Di saat tuan Vandro marah-marah, Willy dan Riana merasa dunia hanya milik berdua.
Pasangan suami istri itu berjalan menuju mobil sport, hadiah dari ibu mertua untuk Riana.
"Sayang, ini mobil pemberian mommymu," ucap Riana dengan senyum yang sangat manis.
"Wah, selama hidup, mommy tidak pernah sebaik ini denganku. Kau memang berkah bagiku sayang. Meski kau yang mendapatkan mobil ini, setidaknya milikku juga."
Willy memeluk tubuh sang istri, hampir saja memberikan sentuhan itu di luar ruangan, sang istri langsung mencegahnya.
"Heh, nanti orang rumah melihat!"
"Hanya bibir saja, kenapa kau sangat posesif."
"Kita jalan-jalan dulu ya? aku yang menyetir."
"Kau memangnya bisa menyetir?"
"Tentu saja, kenapa tidak bisa? selama ini yang menggantikan kau sebagai bos siapa kalau bukan aku?"
Willy merasa bangga dengan sang istri yang sangat cepat belajar, tapi Willy juga cemas, jika Riana menjadi wanita pintar, pasti akan mendapatkan banyak perhatian dari semua laki-laki.
"Istriku, bisa melakukan segalanya, dia pasti tidak akan membutuhkan aku lagi," batinnya.
Sang istri memahami isi hati Willy, sang istri tersenyum.
"Aku akan tetap bersamamu, apapun keadaannya."
Kata-kata sang istri membuat Willy tenang.
Mobil yang sangat bagus itu perlahan beranjak dari rumah mewah Willy menuju sebuah tempat yang sangat ingin Riana kunjungi.
Sebuah pantai, tempat dimana sang ayah tinggal.
Namun, sang suami melarang, dia sudah tahu dari daddy Vandro jika ayah Riana telah meninggal dunia.
"Sayang, kita tidak perlu pergi kesana sebab yang terpenting adalah kau bahagia. Kita berjalan-jalan di taman kota saja. Kalau ke pantai, jalannya terlalu jauh," cetus Willy mencoba mengingatkan.
"Aku sebenarnya tidak terlalu setuju dengan apa yang kau katakan, sebab menjadi orang lain bukan gayaku, hanya saja kau baru keluar dari penjara, aku sudah menunggu momen ini cukup lama. Momen yang akan terbuang sia-sia jika aku tidak menuruti suamiku," jawab Riana dengan penuh kebijaksanaan.
Willy cukup senang dengan apa yang dikatakan oleh sang istri, karena beberapa tahun sebelumnya, Riana tidak memiliki sifat dewasa yang sangat perhatian.
Itu semua menurut seorang Willy, padahal yang paling memahami suaminya adalah Riana.
Sang suami selalu memutuskan sendiri tanpa pertimbangan yang jelas.
Sepanjang perjalanan menuju taman, Riana memberikan laporan mengenai restoran.
Riana benar-benar menjadi CEO wanita muda yang sangat cekatan dan cantik.
"Sayang, aku takut kau banyak orang yang menyukaimu. Kau sangat pandai."
Sang suami sangat kagum dengan kemampuan seorang Riana, dia berharap sang istri tidak akan mengecewakannya.
"Heh, kenapa kau sangat minder? padahal selama ini kita menjadi satu tim. Kau selalu mengajari aku banyak hal, restoran tetap berjalan karena kau juga," cetus Riana.
Dia tidak akan sombong, sebagai seorang istri, sangatlah bangga jika mampu membuat suaminya menjadi lebih baik dengan bantuan yang Riana berikan.
.
.
.
Sesampainya di taman ...
Obrolan semakin seru, tetapi taman sudah berada di depan mata.
Willy tiba-tiba menjadi sangat manja, ini membuat seorang Riana merasa dianggap sebagai seorang pendamping.
"Kau memang suami yang sangat manis," ujar Riana.
"Aku memang manis, kau sangat baik dan idaman."
"Cih, apa sih. Ayo keluar. Kita jalan-jalan."
Pasangan suami istri itu terlihat sangat bahagia karena pertama kalinya bersama dan bergandeng tangan.
Hingga seorang anak kecil datang dan memeluk Willy.
"Daddy!"
"Siapa kau?"
