bab 4. dua kepribadian

Dia adalah Rendra, anak semata wayang ibu Rita.

Tubuhnya yang tinggi, putih, rambut hitam, tertata dengan rapi, hidung nya mancung, bibirnya tipis berwarna pink, dan bisa terlihat tubuhnya sangat kekar meskipun tertutup oleh kemeja berwarna merah dan mengenakan celana panjang berwarna hitam.

Mana mungkin mereka semua melewatkan pemandangannya yang indah di depan mata mereka. Begitu juga dengan Sarah.

Ibu Rita sudah berhasil membujuk anaknya supaya hari ini mau menemani ibu Rita ke minimarket, pastinya dengan cara yang sangat lembut dan memohon ke Rendra, karena Rendra tipikal orang yang tidak bisa di kerasin, semakin di kerasin dia akan semakin nekat dengan kemauannya.

"Apa dia anaknya ibu Rita yang mau di jodohkan denganku? Kalau memang benar, aku bisa pastikan kalau aku hanya akan menjadi pembantu setelah menikah nanti," gumam Sarah dalam hati, setelah melihat sosok laki laki yang bersama ibu Rita, dan itu membuat Sarah semakin tidak pantas dan sangat rendah di hadapan mereka.

"Tapi sepertinya bukan ini anaknya ibu Rita, kalau memang ini anaknya ibu Rita, pasti dia bisa mencari calon istri yang jauh segalanya dari aku, jauh lebih cantik, jauh lebih kaya, jauh lebih pintar, bukan seperti aku, yang hanya pegawai minimarket punya ibunya." gumam Sarah dalam hati sambil bertanya tanya.

"Astaga tampan sekali calon suami Sarah, kalau tampan gini aku juga mau." gumam hati Sinta

"Biasanya kalo saya kesini kalian tidak seperti itu kalau melihat saya, tetapi kenapa sekarang semua melihat saya seperti ini? Apa karena saya membawa laki laki tampan?" kata ibu Rita yang membuat sadar para karyawannya yang sedang melamun melihat anaknya.

"Maaf nyonya!" jawab para karyawan serentak.

"Silahkan kalian lanjutkan pekerjaan kalian," kata ibu Rita

Semua karyawan membubarkan diri dan melakukan pekerjaan mereka masing masing,

Rendra memilih berkeliling di minimarket sambil melihat lihat barang barang di sana, karena mamanya masih harus menyelesaikan pekerjaannya dengan manager toko.

***

Sarah yang hendak mengambil barang di posisi rak paling atas menggunakan tangga, tiba tiba tangganya patah dan membuat Sarah terjatuh,

" brukk!"

"Aaauuu!" pekik Sarah

Semua mata tertuju ke asal suara itu berada,

begitu juga dengan Rendra, dia langsung menghampiri Sarah.

"Kamu tidak apa apa?"tanya Rendra dengan suara yang sangat berwibawa

Rendra tipikal orang yang dingin, cuek, dan datar. Tetapi dia akan bersikap baik dengan orang yang tepat.

"Aku tidak apa apa?"jawab Sarah sambil menahan sakit

"Bisa berdiri sendiri kan? bawa kembali tangganya kebelakang." kata Rendra yang berdiri di sebelah Sarah

"Bisa tuan." jawab Sarah

Padahal dalam hati Sarah "ini orang buta apa gimana ya, sudah tau aku jatuh tinggi banget, kaki aku sakit, bukannya nolongin malah nyuruh aku cepet cepet balikin tangga ke belakang."

"aaauuu."pekik Sarah Kembali yang berusaha untuk berdiri

Rendra membuang nafas panjang dan membulatkan matanya melihat Sarah kesakitan dan tidak bisa berdiri.

"Seperti kaki kamu patah?" kata Rendra

"Tuan jangan menakut nakuti saya." jawab Sarah yang masih duduk di lantai sambil melotot ke arah Rendra

"kalau kamu melotot ke arah saya, saya pastikan kaki kamu benar benar saya patahkan." jawab Rendra menakut nakuti Sarah

"ma.. Maaf tuan!" jawab Sarah tertunduk

"Sini aku bantu sar!" kata Sinta, yang berusaha membantu Sarah berdiri.

"Lepaskan dia!" kata Rendra

suara Rendra yang sangat berwibawa itu membuat Sinta tidak berani menolong Sarah. Dan menjauhkan tangannya dari tubuh Sarah.

"Biarkan dia berdiri sendiri, dan membereskan semuanya, kamu balik saja ke pekerjaan kamu tadi." kata Rendra kembali

"Baik tuan." jawab Sinta sambil meninggalkan mereka berdua

ibu Rita yang melihat kejadian itu benar benar terheran oleh Sarah,

"dia benar benar gadis yang ceroboh, tetapi dengan kecerobohannya itu bisa membukakan jalan untuk rencana ku, apa semesta juga merestui rencana aku untuk menjodohkan mereka, sehingga selalu di mudahkan dan di berikan jalan? Entahlah yang terpenting itu sangat membantu aku." gumam ibu Rita, dan langsung menghampiri Sarah dan Rendra.

"Rendra, bantu dia bangun, dan bawa keruangan marketing, obati lukanya di sana." kata ibu Rita yang berdiri di samping Rendra

"Tidak usah nyonya, saya bisa sendiri." kata Sarah dan mencoba untuk bangun tetapi tetap tidak bisa

Tanpa menunggu lama, dan Rendra juga malas berdebat dengan mamanya di depan banyak orang, karena memang sudah banyak pengunjung yang datang ke minimarket untuk berbelanja, jadi Rendra langsung menggendong Sarah menuju ruangan marketing,

"Tuan, turunkan saya." kata Sarah, yang terkejut karena Rendra tiba tiba menggendongnya.

Mendengar ucapan Sarah, Rendra langsung melepaskan tangannya, dan membuat Sarah terjatuh.

"Aauuuu! Kenapa tuan menjatuhkan saya?" kata Sarah.

"Tadi katanya minta turun?" jawab Rendra

"Iya tapi gak gini juga tuan, badan saya jadi tambah sakit semua." kata Sarah

"Makanya diem dan jangan banyak proses" jawab Rendra dan kembali menggendong Sarah.

"Kok ada sih manusia sekejam ini, lebih kejam dari ibu Rita, semoga saja dia bukan anak ibu Rita, bisa bisa mati muda aku mengahadapi mereka berdua." gumam Sarah dalam hati.

kali ini Sarah hanya bisa diam dan menurut ke Rendra,

sesampainya di ruangan marketing, Rendra menidurkan Sarah di sofa, dan mengambil obat yang sudah di sediakan oleh manager toko.

Rendra dengan telaten mengobati kaki Sarah yang terluka, dan membersihkan sedikit darah di kaki Sarah. bahkan Rendra tidak segan untuk memijat kaki Sarah yang sepertinya sedikit terkilir.

Sarah tidak menyangka Rendra bisa memperlakukan Sarah seperti itu, dia mau mengobati dan memijit kakinya, berbeda sekali dengan apa yang di lakukan Rendra tadi,

dalam hati Sarah "Apakah dia punya dua kepribadian ya..? Kenapa sikapnya bisa berubah dalam sekejap?"

"Sudah puas kamu melihat wajah tampan ku?" kata Rendra, tanpa menatap Sarah dan masih memijit kaki Sarah.

"Siapa juga yang melihat tuan!" jawab Sarah sambil memalingkan pandangannya dari Rendra,

Sarah benar benar malu karena ketahuan mengagumi wajah Rendra dan membuat muka Sarah menjadi memerah.

"Gimana keadaan dia Ren?" tanya ibu Rita menghampiri mereka berdua.

"Sudah tidak apa apa ma, cuma keseleo sedikit."jawab Rendra

"Apa mama sudah selesai?" tanya Rendra

"Sudah!"jawab ibu Rita

"Aku ke toilet bentar ya ma!" kata Rendra, sambil menuju arah toilet dan meninggalkan ruangan marketing

"Mama! Kenapa dia memanggil ibu Rita mama? apa dia benar benar anaknya ibu Rita?" gumam Sarah dalam hati

"Sarah!" kata ibu Rita sambil duduk di sebelah Sarah

"iya nyonya?" jawab Sarah.

"kamu masih ingat surat perjanjian kemarin?" tanya ibu Rita.

"masih nyonya, maaf sebelumnya nyonya, apa tuan tadi anak nyonya?" tanya Sarah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!