Kamil segera meraih kunci motor maticnya yang tergantung di dinding tembok sekitar pintu masuk rumahnya. Kamil berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk menjemput kakaknya.
"Bismillahirrahmanirrahim, Semoga saja kak Mey belum sampai di bandara, jika tidak pasti akan ngomel-ngomel lagi kalau tahu saya terlambat jemputnya. Aku berharap aku bisa jaga rahasia dan tidak keceplosan nantinya kalau sudah ketemu dengan kakak.
Kamil segera mempercepat langkahnya menuju pintu keluar rumahnya dan bersiap ke bandara internasional Hasanuddin Makassar.
Pesawat yang ditumpangi oleh Meylani sudah sampai dengan selamat di bandara internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Mey duduk di kursi tunggu penumpang sambil memainkan hpnya,ia memeriksa pesan chat yang masuk di ponselnya, tapi satpun tidak ada pesan dari Bisma.
Mey menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya dengan kasar," ya Allah… apa yang terjadi padamu Mas Bisma, aku tidak tau harus bertanya pada siapa mengenai keadaanmu datang ke rumahmu saja aku tidak pernah apalagi bertemu dengan salah satu anggota keluargamu," cicitnya Mey seraya menggigit kecil ujung hpnya itu.
Meylani sudah berpacaran cukup lama dengan Bisma,tapi Bisma tidak pernah bercerita tentang keluarganya itu. Ia juga tidak berani untuk bertanya macam-macam jika bukan Bisma sendiri yang berbicara mengenai dirinya sendiri.
"Aku hanya berharap agar kamu di negeri perantauan baik-baik saja dan kamu datang ke rumahku memenuhi janjimu untuk melamar ku," gumam Mey sembari menyandarkan kepalanya ke headboard kursi tunggu.
Hanya butuh sekitar setengah jam perjalanan dari bandara menuju rumahnya. Tetapi karena Kamil terjebak macet di berbagai jalan protokol Ibu kota Makassar yang dilaluinya itu sehingga membuatnya harus bersabar dan memutar arah. Kamil mencari keberadaan kakaknya karena Mey tidak mengangkat telponnya. Ia celingak-celinguk mencari keberadaan Mey.
"Mbak Meylani ada di mana, kenapa juga hpnya tidak diangkat?" Cicitnya Kamil yang sudah berjalan ke sana kemari mencari keberadaan kakaknya yang baru balik dari Jakarta.
Meylani ketiduran sambil menutupi wajahnya dengan hijab dan sebuah majalah, hingga Kamil tidak menyadari jika perempuan berbaju biru tua itu yang tertidur di kursi adalah saudarinya.
"Saya telpon juga tidak diangkat, apa jangan-jangan pesawatnya delay dan mengalami keterlambatan keberangkatan?" Kamil tetap menghubungi nomor hp kakaknya.
Kamil memperlambat jalannya ketika berdekatan dengan kursi yang diduduki oleh seorang perempuan yang menutupi wajahnya memakai majalah male yang baru saja terbit hari itu.
"Sepertinya aku dengar ada suara hp yang berdering di sekitar sini, apa jangan-jangan itu punyanya kak Mey lag" tebaknya Kamil.
Kamil kembali mencoba untuk menghubungi nomor hp Meylani dan mencocokkan dengan nada dering hp seseorang yang terduduk di atas kursi panjang. Apa yang dikatakan disangka Kamil tenyata benar adanya, hp perempuan yang tertidur pulas itu berdering jika ia melakukan panggilan.
"Apa benar itu Mbak Mey? Saya coba bangunkan saja kalaupun salah orang aku tinggal minta maaf saja," gumam Kamil.
Kamil berjalan mendekat ke arah perempuan yang dikira dan di duganya adalah kakak sulungnya itu. Baru saja hendak menggapai pundak perempuan itu, sang perempuan sudah terbangun dari tidurnya.
"Alhamdulillah enaknya tiduran walaupun hanya sekejap saja," cicitnya Meylani.
"Hem!! Apanya yang hanya sekejap mata, saya sudah hampir sejam nungguin kakak yang tidur ngorok," kesalnya Kamil.
Meylani spontan menolehkan kepalanya ke arah suara adiknya itu, ia hanya tersenyum cengengesan menanggapi kemarahan dari adik keduanya.
Meylani merentangkan kedua tangannya ke arah atas sambil mengusap beberapa kali kelopak matanya yang baru saja melek, "Ya Allah… adikku yang paling ganteng ternyata sudah datang, kenapa lama banget datangnya jadinya kakak capek sehingga ketiduran menunggu kedatanganmu," kilahnya Meylani yang tidak mau disalahkan apalagi dikambing hitamkan jika sepenuhnyadia lah yang bersalah disini.