Willy langsung mendorong anak kecil itu.
"Jangan seperti itu dengan anak kecil, kau bisa kena masalah lagi," ucap sang istri.
Willy langsung menuruti apa yang dikatakan oleh Riana.
"Sayang, dia bukan daddymu. Bisa katakan dimana mommymu?" tanya Riana dengan rasa cinta yang sangat dalam.
"Aku ingin ikut kau saja bibi, mommyku jahat. Dia bilang daddy sudah mati, padahal aku sendiri tahu jika dia masih hidup. Dia yang selalu ada di dalam mimpiku. Foto dengan wajah yang sama, dia memang daddyku."
Sang bocah laki-laki sangat yakin dengan apa yang dikatakan olehnya.
Riana menatap wajah si bocah dan memberikan komentarnya.
"Dia memang mirip dengan Willy, apa dia memang anak Willy?" batin sang istri.
Belum selesai urusan soal anak laki-laki, datanglah seorang wanita muda, dia memanggil anak itu dengan nama Jekey.
"Jekey? kita pulang! kenapa kau sangat sulit ...."
Sang wanita terkejut ketika mengetahui ada Willy di sana.
"Astaga! Willy?"
Sang wanita langsung menarik lengan sang bocah, tapi tidak semudah itu.
Bocah kecil bernama Jekey menangis, dia tak ingin pisah dari Willy.
"Jika daddy tahu, kau akan dipukul! dia bukan daddymu!"
Sang wanita terus saja menunduk, dia tak berani menatap wajah Willy.
"Friska, apa itu kau?'
"Aku tidak mengenalmu, tolong bantu aku melepaskan tangan anakku dari kakimu."
Jekey menangis tiada henti.
Riana tak paham mengenai semua ini, dia berharap apa yang menjadi prasangka, bukan sebuah kebenaran.
"Sayang, nanti kita bertemu lagi, kau bawa kartu nama bibi, kau bisa meneleponku."
Sang bocah langsung menuruti apa yang dikatakan oleh Riana.
"Baik, aku akan menuruti apapun yang bibi katakan."
Willy terdiam membisu, dia mencoba mengingat salah satu wanita yang sudah berhubungan dengannya.
"Dia mantanmu?'
"Riana, aku bisa menjelaskannya."
"Jelaskan saja, aku tidak masalah."
Riana merasa sangat hancur dengan kenyataan ini, dia paham jika Willy bukan pria dengan spek paling suci di dunia, sang suami sudah memiliki banyak wanita sebelum benar-benar menjadi miliknya.
.
.
.
Selama satu jam di taman, Riana hanya diam sebab Willy tidak bisa mengingat siapa Friska itu.
"Sayang, aku lupa."
"Aku tahu kau sangat nakal, tapi cobalah menjadi pria yang bertanggung jawab."
"Sayang, maafkan aku. Nama Friska ada tiga, aku memiliki banyak sekali mantan kekasih, tolong kau jangan marah."
"Aku tidak marah, tapi aku hanya kasihan dengan anak kecil bernama Jekey itu. Apa kau tidak bisa lihat bagaimana hidupnya penuh kesulitan. Ada lebam di lengan kanannya, dia sangat rindu kau. Kau memang daddynya mungkin."
Riana meneteskan air matanya, dia tidak habis pikir dengan apa yang ada di otak Willy, bisa-bisanya lupa dengan benih yang sudah ia keluarkan.
"Dulu pernah bermalam dengan dua gadis sekaligus, aku lupa jika mengeluarkannya di dalam. Ada dua gadis, Friska dan Mariska. Dua orang itu sangat menyenangkan, jadi aku sampai lupa diri."
"Kau bahkan bernostalgia dengan dua gadismu, apa itu membuatmu bahagia?'
Riana marah, dia merasa sangat tidak berguna.
Sang istri meminta untuk pulang ke rumah, tetapi Willy tidak mau.
Urusan seperti ini jangan sampai ke telinga kedua orang tua Willy dan saudara-saudaranya, sebab urusan akan semakin sulit.
"Jika kau ingin mencaritahu tentang anak itu, bicarakan denganku saja. Aku pasti akan membantumu."
"Tidak perlu, aku bisa sendiri."
"Sayang."
"Kau yang menyetir mobil, aku takut jika nanti mobilnya akan menabrak."
