Meylani terdiam sesaat memikirkan apa alasan yang membuat kedua orang tuanya menyuruhnya untuk pulang.
"Ibu, bapak dan adik baik-baik saja, tapi kenapa Ibu seolah ngotot banget nyuruh aku pulang, entah kenapa perasaanku mengatakan ada hal besar yang akan terjadi," Mey membatin seraya mengaduk-aduk makanannya yang sudah tandas tak tersisa.
Lisa dan Mia saling bertatapan satu sama lainnya melihat apa yang dilakukan oleh Meylani setelah mendapatkan telpon dari ibunya di kampung.
"Mey, Hey kamu baik-baik saja kan?" Tanyanya Mia sambil menggoyangkan lengannya Meylani yang masih melamunkan apa maksud dan tujuan dia dipanggil untuk segera pulang.
Mey tersentak terkejut setelah beberapa kali disadarkan oleh kedua sahabatnya itu. Mey melototkan matanya saking terkejutnya mendengar beberapa kali dari teriakannya Mia dan Lisa. Mia dan Lisa hanya cekikan menghadapi pelototan dari Meylani.
"Maafkan kami Mey, kami berbuat seperti itu karena melihatmu seperti orang yang kesambet sesuatu, kami berdua tidak ingin melihatmu kerasukan sesuatu hal yang jahat, jadinya kami ganggu kamu yang sedang mengkhayal entah apa," sesalnya Mia yang merasa bersalah karena sudah membuat Meylani terganggu.
"Entah apa yang merasukimu, hingga gadis cantik tiba-tiba terdiam," candanya Lisa yang mencoba mencairkan suasana yang tiba-tiba hening.
"Ibu menyuruhku untuk pulang kampung katanya ada hal yang sangat penting, makanya aku disuruh balik dulu, jadi aku mau ke ruangan Bu Vita dulu untuk meminta ijin cuti beberapa hari," jelas Meylani yang sama sekali tidak menutupi apa yang dikatakan oleh mamanya itu.
"Apa jangan-jangan kamu akan dijodohkan dengan pria pilihan ibu dan bapakmu?" Tebaknya Lisa yang asal main bicara saja.
Meylani dan Mia spontan menatap ke arah Lisa, sedangkan yang ditatap malah cengir kuda saja tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Maaf saya hanya bercanda kok, cuman biasanya ada beberapa rekan kerja kita kalau disuruh pulang oleh kedua orang tuanya balik ke kampung halamannya biasanya akan dijodohkan seperti saya sendiri yang ngalamin hal ini,tapi karena kedua orang tua saya sepakat nanti usia saya 25 tahun baru mau nikah alhamdulilah mereka setuju," ungkap Lisa yang berbicara masalah yang pernah menimpanya.
Mey terdiam memaknai cerita yang diutarakan oleh Lisa," apa jangan-jangan aku juga seperti Lisa, ahh ini tidak boleh terjadi padaku aku sudah janji dengan mas Bisma untuk menunggunya sampai pulang lagian sisa setahun Mas Bisma akan balik dari Malaysia," Mey membatin.
Mia menautkan kedua alisnya melihat kebungkaman Mey yang seperti sebelumnya," apa sebenarnya yang terjadi pada Mey, aku hanya berharap semoga saja tidak terjadi sesuatu pada Mey yang cukup serius," gumam Mia.
"Jadi keputusanmu apa? Apa mau balik kampung atau gimana?" Tanyanya Mia.
"Aku akan menemui Bu Sania untuk meminta ijin semoga saja aku diijinkan," ujarnya Meylani yang segera meninggalkan kedua sahabatnya yang masih duduk di meja tempat mereka istirahat.
Sepeninggal Meylani ke kantor Bu Sania sebagai atasan mereka, Mia dan Lisa masih meneruskan percakapannya.
"Mia, entah kenapa aku merasa Mey disuruh balik oleh kedua orang tuanya kalau Mey akan dijodohkan dengan pria pilihan mereka," tebaknya Lisa yang memainkan sedotan minumannya itu.
"Kamu sokta banget deh, emangnya kamu cenayang atau dapat kabar dari ibunya Mey kalau akan dijodohkan!?" Tampiknya Mia.