"Memang kebiasaan kalau sudah mendarah daging, pasti sulit untuk ditinggalkan! Selalu saja ketiduran yang tidak pernah kenal tempat, apa kakak tidak khawatir ada orang yang berniat jahat pada kakak yang sangat nyenyak tidurnya!?" Kamil menggelengkan kepalanya melihat sikap kakaknya itu yang sudah berusia 25 tahun tapi masih saja bertingkah aneh menurutnya.
Mey segera bangkit dari duduknya itu lalu merangkul pundak adiknya," ish ish merajuk rupanya! Kalau adikku merajuk saya tidak akan beliin laptop baru untuk kuliahmu, gimana apa masih mau marah-marah?" Mey tersenyum penuh kemenangan.
Kamil terdiam seribu bahasa bukannya memikirkan masalah laptop, tapi malahan memikirkan pernikahan kakaknya yang tiba-tiba itu, tapi sudah diwanti-wanti oleh mamanya untuk tidak mengatakan apapun kepada Mey.
Padahal biasanya keduanya tidak ada dusta dan rahasia diantara kakak beradik itu. Mengenai kekasihnya Bisma pun ia ketahui dari Meylani sendiri yang menceritakannya.
"Semoga saja kakak tidak shock dan marah-marah jika sampai di rumah dan mengetahui jika dia akan menikah hari Jumat nanti empat hari dari sekarang," batinnya Kamil.
Kamil yang terdiam mematung membuat Meylani mengerutkan keningnya itu melihat sikap dari adiknya yang tiba-tiba bungkam.
Mey tersenyum licik kemudian mendekatkan wajahnya ke telinganya Kamil, "Kamil Prayoga apa yang terjadi padamu!? Apa jangan-jangan kesanbet penunggu bandara?" Mey sedikit mengeraskan volume suaranya tepat di dekat lubang telinganya Kamil.
Kamil segera menyudahi lamunannya itu reflek menutup kedua telinganya yang kemungkinannya gendang telinganya akan meledak jika seperti itu terus.
"Kakak Mey!!" Teriak Kamil.
Mey hanya tersenyum sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya itu.
"Ada apa! Apa kamu sudah sadar?" Tanya Mey yang tertawa terbahak-bahak melihat reaksi dari adiknya.
"Kakak selalu saja seperti ini, semoga saja suaminya kakak kedepannya tidak dijahili juga, cukup aku saja, ya Allah ya Robbi," guraunya Kamil seraya memegangi dadanya dengan penuh drama.
Meylani hanya menatap jengah ke arah adik satu-satunya laki-laki itu, "Calon suami! Emangnya siapa juga yang mau nikah dalam waktu dekat! Lagian calon suamiku itu orangnya pendiam dan kalem tidak seperti kamu yang sukanya bengong kayak ayam kesambet saja!" Ketusnya Meylani lagi.
Kamil mengedarkan pandangannya karena tidak menemukan barang banyak yang seperti biasanya orang-orang kalau pulang kampung, "Kakak kayak tidak tahu saja siapa saya! Kak ngomong-ngomong barang bawaannya hanya ini saja?" Tanyanya Kamil yang hanya melihat satu tas ransel kecil yang dibawa oleh kakaknya itu.
"Emang orang mau pindahan atau saya akan menetap lama di Makassar!? Tidak kan makanya saya hanya bawa sedikit seperlunya saja, lagian di rumah sini kan masih banyak pakaian yang bisa aku pakai kalau bawa bawaan banyak-banyak pasti akan kerepotan bawanya," jelasnya Meylani.
"Iya juga sih, ini pesawat bukan mobil pribadi yang bebas bawa barang banyak, tapi semua Tante dan sepupu yang mengetahui kakak pulang itu menunggu dan berharap kakak bawain mereka oleh-oleh lohe, kan seperti biasanya kakak pulang itu bawa oleh-oleh untuk mereka tapi kali ini tidak ada pasti mereka akan sedikit kecewa," ungkapnya Kamil.
"Gimana caranya mau beli oleh-oleh untuk mereka sedangkan saya baliknya dadakan mana sempat lah beli," keluhnya Meylani Ramadhani yang memang pulang tanpa persiapan sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Rose Jasmine
maaf banget thor kok nama penjangnya ber ubah2 ,, kamil ibnu trus berubah kamil prayoga,trus nama meylani juga,, penggunaan saya dan aku juga tidak konsisten,, /Pray/
2023-10-17
1
ayu nuraini maulina
nah bnrkan
2023-06-25
0
ayu nuraini maulina
dah lpa mungkin Bisma am dirimu mey
2023-06-25
1