"Baby! Jangan marah."
"Siapa yang tidak marah? pasti aku marah, sudahlah Willy. KIta cukupkan pembicaraan mengenai Jekey dan Friska mu itu."
"Maaf."
Aarav hanya bisa meminta maaf, ini sangat menyakitinya.
.
.
.
Beberapa menit kemudian ...
Mobil sudah keluar dari area taman, sang istri hanya diam saja.
Willy mencoba mengajak berbicara, tetapi tidak ada jawaban sama sekali.
Hingga panggilan telepon masuk, membuat sang wanita merasa terkejut.
Suara yang keluar dari panggilan telepon itu terdengar sangat mirip dengan pria kecil bernama Jekey.
"Bibi? kau sedang bersama daddy?" tanya si bocah di dalam sambungan telepon.
"Iya, aku sedang bersama daddymu. Sayang, kau sedang apa?' tanya Riana dengan penuh kasih.
"Aku sedang kesal dengan paman Axel, dia sangat kasar kepada mommy. Padahal aku tahu jika mommy sangat mencintai mommy, tetapi justru menikahi paman Axel. Aneh kan bibi? paman Axel harusnya menikah dengan bibi saja."
Willy terdengar kesal dengan apa yang dikatakan oleh Jekey.
Dia menghentikan mobil secara tiba-tiba, lalu merebut ponsel milik sang istri.
"Kau sebenarnya siapa anak kecil? kenapa kau sangat menganggu!"
Willy kesal, dia mematikan ponsel itu.
"Will, kau adalah seorang pria, tidak malu dengan apa yang kau katakan kepada anak itu?"
"Apa salahku baby? Kau paham kan aku sangat mencintaimu, kenapa dia dengan mudahnya memintamu menikahi paman yang tidak jelas?"
"Perkataan anak kecil hanya bualan Will, apa kau memang sudah dewasa? dia masih kecil, belum memahami apapun."
"Sayang, kita tidak perlu terlalu jauh menanggapi anak kecil itu. Aku akan memberikan kompensasi."
"Diam, jika masih ingin bersamaku. Kau hanya perlu diam."
"Sayang, hubungan kita baru saja di mulai, kenapa harus seperti ini?"
"Kau yang memaksaku untuk menjadi wanita jahat, katakan sesuatu jika itu penting. Aku akan naik taksi."
Sang istri keluar dari mobil itu seraya mengambil ponsel miliknya yang di genggam oleh Willy.
Sang suami mencegah Riana, tapi tidak semudah itu, dia tak mungkin meninggalkan mobil sportnya.
Alhasil Willy membiarkan Riana pergi begitu saja.
"Hah! Kenapa seperti ini Tuhan! Aku sudah mendapatkan ganjaran dari segala kejahatan, tetapi kenapa masih saja ada cobaan?"
Sang suami bersimpuh di jalanan, dia tidak berdaya dengan takdir yang mengikutinya.
Willy hanya bisa menatap sang istri yang sudah naik taksi dan meninggalkannya.
Dia tak mau kalah, sang suami beranjak dari posisi bersimpuh, lalu segera masuk ke dalam mobil.
"Aku harus menyelesaikan semua ini dengan baik, aku tidak mau kehilangan Riana."
...
Di tempat lain, tepatnya rumah Jekey ...
Seorang anak laki-laki merasa sedih, sebab mommy dan paman Axel selalu saja bertengkar, dia mengurung diri di kamar.
"Aku sangat bosan di rumah, tetapi tidak bisa pergi. Bibi cantik, pasti bisa membantuku."
Setelah panggilan telepon dimatikan, sang bocah tidak putus asa, alhasil Jekey kembali menghubungi Riana.
Panggilan itu tidak kunjung mendapatkan jawaban, hingga suara paman Axel, membuatnya terkejut.
"Ada apa paman?" tanya sang bocah.
"Kau bertemu daddymu?" jawab si pria matang dengan wajah yang sangat kesal.
"Iya paman, tolong jangan sakiti aku dan mommy."
Sang bocah terlihat ketakutan, dia tidak bisa melakukan apapun selain meminta maaf dan memohon agar paman Axel tidak menyakitinya.
