Chapter 03

Seorang pemuda datang menemui Claudia, saat ia tengah berbincang dengan pemuda itu, Bella bermain dengannya boneka di dekat perapian. Bella tak mengenal pemuda itu karena satu-satunya orang yang datang ke rumahnya ini adalah Pak Pandu dan Boby, orang yang membawakan kayu bakar.

Boby menyukai asisten rumah tangganya, setiap kali dia datang, Boby selalu memberikan lelucon kepada Bik Kara, dan hal itu kembuat Bik Kara tertawa bahagia, meski menurut Bella lelucon Bobby sama sekali tak lucu.

Pemuda itu memberikan surat kepada Claudia, tetapi ia tidak membukanya. Claudia malah menawarinya minum teh. Entah mengapa Bella merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan Mamanya, Claudia duduk terlalu tegak dan ia berbicara sangat lembut.

"Dia gadis kecil yang cantik," ucap pria itu dan tersenyum padanya.

"Ya dia memang cantik. Terima kasih."

“Dia mirip denganmu. Cantik seperti matahari terbit.”

Claudia tersenyum pada pria itu kemudian beralaih ke Bella. “Bella, kenapa kamu tidak pergi keluar dan memotong beberapa bunga untuk meja.”

Bella mengambil bonekanya dan pergi dari ruang tamu tanpa membantah, ia ingin menyenangkan Mamanya. Dia mengambil pisau tajam dari laci dapur dan pergi keluar ke taman bunga.

Mamanya sangat menyukai bunga mawar, sehingga ia mengambil lebih banyak mawar ketimbang aster, hingga keranjang jerami di lengannya penuh. Ketika Bella kembali ke dalam, pemuda tadi sudah pergi. Surat itu terbuka di pangkuan Mamanya. Matanya cerah dan pipinya penuh warna cerah, Claudia tersenyum sambil melipat surat itu dan menyelipkannya ke saku bajunya.

Claudia berdiri dan mendatangi Bella, mengangkatnya dan mengayunkannya dengan gembira. "Terima kasih sudah mengambil bunga, sayang.” ia mencium putrinya. Saat Claudia menurunkan Bella, Bella meletakkan keranjang di atas meja.

“Aku suka bunga,” ucap Claudia. “Bunga-bunga in sangat cantik, bukan? Untuk kali ini bagaimana jika kamu yang merangkainya? Mama ingin mengambil sesuatu di dapur. Oh, Bella! Ini hari yang sangat indah, bukan?”

'Ini adalah hari yang buruk,' pikir Bella. Ia mengangkat vas besar dari meja dan membawanya keluar, membuang bunga layu di atas kompos. Dia menisi air ke vas, kemudian kembali lagi ke atas meja.

Bella tidak memotong batang atau membuang daun, ia langsung memasukannya saja ke vas. "Alex Kenedy akan kembali," ucap Claudia, saat ia kembali ke ruang tamu bersama Bik Kara.

“Oh, sayang. Bik Kara telah membuat rencana untuk pergi ke pantai minggu ini dan dia ingin membawamu bersamanya. Bukankah itu ide yang hebat?”

Jantung Bella berdetak cepat dan keras.

"Bukankah Bik Kara sangat manis, ingin mengajakmu jalan-jalan?" Claudia melanjutkan dengan ceria. “Bibi punya teman yang memiliki sebuah penginapan di pinggir pantai, dan dia sangat menyukai gadis kecil.”

Bella menatap Mamanya. “Aku tidak mau pergi, Ma. Aku akan tetap di sini bersama Mama."

Bella tahu apa yang sedang terjadi, Mamanya menyuruhnya pergi karena Papanya tidak menginginkannya. Mungkin Mamanya juga tidak menginginkannya sekarang.

"Omong kosong," Claudia tertawa. “Kamu belum pernah ke mana pun kecuali berkeliling desa ini dan kamu perlu melihat sesuatu dari dunia. Kamu akan menyukai lautan, Bella. Tempat itu begitu cantik, kamu bisa duduk di atas pasir dan mendengarkan ombak. Kamu bisa membangun kastil dan menemukan kerang. Tunggu saja sampai kamu merasakan busa menggelitik jari kakimu.

