasang wajah kebingungan.
"Duh! Zoya lengkap deh, ya, penderitaan kamu, kisah cinta miris, kejiwaan terganggu dan goblok nya di waktu yang enggak tepat," kata Zeze tanpa rasa penyesalan.
"Suka kamu saja, kamu kan selalu menang untuk hal yang begini," jawab Zoya dengan malas.
"Hahaha. Sorry deh, pasti berulang."
'Sudah salat belum?"
"Belum," jawab Zoya sambil melihat jam di pergelangan tangannya.
"Aku salat dulu, ya. Titip barang aku," ujar Zoya sambil berjalan cepat.
"Hmm," gumam Zeze sambil makan makanan yang telah dipesan.
°°°
Zoya berlari menuju ruangan ibadah untuk mengejar waktu, padahal kan kurang baik, apalagi waktunya sudah mau habis, tetapi tidak masalah jika masih ada kemauan dan juga karena sebelumnya Zoya masih ada kelas.
BRUK
Zoya terlonjak kaget saat ada seseorang yang menabraknya hingga terjatuh dan membuatnya terduduk di lantai.
"Sorry, Sir," ucap Zoya tanpa melihat siapa yang ditabraknya karena berusaha untuk bangkit karena terjatuh.
"Dia yang menabrak, aku yang terjatuh," kata Zoya memakai bahasa Indonesia.
"Zoya."
"Kayak kenal nih suara," ucap Zoya tanpa melihat kepada sang pembicara karena masih membersihkan telapak tangannya.
"Saya Anggara."
"Bapak," pekik Zoya terkejut dan langsung berdiri menghadap Mr. Anggara.
"Pak, saya buru-buru, waktunya sudah mau habis. Permisi," ujar Zoya terburu-buru.
Mr. Anggara tersenyum melihat tingkah Zoya.
°°°
"Ya Rab, Engkaulah pemilik segala sesuatu yang ada di dunia ini, termasuk perasaan hamba, Engkau yang memberikan rasa ini kepadaku, Ya Rab, Ya Rab jika rasa ini harus berakhir, kenapa sampai saat ini hamba belum bisa untuk mengakhirinya. Ya Rab, bantu hamba. Amin." Doa Zoya dalam hati dengan berlinang air mata yang jatuh ke pipinya.
°°°
"Makan dulu Zoya, I want to say something important to you," kata Zeze menatap Zoya.
"Iya," jawab Zoya sambil makan.
"Habis menangis kamu, ya?" tanya Zeze intens.
"Iya, tadi aku lagi curhat. Hahaha."
"O, ya, aku akan mengambil cuti sekitar tiga minggu," tutur Zeze yang membuat Zoya tersedak.
UHUK UHUK
"Hamil kamu, ya?" tukas Zoya polos sambil meminum lemon tea yang disodorkan Zeze.
"Belum, tapi pasti," ujar Zeze tersenyum.
"Zeze, enggak menyangka aku, kecewa aku sama kamu, kamu kok begini sih, dimana orang yang menghamili kamu? Suruh bertemu dengan aku, aku enggak rela, ya, kamu diginikan, aku ...."
"Diam dulu, Zoy, aku kan belum selesai kasih announcement," sela Zeze gemas.
"Hehehe. Beritahu cepat."
"Aku mau menikah di Jakarta, kamu ingat aku mendapat jadwal magang praktek di RS di Jakarta. Nah, sekitar waktu 5 bulan, aku dekat dengan seseorang di sana, dia pemilik hotel dan kami saling mencintai, aku nyaman sama dia, dia pengertian dan perhatian. Jadi, kami memutuskan untuk menikah karena lebih baik dan juga umur kami sudah matang untuk mengikat suatu hubungan," jelas Zeze panjang lebar yang membuat Zoya mengembuskan nafas.
"Are you kidding me?" tanya Zoya.
"Iya, Zoya aku hanya bercanda, ya enggak lah," decak Zeze jengah menghadapi sahabatnya ini.
"Kamu yakin mencintainya?"
"Cinta itu enggak rumit yang rumit hanyalah kita yang mempersulitnya," jelas Zeze cepat.
"Dan cinta enggak harus memiliki," sambung Zoya sambil memejamkan matanya. Hatinya berdebar bukan karena senang tetapi sakit.
"Kamu belum cerita full ke aku mengenai dia, Zoya."
Sejenak mereka saling bertatapan tetapi Zeze menatap dengan rasa penasaran sedangkan Zoya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Entah Zoya masih menyukai atau tidak.
"Iya deh nanti aku cerita, but not now," ucapnya sambil tersenyum.
"Ini undangannya, aku harap kamu hadir, ya." Zeze menyodorkan sebuah kartu pernikahan.
"Iya, pasti aku datang," sahut Zoya.
"Zoy, kamu enggak mau mencoba hubungi dia? saling sapa gitu di chat?" usul Zeze.
"I don't have courage."
"Belum dicoba, bodoh."
"Sudahlah, pasti kalau jodoh, ada jalannya. Aku yakin."
"Iya, tapi juga kamu harus berusaha dan doa, who knows, he had a sense of you too."
"Jadi, selama bertahun-tahun sampai kamu sudah tua begini, kamu belum pernah punya hubungan dan juga selama ini kamu mencintai dia secara diam?" Zeze menggeleng heran.
"Biasa aja kali, enggak selama itu juga kali, masih muda juga ya aku, baru menginjak 22 tahun lagi."
"Bisa dibilang gitu, I never dating and I love him in silence."
"Coba kamu membuka hati deh, coba ke pak Anggara, apalagi dia orang Indo, kan mantap."
"Tapi aku bangga sama kamu dan takjub, kalau aku mungkin enggak bisa, apalagi mencintai dalam diam," kata Zeze sambil memberikan dua jempol tangannya ke Zoya.
"Lah, kenapa jadi sedih begini, aku enggak apa-apa, I'm fine. Ini risiko nya sih untuk pilihan yang sudah aku buat."
"Fighting Zoya," teriak Zeze sambil mengguncangkan badan Zoya.
"Pasti ada jalannya."
"Dilapangkan kayak universitas kita. Hahaha."
"Makasih, ya, Ze, selalu ada untuk aku, kamu sahabat aku di sini yang selalu sedia untuk aku," gumam Zoya sedih.
"Aku sudah menganggap kamu sebagai Adik. Aku sayang samu kamu."
"Berpelukan." Mereka berpelukan sambil menangis.
"Nanti aku kenalin kamu deh sama sahabat aku di Medan," ucap Zoya mengingat Zaza.
Zeze mengangguk mantap. "Harus pasti."
°°°
Note:
Zoya Resa Humaira/Zoy (22 thn)
- Mahasiswa Jurusan Desain & Art
Zeze Asyahara Yuuna/Ze (23 thn)
- Mahasiswa Kedokteran
- Ibu Jepang, Ayah Indonesia
- Sahabat Zoya di Singapura
M. Anggara Wijaya (25 thn)
- Dosen mata kuliah Bahasa Inggris
- Berasal dari Indonesia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
up up up.... 🎉🎉🎉
ijin promo thor 🍿🍿🍿
jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE",
kisah cinta beda agama 🍿🍿🍿
jgn lupa tinggalkan like and comment ya 🍿❤️❤️❤️
2020-10-16
0
Risfa
like, fave, rate 5
2020-10-07
0
Boru Tanjung
like
2020-10-04
0