Bab 5

"Hehe baiklah kalau begitu sudah iya kamu makan sekarang ok" kata kakakku.

Aku lalu mengangguk dan melepas pelukan ku dari kakak perempuan ku aku lalu memakan makanan ku dengan lahap.

Uh sial tingkah laku ku seperti anak kecil saja.

Setelah selesai makan aku lalu membantu kakak perempuan ku mencuci piring dengan senyum dan bahagia.

Sudah lama sekali kami tidak menghabiskan waktu bersama seperti ini, ah ya ampun aku seperti anak kecil yang merindukan ibunya saja hehe.

Sial ini memalukan kenapa aku melakukan semua ini!!.

4 jam lalu berlalu saat sore hari aku dan kakakku bermain bola.

"Gol uh lihat Risa aku menang lagi hahaha 4-2 haha" ucap kakakku dengan senang.

"Hmmph hanya beruntung saja kamu kak lihat saja nanti akan kubalas kamu" balasku.

"Oh iya baiklah tunjukkan padaku kalau begitu" remeh kakakku padaku.

Entah kenapa ini membuatku kesal apapun itu aku harus menang kali ini.

Aku tidak boleh kalah, diriku terus fokus untuk memenangkan permain video games bola ini.

Diriku terus berusaha dan tidak menyerah namun sepertinya percuma, aku berusaha memasukkan bola ke gawangnya.

Namun kakak perempuan ku cukup hebat, ya ampun dia bisa terus menangkis nya tidak aku tidak boleh menyerah.

Hingga beberapa menit berlalu aku lalu menghasilkan 3 gol sementara kakak perempuan ku 6 gol, sial aku kalah.

"Iya hahaha lihat sudah kubilang bukan kau sampai sekarang bisa mengalahkan kakak perempuan mu ini Risa, walau aku perempuan tapi aku cukup hebat dalam permainan sepak bola walau cuman games hahaha" kata kakak perempuan ku dengan girang.

"Ughh hmmph baiklah kau hanya beruntung kak lain kali akan kubalas nanti lihat saja kau!" ucapku dengan percaya diri.

Aku lalu menatap kakak perempuan ku dengan cemberut dan kakak perempuan ku melihat lebih dekat ke arahku.

Dari senyumnya aku bisa melihat dengan curiga entah kenapa aku merasa tidak enak.

"Haha yang benar nanti kalah lagi kamu nangis haha" ledek kakak perempuan ku dan tertawa.

Aku mendengar itu pipiku langsung memerah karena malu, namun aku masih menahannya.

"Siapa juga yang menangis aku tidak pernah menangis lagipula kau hanya beruntung saja tau kak, lihat saja akan kubalas" balasku.

"Iya-iya terserah mu sekarang ambil ini" balas kakakku dan memberiku uang.

Melihat ini aku cukup bingung entah apa yang dilakukannya namun aku lalu mengambil uang tersebut.

"Untuk apa uang ini?!" bingung ku.

"Iya untuk beli barang apalagi gini dengarkan aku karena kau sudah kalah dan aku pemenang dari permainan games ini, maka belikan aku beberapa barang ini daftarnya" perintah kakak perempuan ku.

Aku lalu mengambil daftar belanja yang kakakku minta.

Sepertinya daftar belanja ini cukup banyak sekali barang yang harus dibeli, bukan sedikit lagi tapi ini sangat banyak.

Ya ampun apakah aku harus menerima ini, uh tapi tidak aku tidak bisa aku harus menentang.

"Tidak ini aku kembalikan kak jika kamu ingin membeli barang atau belanja, maka belanjalah sendiri bukannya menyuruh adikmu!" balasku.

"Uh apa maksudmu bicara seperti itu pada kakakmu eh kau sudah berjanji dan kita sudah melakukan taruhan, jadi karena kau sudah bilang jika kau kalah akan menuruti permintaan kakak perempuan mu maka lakukan" balas kakak perempuan ku.

"Eh sejak kapan aku masang taruhan?!" bingungku.

"Oh iya coba kau ingat-ingat jangan kau pikir lupa Risa" balas kakakku.

Aku lalu mengingat apa yang kakak perempuan ku bilang.

...----------------...

-Beberapa jam yang lalu sebelum permainan konsol dimulai-

Kakak perempuan ku lalu menyalakan konsol dan tidak lama permainan akan dimulai.

Aku melihat saat kakak ku memilih games.

"Jadi apa yang ingin kamu mainkan Risa?" tanya kakakku.

"Hmm bagaimana dengan bola kau tau aku cukup hebat dalam bola, iya mungkin aku kalah sebelumnya dulu tapi kali ini aku akan tidak kalah lagi" balasku.

"Bola iya uh apa kau yakin bisa mengalahkan ku?" remeh kakakku padaku.

"Ugh iya aku bisa mengalahkan mu lihat saja, begini saja aku punya ide jika aku menang kakak harus menuruti apa permintaanku dan lainnya" balasku.

"Ok baiklah tapi jika aku yang menang dan bukan kau Risa maka kau harus turuti apapun yang kusuruh ok" balas kakakku.

"Baik siapa takut!" ucapku dengan percaya diri.

...----------------...

-sekarang-

"(Uh sial aku hampir lupa dengan itu, menyebalkan sekali)" batinku.