Claudia tampak seperti hidup kembali, Bella tahu itu surat dari Alex yang akan datang menemui Mamanya. Mamanya tidak ingin kejadian kemarin terulang sehingga Mamanya menyingkirkan dirinya. Bella melihat wajah Claudia bercahaya. “Ayo sekarang, sayang. Ayo siapkan dirimu untuk pergi.”

Bella memperhatikan barang-barangnya dilipat dan dimasukkan ke dalam tas. Mamanya terlihat tidak sabar untuk menyingkirkannya. "Di mana bonekamu?" ucapnya sambil melihat sekeliling. "Kamu pasti ingin membawanya bersamamu."

"TIDAK."

"Mengapa tidak? Kamu tidak pernah lepas dari boneka kesayanganmu.

"Bonekaku ingin tetap di sini bersama Mama."

Claudia mengerutkan kening. "Tapi dia tidak bisa berbicara dari mana kamu tahu?"

Saat Claudia selesai merapihkan barang-barang Bella, Bik Kara datang dan mengajak Bella untuk naik taxi menuju stasiun kereta.

Bibik membeli tiket sebelum mereka naik kereta, petugas mengambil alih tas milik Bella, dan Bibik mengangkat Bella masuk ke gerbong. Ketika mereka duduk dengan nyaman, saling berhadapan, Bibik tersenyum. "Kita akan berpetualang, Bella."

Bella ingin melompat keluar dari kereta dan berlari pulang ke Mamanya, tapi Mamanya pasti akan kembali menyuruhnya pergi. Bella menempel ke jendela, semakin jauh mereka pergi, semakin Bella merasa sunyi.

“Kita akan menginap di Pantai Selatan,” ucap Bibi yang terlihat senang.

Sementara Bella hanya diam, ia sedih karena tidak pernah jauh dari Mamanya selama berjam-jam. Tapi sekarang Bella tidak berbuat apa-apa, Alex akan datang, jadi dia harus pergi.

“Mereka punya makanan enak dan kamar yang nyaman,” ucap Bik Kara padanya. “Dan kamar itu dekat sekali dengan laut, kamu bisa berjalan di sepanjang jalan berumput kecil dan sampai di tebing. Ombak menghantam bebatuan. Itu suara yang indah, dan baunya udara asin lebih baik dari apapun.”

'Lebih baik dari apapun…' Bella menyukai rumah dan taman bunga di belakang kediamannya, ia menyukai duduk di samping rumah bersama Mama, kaki telanjang mereka menjuntai di sungai kecil.

Sambil menahan air mata, Bella melihat ke luar jendela lagi. Matanya perih dan tenggorokannya menjadi sakit, jam-jam berlalu dengan lambat. Bella lelah dan hampir tidak bisa membuka matanya, tetapi setiap kali dia menutupnya, kereta akan membuat suara yang bising, membuatnya takut dan terjaga.

Kereta mengalami kerusakan ketika berhenti si stasiun yang Bella tidak ketahui, para penumpang di perbolehkan turun sampai kereta selesai dalam perbaikan. Bik Kara mengajak Bella ke gerbong belakang, ketika Bella menoleh ke belakang, Bik Kara tidak terlihat. Bella berlari ke gerbong yang tadi dan meneriakkan nama Bik Kara.

“Hentikan teriakanmu! Astaga, kenapa kamu ribut sekali?" ucap Bik Kara, bergegas ke arahnya. “Orang akan berpikir kamu adalah ayam tanpa induknya, jalanlah seperti biasa, aku hanya di depan sana."

"Bik Kara dari mana?" tanya Bella, air mata mengalir di pipinya. "Mama bilang kita harus tetap bersama!"

Alis Bibi melengkung. “Yah, nona. Tapi tadi aku hanya ingin melihat orang berjualan di sana." ia mengulurkan tangan dan meraih tangan Bella, menuntunya keluar dari kereta lalu berjalan ke gedung stasiun.

Istri manajer stasiun yang sedang berdiri di ambang pintu tersenyum pada Bella. "Gadis kecil yang cantik," sapanya. "Apa kau lapar, sayang? Bagaimana dengan semangkuk sup sambil menunggu keretanya di perbaiki? Anggaplah sebagai permintaan maaf karena keretanya rusak dan mengganggu perjalananmu."

Bella menunduk malu-malu. "Tidak terima kasih, Bu.”

"Kamu anak yang baik," ucap wanita itu.

"Ayo, Bella!" ucap Bik Kara sembari mendorongnya ke dalam.

Wanita itu menepuk punggung Bella dengan lembut saat dia mengantarnya ke meja. "Aku rasa kau akan menyukai sop buntut," ucapnya, kemudian ia memesankannya ke juru masaknya.

Bik Kara duduk dan mengambil cangkir teh. “Kau perlu makan sesuatu sebelum kita pergi.”

"Aku tidak lapar."

Bik Kara mencondongkan tubuh ke depan. "Aku tidak peduli apakah kau lapar atau tidak," ucapnya dalam suara rendah. “Kamu harus melakukan apa yang aku perintahkan. Masinis tadi mengatakan perbaikan akan berlangsung selama setengah jam, dan itu artinya akan menjadi tiga atau empat jam lagi sebelum kita mencapai pesisir. Aku tidak ingin mendengar nanti kau merengek kelaparan. Ini kesempatan kita makan enak dan gratis."

Bella menatap Bik Kara, ia berjuang untuk tidak menangis. Bik Kara menghela nafas berat, lalu mengulurkan tangan untuk menepuk wajah Bella dengan lembut. "Makan-lah sedikit, Bella," ucapnya.

Dengan patuh, Bella mengambil sendoknya dan mulai makan. 'Kata Mama perjalanan ini direncanakan untuknya, tetapi mengapa Bik Kara sangat menyebalkan. Jelas mama menyuruhnya pergi untuk menyingkirkannya.'

Selesai makan mereka mengucapkan terima kasih, lalu kembali ke gerbong. Bella terdiam, ia duduk di samping jendela dan menatap keluar, tangan kecilnya tergenggam di pangkuannya.

Sementara Bik Kara tertidur dengan lelap. Ketika Bik Kara terbangun, dia tersenyum pada Bella. “Bau udara laut,” ucapnya.

Mereka tiba di Pantai Selatan setelah matahari terbenam. Bella menggenggam tangan Bik Kara ketika mereka turun dari mobil yang membawanya ke penginapan yang di tuju. Bella mendengar raungan yang hebat seperti monster dan ketakutan. “Suara apa itu, Bik?”

“Laut yang menerjang bebatuan. Hebat, bukan?”

Bella mengira itu adalah suara paling menakutkan yang pernah ia dengar. Itu angin melolong di pepohonan seperti binatang buas mencari mangsa berdarah panas.

Bella menyeret tasnya ke depan pintu penginapan yang ternyata adalah sebuah bar, penginapannya berada di lantai duanya. Sementara Bik Kara mendorong pintu membuka dengan bahunya dan masuk, Bella mengikuti tepat di belakangnya.

Bik Kara melihat sekeliling ruangan, lalu tersenyum, Bella mengikuti pandangannya dan melihat pria di meja bar tengah bergulat dengan pelaut berotot. Seorang pria besar yang sedang menuangkan bir, langsung melihat ke arah Bik Kara. Dia membungkuk untuk menyenggol pria yang sedang bergulat dan mengangguk ke arah Bik Kara dengan tenang.

Bella menyaksikan semua itu dengan rasa ketakutan, terlebih ketika pria yang dipukuli itu bangkit dan memukul pelaut di mata kanannya, membuatnya jatuh ke lantai.

Terpopuler

Comments

CebReT SeMeDi

CebReT SeMeDi

Kenapa mengorbankan anakmu clau, belum tentu juga Alex tulus ama kamu😭😭 nyesel nanti kamu clau🥺🥺

2023-06-10

3

𝐂𝐈𝐌𝐔𝐓🌠 ✾ ⍣⃝కꫝ 🎸

𝐂𝐈𝐌𝐔𝐓🌠 ✾ ⍣⃝కꫝ 🎸

claudia bodoh kenapa dia menyingkirkan bella hanya demi alex yg sudah punya anak dan istri.
apa dia gak mikir miskipun alex kembali dia gak akan bisa bersama selamanya. alex pasti kembali lagi bersama anak dan istrinya.

2023-06-10

2

⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀𝐙⃝🦜

⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀𝐙⃝🦜

Demi suamimu kau tega menyingkirkan anak mu Clau ..
kau bilang menyayangi Bella lebih dari apapun.. ternyata kau lebih menyayangi lelaki itu

2023-06-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!