3. Rencana

“Assalamualaikum!” teriak Nindya memberi salam.

Euis yang mendengar suara anak bungsu kesayangannya langsung meninggalkan ikan  yang sedang digorengnya.

“Waalaikumsalam,” jawab Euis tak kalah antusias.

“Mbu, Neng kangen sama Ambu. Akhirnya Neng kembali juga ke rumah tercinta.” Nindya langsung berlari menuju Euis dan memeluknya erat.

“Ambu juga kangen. Kenapa Neng gak kasih kabar sama Abah dan Ambu kalau Neng mau pulang hari ini?” Euis juga memeluk Nindya tak kalah eratnya.

“Surprise! biar jadi kejutan atuh Ambu.”

Euis menciumi pipi anak kesayangannya itu berkali-kali.

“Sudah, sudah atuh Mbu. Neng kan bukan anak kecil lagi. Masa diciumi seperti ini.” Nindya berusaha melepaskan diri dari Euis yang terus saja menciumi pipinya.

“Bagi Ambu, Neng akan selalu jadi anak kecilnya Ambu,” ucap Euis sambil mencubit gemas pipi Nindya.

“Sakit, Ambu!” protes Nindya.

“Dicium tidak mau, dicubit juga tidak mau. Jadi Neng maunya apa?’ tanya Euis sambil tertawa.

Nindya memanyunkan bibirnya manja.

“Abah mana, Mbu?”

“Abah masih di kebun, lagi memanen pisang,” jawab Euis.

“Mbu, Neng lapar. Mau makan!” pinta Nindya dengan nada bicara seperti anak kecil.

“Ambu lagi goreng ikan. Ikan nila kesukaan Neng.”

“Eh, ini bau apa, Mbu? Seperti bau gosong.”

“Astaghfirullah, ikan nilanya gosong.” Euis berlari menuju dapur teringat ikan nila yang masih di dalam penggorengan yang tak terselamatkan karena ia lupa untuk mengangkat ikannya.

“Gosong, Mbu?” goda Nindya ketika sampai di dapur.

“Ini sih gara-gara Neng.”

“Loh kok bisa gara-gara Neng sih?” tanya Nindya tidak terima.

“Karena Neng seenaknya kasih kejutan sama Ambu, jadi ikannya gosong.” protes Euis.

Nindya tertawa mendengar perkataan ibunya.

“Memang ikannya ada berapa ekor?”  goreng saja ikan yang lain. Yang gosongnya kasiin saja sama si mpus.” Nindya memberikan ide pada ibunya.

“Hus, sembarangan. Masa memberikan ikan gosong sama kucing sih. Kalau kamu mau memberi sesuatu itu harus yang baik, walaupun hanya memberi pada hewan. Kasihan atuh si mpus kalau dikasih ikan gosong. Tidak akan enak dimakannya juga.”

“Hihihi…Ambu mah ada-ada saja. Sama kucing juga sampai segitunya.”

“Ya iya atuh Neng. Kucing juga kan mahkluk hidup yang punya rasa juga. Tidak boleh kita berbuat zalim sama makhluk hidup.” Euis memberikan ceramah pada Nindya.

“Iya, iya, ikan gosongnya dibuang saja,” akhirnya Nindya mengalah dan mengakui kebenaran yang dikatakan oleh ibunya.

“Untung saja ikan yang gosongnya cuma satu,” ujar Euis lega

Nindya mengambil piring dari rak dan membuka magic com yang ada di atas meja makan.

“Neng mau makan sekarang?” tanya Euis.

“Iya atuh Ambu. Neng sudah lapar dan gak sabar mau makan masakan Ambu. Neng kangen masakan Ambu yang enak. Selama Neng Kuliah, Neng jarang makan masakan Ambu. Sekarang Neng bisa makan masakan Ambu lagi setiap hari,” seru Nindya menyuarakan kegembiraannya.

Euis memberikan dua ekor ikan yang sudah digorengnya pada Nindya dan menyisihkan dua ekor ikan goreng untuk suaminya.

“Neng mau makan ikan gorengnya sama sambal?”

“Mau pisan atuh, Mbu. Memang ada sambalnya?” tanya Nindya celingukan mencari wadah sambal.