"Baiklah kalau begitu iya kau benar aku lupa dengan janji itu, ok aku akan belanja dan membeli beberapa barang yang ada di daftar belanja ini walau ini sudah malam sih" jawabku.

"Tenang saja ok berdoa saja kau pasti bisa kok, tolong belikan iya ya" jawab kakakku dengan tersenyum cerah.

Ahh cerahnya kenapa selalu saja seperti ini mata coklatnya, berserta dan berkilauan kayak begitu.

Bisa dengan mudah menghinoptis seseorang aku tidak bisa menolak.

Ayolah aku tidak bisa menerima ini aku harus-.

"Total semuanya menjadi 80 ribu kak" ucap kasir.

"Oh baiklah terima kasih" balasku.

Lalu membayar dengan uang pas, setelah selesai aku lalu mengambil struknya dan membawa barang belanja.

"Menyebalkan aku harus melakukan ini mana sudah gelap lagi oh iya ini kan sudah malam.

Menyebalkan lain kali akan kubalas kau kakak!!!" bicaraku dalam hati.

...----------------...

Sudah beberapa hari berlalu semenjak kakak perempuan ku tinggal di kosanku sekarang.

Entah kapan dia akan terus di kosanku ini uh ya ampun.

"Risa bisakah kau tolong ambilkan Kakak kopi disana" perintah kakakku.

"Uh baik kak" balasku.

Aku lalu mengambil gelas kopi yang di meja, aku tau diriku senang ada kakakku disini.

Jadi aku tidak merasa sepi di kosan ku tapi jika dia selalu menyuruhku seperti ini dan lainnya aku juga sebal.

Tapi mau bagaimana lagi dia juga lebih tua dariku lagipula aku hanya menuruti perintahnya dan mematuhi nya aku lalu menghampiri kakak perempuan ku.

"Ini kak" kataku.

"Oh iya terima kasih Risa" jawab kakakku dan mengambil gelas kopi yang kuberikan.

Aku lalu melihat saat kakak perempuan ku meminum kopi tersebut, aku lalu menghela nafas.

Sepertinya kakak perempuan ku cukup sibuk bukan, dia memang selalu saja sibuk dengan teknologinya dan terkadang suka sekali memperkejakan sesuatu.

Iya kubisa wajarin sih, ngomong-ngomong bagaimana dengan studio animasi iya.

Tidak perlu khawatir sih harusnya yang penting aku fokus saja melanjutkan komiknya.

Untuk saat ini aku ingin pergi bersantai mungkin aku harus menemui Sivia.

Mumpung kakak perempuan ku seperti nya sangat sibuk dengan laptopnya aku pergi saja deh.

Aku pun lalu membuka pintu luar dan keluar dari kosanku.

Sepertinya masih sangat sibuk sudahlah, aku lalu berjalan keluar.

Di sekitar lingkungan sini tidak ada perubahan banyak sekali orang dan juga beberapa hewan mobil dan lainnya.

Hal yang sudah biasa dan umum tinggal di kota seperti ini, mungkin aku harus segera pergi ke rumah Sivia.

Menghabiskan waktu bersama sebagai teman boleh juga kan sekalian minta maaf soal beberapa hari yang lalu.

-Di rumah Sivia-

Aku lalu membunyikan bel dan menunggu Sivia aku harap dia ada di rumah.

Tidak lama aku melihat pintu rumah terbuka dan aku melihat Sivia.

"Iya hmm oh rupanya kamu Risa hehe" ucap Sivia dan tersenyum.

"Hehe bagaimana kabarmu sekarang siv?" tanyaku.

"Aku baik kok tenang saja seperti biasanya, ngomong-ngomong ada apa kamu kemari Risa?" bingung Sivia.

"Uh itu kau tau kita kan sudah lama tidak bertemu kan semenjak lulus kuliah, tidak juga sih kemarin kita juga pernah bertemu bertiga bagaimana bilangnya aku minta maaf iya, karena aku langsung meninggalkan kalian waktu itu" ucapku dengan rasa bersalah.

"Tidak apa-apa kok Risa sudahlah tidak perlu terlalu dipikirkan ok kami juga tau waktu itu kamu cukup sibuk, baiklah karena kamu sudah datang kemari bagaimana kamu saja masuk ke dalam" jawab Sivia.

"Hmm baiklah terima kasih Sivia kau memang yang terbaik hehe" balasku.

"Hehe baiklah kalau gitu silahkan masuk" sambut Sivia.

"Baik" balasku.

Aku lalu melepas sepatuku dan masuk ke dalam rumah Sivia.

Saat di dalam seperti biasa rumah ini selalu saja megah dan mewah, apalagi Sofanya meja makannya hiasan lampu dindingnya.

Berbanding terbalik di kosanku yang hanya seadanya dan cuman sederhana.

"Risa sini" ajak Sivia.

"Hmmph" aku hanya mengangguk.

Lalu aku berjalan dan menghampiri nya, sesampainya di sana aku duduk di sofa dekat Sivia.

"Kau mau minum teh atau kopi Risa?" tawar Sivia.

"Uh mungkin teh saja" balasku.

"Uh ok kalau gitu mbak" Sivia lalu memanggil seseorang.

Tidak lama saat Sivia memanggil aku melihat seseorang wanita dengan memakai pakaian pelayan atau pembantu datang.

Dia berambut pendek dengan warna abu-abu, dan matanya yang biru cerah.

Pelayan pribadi iya Sivia memang benar-benar orang kaya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!