"Bukannya aku sok tau yah, tapi kira-kira apa tujuan mereka menyuruh Mey balik sedangkan Mey baru sekitar dua minggu balik dari kampung halaman habis idul Fitri dan juga katanya keluarganya tidak ada yang sakit,kalau ada yang sakit menurut aku itu wajar saja, tapi ini tidak loh dari sini aku ambil kesimpulan kalau Mey akan dijodohkan," ungkapnya Lisa.
"Kalau memang seperti itu pasti akan berat untuk Mey mengambil keputusan menolak dan menerima pastinya akan menjadi hal tersulit untuk dilakukannya, tapi saya berharap semoga saja Mey tidak seperti kita bayangkan," harapnya Mia.
"Amin ya rabbal alamin," ucapnya keduanya berbarengan.
Keesokan harinya, Meylani berangkat ke kampung halamannya. Ia harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Ibu kota Jakarta menuju daerah luar pulau Jawa. Meylani merasa ada yang tidak beres dengan pemanggilannya kali ini.
Mey duduk di dalam pesawat tepat dengan jendela pesawat, biasanya setiap mudik, Mey hanya memakai jasa transportasi seperti kapal untuk menghemat biaya, walaupun waktu yang dibutuhkan lebih lama dari memakai jasa pesawat terbang.
"Kemarin Ibu menelpon ke nomorku pakai nomornya siapa,kok yang pertama kali bicara adalah laki-laki, aku jadi penasaran siapa pria itu? Kalau Kamil aku sangat tahu suaranya, terus pria itu siapa,ihh misterius banget jadi orang!" Mey membatin memikirkan beberapa kemungkinan yang bisa terjadi.
Kepulangan Mey tidak diantar oleh kedua sahabatnya, karena Mia dan Lisa harus bekerja hari ini.
"Anak-anak memang selalu seperti ini kalau aku pulang kampung, pasti belikan banyak barang, alhamdulilah aku punya teman yang baik dan selalu dikelilingi oleh orang yang baik pula," Mey memeriksa layar ponselnya sebelum pesawat tinggal landas.
Mey menatap foto seorang pria yang sudah lebih dua tahun tidak berjumpa dengannya. Air matanya jatuh tak disadarinya itu. Ia mengelus wajah pria di dalam layar hpnya itu dengan sendu. Menjalin hubungan LDR itu sangat tidak enak dan menyiksa batin.
"Mas Bisma,kamu kemana saja sudah hampir seminggu tidak memberikan kabar apapun, aku chat masih centang satu,aku telpon selalu tidak aktif, apa yang terjadi padamu, apa kamu sibuk banget sampai-sampai melupakan memberikan kabar kepadaku," lirihnya Meylani.
Berselang beberapa menit kemudian, pesawat tinggal landas meninggalkan bandara internasional Soekarno Hatta menuju bandara internasional Sultan Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan.
Kesibukan sudah terlihat jelas di depan rumah bertingkat dua itu. Sudah ada janur kuning melengkung di depan rumah tersebut. Hilir mudik beberapa orang memperlihatkan jika, di dalam rumah itu, beberapa hari lagi akan mengadakan pesta resepsi pernikahan.
"Kamil Ibnu apa kamu sudah siap menjemput kakakmu di bandara Nak?" Teriak seorang pria paruh baya dari bawah lantai dasar rumahnya.
Pria itu adalah bapaknya Meylani Pak Damar Hasyim Asy'ari yang berdiri di tangga rumahnya menunggu anak keduanya turun dari lantai dua.
Kamil yang mendengar namanya disebut segera menuruni lantai rumahnya menuju lantai dasar dimana bapaknya berdiri dengan kopiah dipasang agak miring di kepalanya itu.
"Maaf Pak, tadi saya shalat ashar dulu jadi tidak sempat membalas ucapannya bapak," sesalnya Kamil yang sudah berdiri di depan bapaknya itu sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
"Alhamdulillah kalau kamu sudah shalat asar nak, Bapak bangga padamu karena sesibuk apapun kamu selalu mendahulukan kewajiban kamu dari pada yang lainnya," pujinya Pak Damar sambil menepuk pundak putra semata wayangnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
ayu nuraini maulina
mau d jodohkan kyknya
2023-06-25
1
Uneh Wee
datang lngsung. d nikah kn mey
2023-06-10
0
ivana aga
next kak
2023-06-03
1