“Sambalnya tinggal buat saja. Ambu sudah mengiris bawang merah, jahe dan cabe rawit. Tinggal ditambah sama kecap.

Nindya menikmati makan siangnya dengan sangat lahap. Ia benar-benar rindu masakan ibu yang sangat jarang ia nikmati semasa kuliah. Dua ekor ikan nila goreng dan semangkuk kecil sambal kecap langsung ludes disantapnya.

Euis memperhatikan anaknya yang sedang makan. Ada rasa bangga pada anak bungsunya yang berhasil lulus kuliah dengan nilai yang sangat memuaskan. Euis masih teringat ketika nama suaminya dipanggil ke depan di hadapan para wisudawan lain karena Nindya berhasil menjadi salah satu lulusan terbaik dari jurusannya. Setiap lulusan terbaik dari masing-masing jurusan diberikan keistimewaan untuk berdiri bersama orangtua mereka di hadapan semua wisudawan.

“Kapan mulai mengajar, Neng?” tanya Euis.

“Minggu depan Neng baru mau menghadap sama Kepala Sekolah dulu. Mungkin mulai mengajarnya di tahun pelajaran yang baru, dua bulanan lagi.” jawab Nindya.

Euis juga merasa bangga karena setelah lulus kuliah, Nindya berhasil lulus tes CPNS dan diamanahi tugas mengajar di sekolah yang tidak jauh dari desanya. Nindya akan mengajar di SMP Negeri satu-satunya yang ada di kecamatan tempat mereka tinggal.

“Sudah beli pakaian untuk mengajar?” tanya Euis.

“Nanti saja kalau sudah dekat waktunya untuk mengajar. Neng juga mau melihat dulu bagaimana guru-guru di sini berpakaian. Pasti kan berbeda dengan pakaian yang dipakai di kota besar.”

“Masa sih bisa beda? Jadi guru kan pakaiannya sudah standar,” tanya Euis heran.

“Beda atuh, Ambu. Di kota besar mah, guru-gurunya juga pakai baju yang modis-modis, ikut tren fesyen. Neng khawatir kalau mengikuti fesyen guru-guru di kota besar malah jadi aneh kelihatannya,” tutur Nindya.

“Ih Eneng mah gak tau fesyen di sini. Sama saja lah Neng. Di sini juga orang-orangnya ngikutin fesyen. Apalagi sekarang mah zaman internet.”

“Oh gitu ya, Mbu?” tanya Nindya sedikit kaget dengan perkataan ibunya. Ia tidak menyangka jika internet sudah merambah ke desa.

“Ya sudah ada internet lah. Neng lihat tidak tiang tinggi yang ada di ujung jalan itu? Nah itu tiang internetnya,” ujar Euis bangga dengan kemajuan di desanya.

“Wah hebat dong kemajuan di sini. Neng bisa dong nonton streaming pakai internet,” seru Nindya senang karena dengan adanya akses internet akan mempermudahnya untuk mendapatkan berbagai macam informasi.

“Tapi suka lemot, Neng. Apa lah itu istilahnya….” tampak Euis mengingat-ingat istilah yang ia lupa.

“Gak ada jaringan? Jaringannya lemot? Gak ada sinyal?” tebak Nindya.

“Ya gitu lah, sinyalnya lup lep kalau kata orang sini mah.” Akhirnya Euis menemukan istilah yang sering dipakai oleh warga.

“Yaaah… kalau jaringannya gak bagus, sayang atuh internetnya tidak bisa dinikmati sama semua warga sini.” Nindya merasa kecewa mendapatkan kenyataan kalau jaringan internet yang ada di desanya tidak sebagus di kota besar.

Nindya bertekad untuk mengusulkan ke pihak terkait agar memberikan fasilitas jaringan internet yang memadai sehingga bisa dimanfaatkan oleh semua warga di desanya.

**********

to be continued...