"Kau sudah lima tahun bersamaku, apakah tidak cukup semua harta dan kasih sayang ini? kenapa masih saja mencari daddymu yang tidak berguna itu? aku adalah daddymu, kau masih terlalu kecil untuk memahami masalah orang dewasa. Kali ini aku akan mengampunimu, jaga sikap jika masih ingin melihat mommymu hidup."
"Baik paman, ehm ... daddy Axel."
Sang pria pergi dari kamar itu, meski di kunci dari dalam, dia bisa membukanya sebab dia lebih pandai dari seorang bocah berusia lima tahun.
Panggilan telepon itu belum mati, Riana sepertinya mendengar semuanya.
"Bibi, tolong aku."
Sang bocah mulai menangis, dia baru bisa mengeluarkan air mata itu sebab takut dengan paman Axel.
"Sayang, rumahmu dimana, kau bisa memberikan petunjuk?"
"Bibi, aku tidak tahu, besok kita bertemu di taman itu lagi."
"Kau masih bisa menunggu?"
"Aku tidak bisa, tapi takut bibi."
"Kau harus memberikan foto rumahmu, bibi akan segera menolongmu."
"Jangan sekarang bibi, paman akan marah."
"Oke, kau bisa memberitahu aku jika sedang dalam masalah."
"Baik bibi, aku mau tidur, jika paman tahu aku sedang menelepon orang asing, pasti dia akan memukulku."
"Baik sayang, kau jaga dirimu."
"Baik."
.
.
.
Di rumah Willy ...
Sang suami sudah sampai di rumah, sedangkan Riana belum, Willy sangat cemas dan berulang kali meneleponnya.
Hingga sebuah mobil terlihat berhenti di depan rumah Willy.
Willy yang masih ada di depan rumah, langsung melihat Riana.
Riana turun dari taksi dan membayar ongkosnya, dia menatap wajah Willy, rasanya sangat muak.
Sang suami membuka gerbang kecil seukuran dada, rasanya sangat malas dengan Aarav.
"Kau pulang ke rumahmu? Kenapa tidak ke apartemen saja?"
"Aku tahu kau pasti akan datang kemari, jadi aku pulang ke rumah."
"Cih, kata-katamu terlalu klise, aku tak suka dengan semua sikapmu. Tolong jangan sok baik."
"Kau marah dengan adanya anak kecil itu?"
"Tentu saja, jika kau bisa membuang wanita dan anakmu, kau pasti akan membuangku juga. Pergilah, aku sedang tidak mood melihat wajahmu."
Sang istri terlihat kesal, tetapi Willy tidak hilang akal.
Dia memeluk tubuh istrinya dan meminta maaf.
"Tolong maafkan aku, aku merasa sangat sedih. Jika itu salahku, tolong berikan maaf. Aku memang seorang pria tidak baik, tapi hukuman di dalam penjara sangatlah membuatku tersiksa."
Saat kedua orang sedang dalam masalah, daddy Vandro melihat dan menghampiri keduanya.
"Jika ada masalah, tolong selesaikan di dalam, jangan berikan image jelek kepada daddy dan mommy. Apa perlu aku panggil anak buahku untuk membawa kalian masuk ke dalam?"
Kata-kata daddy Vandro sangat dalam dan penuh arti, urusan dengannya akan semakin rumit.
.
.
.
Ruang tamu rumah Willy ...
Ke empat orang sudah ada di sana, Willy sama sekali tidak ada daya, sebab dia terlihat paling bersalah.
"Coba katakan masalah kalian."
Riana hanya diam, dia tidak bisa berbicara dengan lancar, rasanya sangat sakit.
"Aku memiliki anak dari wanita lain."
Plak!
Sang daddy langsung melayangkan tamparan ke arah pipi kanan Willy.
Bahkan hampir menghajarnya.
Nyonya Serly yang tahu semua ini mencoba mencegah, tapi tidak bisa.
Willy dibuat babak belur oleh sang daddy.
"Van, kita bisa membicarakan semua ini dengan baik-baik."
"Bawa menantuku masuk ke dalam, aku akan memberikannya satu lagi pelajaran."
"Van!"
"Serly? kau juga akan membantahku?"
Serly hanya bisa diam dan membawa Riana yang sudah kaku di sana, rasanya sakit mengingat kelakuan sang suami di masa lalu.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments