The Sincerity Of Love
Alex Kenedy, sama persis seperti apa yang selalu Mama ceritakan. Pria itu tinggi dan berkulit gelap, dan Bella belum pernah melihat orang setampan ini. Meski wajahnya terlihat lelah, manun dia tetap telihat seperti pangeran dalam cerita yang dibacakan Mama.
Jantung Bella berdegup kencang, ia begitu amat gembira bisa bertemu dengan papanya. Ia mengenakan rok hijau terbaiknya dan atasan putih. Dan Mama mengepang rambutnya dengan pita merah jambu dan biru. 'Apakah Papa menyukai penampilannya? Mama bilang hijau adalah warna kesukaannya, papa kenapa dia tidak tersenyum? Apakah Papa sedang ada masalah?' batin Bella, ia berdiri tegak dan diam seperti apa yang di perintahkan Mama.
Mama bilang, Papa akan menyukainya, jika Bella bersikap manis. Tapi kenyataannya Papa sama sekali tidak terlihat senang.
"Bukankah putrimu sangat cantik, Alex?" ucap Caludia, dengan suara tegang, seperti tersedak. "Bukankah dia gadis kecil paling cantik yang pernah kamu lihat?"
Bella melihat mata gelap Papanya, Papanya sama sekali tidak terlihat bahagia, dia justru tampak marah, sama seperti Mamanya ketika Bella terlalu banyak bicara atau terlalu banyak bertanya
"Hanya beberapa menit saja," ucap Caludia dengan wajah ketakutan. “Hanya itu yang aku minta, Alex. Itu akan sangat berarti baginya.” Alex Kenedy menatap Bella, dengan mulut yang terkatup rapat.
Bella memiliki dagu dan hidung mirip Papanya, serta rambut lurus dan kulit putih seperti Mamanya. Matanya juga seperti Mamanya, meskipun lebih coklat. Bella ingin Papanya berpikir jika dia cantik, dan Bella menatapnya dengan penuh harap.
Tapi sorot mata papanya tidak bagus. “Apakah kamu sengaja memakaikan dia baju warna hijau, Claudia?” tanya Alex.
"hijau adalah warna kesukaannya."
Bella merasa bingung, mengapa orang tuanya terlihat sangat dingin. Bella menarik jas papanya. "Papa ..."
"Jangan panggil aku seperti itu."
Bella berkedip, ketakutan dan bingung dengan sikapnya Papanya. Bella berpikir bahwa Papanya marah karena Bella tidak mengucapkan terima kasih atas hadiah yang selama ini di kirimkan oleh Papanya. “Aku ingin berterima kasih atas hadiahmu...”
“Sst, Bella,” ucap caludia dengan cepat, ia meletakkan tangannya di bahu Bella. Bella bisa merasakan jari-jari mamanya gemetar, tapi papanya membungkuk ke arahnya sembari tersenyum. "Hadiah apa?" tanya. "Katakan padaku, Nak."
"Aku selalu suka permen yang kau kirimkan untukku," ucap Bella, ia merasa sena g papanya perhatian padanya. "Dan yang paling terbaik dari hadiah itu adalah angsa kristal yang kau berikan” Bella tersenyum lagi, matanya berbinar gembira karena Papanya mendengarkannya dengan dengan penuh seksama.
Alex menatap Caludia dengan tajam "Aku sangat senang mengetahui betapa berartinya hadiah itu."
Bella menatap Papanya dengan penuh rasa gembira. “Aku meletakkannya di ambang jendela. Sinar matahari menembusnya dan membuat warna-warna indah menari di dinding. Apakah Anda ingin melihatnya?” Bella meraih tangan Papanya hendak mengajaknya melihat angsa kristal itu.
Bella tersentak dan terluka ketika Papanya mengibaskan tangan yang pegang olehnya. 'Apa yang aku lakukan adalah salah?' batin Bella, ia melihat ibundanya napak ketakutan.
Claudia menghampiri Bella, ia menyentuh bahu putrinya dengan lembut. "Sayang, pergilah bermain keluar," pinta Caludia.
Bella mendongak, selaki lagi batinnya bertanya. Apakah aku telah melakukan sesuatu yang salah?
"Tidak bisakah aku tetap di sini? Aku tidak akan bicara apa pun," ucap Bella, bukan ia tak ingin menuruti perintah Mamanya, hanya saja ia masih ingin melihat Papanya.
Alex membungkukan badannya ke arah Bella. "Aku ingin kamu keluar dan bermain," ucapnya. "Aku ingin berbicara berdua saja dengan Mamamu," ia tersenyum dan mengelus pipi Bella dengan lembut.
Bella tersenyum karena Papanya telah menyentuhnya. Apakah Papa menyayanginya? Seperti yang selalu mama katakan. "Bisakah aku kembali lagi setelah kalian selesai berbicara?"
Papanya menegakkan tubuh dengan kaku. “Mamamu akan datang dan menjemputmu setelah kita selesai. Sekarang, kau pergilah keluar!"
“Baik Papa,” Bella masih ingin tatap di ruang tamu, tetapi dia ingin menyenangkan Papanya, sehingga ia pun keluar dari ruang tamu, melewati dapur ke belakang pintu. Bella memetik beberapa bunga aster yang tumbuh di taman belakang kediamannya. Dia memetik kelopaknya. “Papa menyayangiku, Papa tidak menyayangiku, Papa menyayangiku, Papa tidak....” Bella terdiam ketika kelopak terakir di dapatkan 'Papa tak menyayanginya'.
Padahal Bella selalu bermimpi jika Papanya menggendongnya, mengajaknya bermain, dan membiarkannya duduk di pangkuannya sembari membacakan buku cerita.
Jendela ruang tamu terbuka, dan Bella bisa mendengar suara-suara. Ia berjalan ke dekat jendela itu, kemudian Bella duduk dan mendengarkan pembicaraan mereka.
“Apa yang harus kulakukan, Alex? Agar kau mau menghabiskan waktumu semenit saja bersama Bella. Apa yang harus saya katakan padanya? jika Papanya tidak pernah peduli? Jika Papanya tidak pernah menginginkannya bahkan dari semenjak dia belum dilahirkan?”
Bibir Bella terbuka. Papa, menolak kehadiranku di dunia!
“Aku memungut angsa kristal yang kamu berikan pada anakmu yang disana, tapi anakmu itu justru membuangnya, dia sama sekali tak menghargai pemberianmu. Lalu angsa itu aku berikan pada Bella, dan Bella begitu senang ketika aku mengatakan itu pemberian darimu!!"
Bella duduk di tanah, tidak peduli dengan gaun cantiknya kotor, jantungnya melambat dari detaknya.
“Alex, tolong. Bella sama sekali tidak bersalah, pagi ini dia bertanya kepadaku, apakah dia sudah cukup umur untuk bertemu denganmu? Dia bertanya padaku setiap saat ketika dia tahu kamu datang. Dia tidak mengerti mengapa kau mengabaikannya, begitu juga dengan aku.”
“Kau tahu bagaimana perasaanku padanya?"
“Bagaimana kamu bisa mengatakan perasaanmu? Kau bahkan tidak mengenalnya. Bella anak yang cantik, Alex. Dia sangat pintar dan menawan dan dia tidak takut pada apapun. Dia mirip sepertimu dalam banyak hal. Kamu tidak bisa mengabaikannya keberadaannya. Dia putrimu.…”
“Aku punya cukup banyak anak dari istriku. Anak-anak yang sah. Aku sudah bilang aku tidak menginginkan anak darimu.”
“Bagaimana kamu bisa mengatakan itu? Bagaimana bisa kamu tidak mencintai darah dagingmu sendiri?"
“Aku sudah memberitahumu sejak awal, tetapi kamu tidak mau mendengarkan. Dia seharusnya tidak pernah lahir, Claudia, tapi kamu bersikeras untuk melahirkannya, padahal aku sudah menyuruhmu menggugurkannya."
“Aku tidak bisa melakukannya. Bagaimana kau bisa menyuruhku untuk membunuh anak yang sedang aku kandung? Apakah kamu tidak mengerti bahwa itu adalah dosa besar?”
“Kamu menghabiskan terlalu banyak waktu di gereja,” ucapnya mengejek. "Jika kau menyingkirkan anak itu sebelum dia lahir tentu, sekarang tak akan jadi masalah."
"Aku menginginkannya!" ucap Claudia putus asa. “Dia adalah bagian dari dirimu, Alex, dan bagian dari diriku. Aku menginginkannya bahkan jika kamu tidak...."
“Apakah kau mengiria, jika kau melahirkan dan membesarkannya, kau akan memilikiku seutuhnya?? Tidak Caludia. Tidak. Kau tidak akan pernah memilikiku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
CebReT SeMeDi
kesian bgt sih Bella 😫dia jg g minta dilahirkan tega bgt sih Alex, apa anak hasil diluar nikah ya
2023-06-10
2
𝐂𝐈𝐌𝐔𝐓🌠 ✾ ⍣⃝కꫝ 🎸
aduhhh belum belum da nyesek bacanya.
kasihan bella dengerin langsung kalau papanya tidak menginginkan dia hidup pasti mentalnya down itu.
semoga nasipmu kedepan baik dan.bahagia bell
2023-06-10
0
ᴛᴇ⏤͟͟͞𝐑_ᴍᴀɴɪᴇ𝐙⃝🦜™☺️
Astaga Alex .. kalau gak mau punya anak dari Claudia ngapain kau nikahin 😤😤😤
2023-06-10
0