Episodes
1 1. Renungan Nindya
2 2. Pulang
3 3. Rencana
4 4. Tekad
5 5. Menunggu Izin
6 6. Surat Keputusan
7 7. Bersiap
8 8. Berkenalan
9 9. Idola Baru
10 10. Serangan
11 11. Pak Dokter
12 12. Laporan
13 13. Mengobati
14 14. Kesaksian
15 15. Perdebatan
16 16. Penyesalan
17 17. Terima Kasih
18 18. Pulang
19 19. Di Sekolah
20 20. Gosip
21 21. Tugas Baru
22 22. Tak Bisa Menolak
23 23. Kesal
24 24. Heran
25 25. Presentasi
26 26. Berdebat Lagi
27 27. Penawaran
28 28. Idola
29 29. Diskusi
30 30. Ide Pak Lurah
31 31. Mengantar
32 32. Sakit
33 33. Dirawat
34 34. Persiapan
35 35. Alam Bawah Sadar
36 36. Nasihat
37 37. Pertemuan Kesekian
38 38. Merayakan Kemenangan
39 39. Tawaran
40 40. Peresmian
41 41. Orang Ketiga
42 42. Kebohongan
43 43. Serangan
44 44. Akhir Pertarungan
45 45. Mengobati Luka
46 46. Masih Berdua
47 47. Gelisah
48 48. Perjodohan
49 49. Buka Hatimu!
50 50. Perjalanan Pertama
51 51. Bertemu Orang Tua
52 52. Interogasi
53 53. Wacana Pertemuan
54 54. Tidak Benci
55 55. Sarapan Bersama
56 56. Mengantar
57 57. Perdebatan Kesekian Kali
58 58. Khawatir
59 59. Musibah
60 60. Peduli
61 61. Siap Kembali
62 62. Calon Mertua
63 63. Bukan Selingkuh
64 64. Pembicaraan Ibu dan Anak
65 65. Ingkar Janji
66 66. Terlihat Seperti Pasangan
67 67. Siap Menjadi Istri
68 68. Masa Kecil
69 69. Selamat Tinggal Masa Lalu
70 70. Komitmen
71 71. Penculikkan?
72 72. Pencarian
73 73. Keputusan Sulit
74 74. Kejutan Manis
Episodes

Updated 74 Episodes

1
1. Renungan Nindya
2
2. Pulang
3
3. Rencana
4
4. Tekad
5
5. Menunggu Izin
6
6. Surat Keputusan
7
7. Bersiap
8
8. Berkenalan
9
9. Idola Baru
10
10. Serangan
11
11. Pak Dokter
12
12. Laporan
13
13. Mengobati
14
14. Kesaksian
15
15. Perdebatan
16
16. Penyesalan
17
17. Terima Kasih
18
18. Pulang
19
19. Di Sekolah
20
20. Gosip
21
21. Tugas Baru
22
22. Tak Bisa Menolak
23
23. Kesal
24
24. Heran
25
25. Presentasi
26
26. Berdebat Lagi
27
27. Penawaran
28
28. Idola
29
29. Diskusi
30
30. Ide Pak Lurah
31
31. Mengantar
32
32. Sakit
33
33. Dirawat
34
34. Persiapan
35
35. Alam Bawah Sadar
36
36. Nasihat
37
37. Pertemuan Kesekian
38
38. Merayakan Kemenangan
39
39. Tawaran
40
40. Peresmian
41
41. Orang Ketiga
42
42. Kebohongan
43
43. Serangan
44
44. Akhir Pertarungan
45
45. Mengobati Luka
46
46. Masih Berdua
47
47. Gelisah
48
48. Perjodohan
49
49. Buka Hatimu!
50
50. Perjalanan Pertama
51
51. Bertemu Orang Tua
52
52. Interogasi
53
53. Wacana Pertemuan
54
54. Tidak Benci
55
55. Sarapan Bersama
56
56. Mengantar
57
57. Perdebatan Kesekian Kali
58
58. Khawatir
59
59. Musibah
60
60. Peduli
61
61. Siap Kembali
62
62. Calon Mertua
63
63. Bukan Selingkuh
64
64. Pembicaraan Ibu dan Anak
65
65. Ingkar Janji
66
66. Terlihat Seperti Pasangan
67
67. Siap Menjadi Istri
68
68. Masa Kecil
69
69. Selamat Tinggal Masa Lalu
70
70. Komitmen
71
71. Penculikkan?
72
72. Pencarian
73
73. Keputusan Sulit
74
74. Kejutan Manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!