Chapter 02

"Kamu jahat, Alex," ucap Caludia sembari menangis. “Aku sudah menyerahkan segalanya untukmu! keluargaku, teman-temanku, harga diriku, semua yang aku yakini.…"

“Aku membelikanmu rumah ini, aku memberi uang untuk memenuhi semua kebutuhanmu," ucap Alex.

Suara Claudia meninggi. “Apakah kamu tahu bagaimana rasanya aku berjalan di kota ini? Kamu datang dan pergi sesuka hatimu. Dan mereka tahu siapa kamu, dan mereka tahu siapa aku. Tidak ada yang mau berbicara kepadaku dan juga Bella, bahkan Bella pernah bertanya padaku tentang hal itu sekali. Aku hanya bisa mengatakan kepadanya bahwa kami berbeda dari orang lain. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya."

“Aku muak mendengar tentang anak itu, dia merusak segalanya di antara kita. Apakah kau ingat betapa bahagianya kita dulu sebelum ada anak itu? Kita tidak pernah berterngkar, dan aku selalu tidak sabar untuk datang menemuimu, dan bersama denganmu. Aku berharap dia tidak pernah di lahirkan, permisi." Alex bersiap untuk pergi dari rumah Claudia.

"Tidak, jangan Alex. Kau tidak boleh pergi aebelum kau bermain dengan Bella," cegah Claudia.

“Aku tidak ada waktu untuk anak itu." Alex tetap melangkah pergi.

Claudia meneriakkan nama Alex, hingga membuat suara yang mengerikan. Bella yang ketakutan langsung berlari melewati bunga-bunga dan melintasi halaman. Dia berlari sampai dia tidak bisa berlari lagi. Bella terengah-engah, sisi tubuhnya terbakar, dia jatuh ke rerumputan tinggi, bahunya terisak-isak, wajahnya dipenuhi air mata.

Dia mendengar suara deru mobil, ketika ia mengintip dari balik rerumputan, ia melihat itu adalah suara mobil Papanya yang menjauh dari kediamannya. Bella merunduk, dia meringkuk di rerumputn sembari menangis, dan menunggu Mamahya datang menjemputnya. Tapi Mamanya tidak datang dan tidak ada suara Mamanya yang memanggil namanya.

Setelah beberapa saat, Bella mengembara keliling desa, ia kembali ke taman di belakang rumahnya, ia duduk di dekat tanaman merambat berbunga dan menunggu lebih lama. Mamanya datang ketika air mata Bella sudah kering, namun ia masih gemetar karena percakapan kedua orangtuanya tadi.

Bella berusaha tersenyum seperti biasanya. “Dari mana saja kamu, Sayang? Mama dari tadi mencarimu,” ucap Claudia.

Bella tahu Mamanya tidak mencarinya, karena sedari tadi Bella justru menunggu Mamanya memanggilnya. Claudia mengambil saputangan dari sakunya, kemudian ia menyeka noda dari pipi Bella. “Maaf, Papamu sudah pergi, tadi ada telepon dari kantor sehingga dia harus pergi meeting."

"Apakah dia akan kembali?" tanya Bella. Sebenarnya ia takut, ia tidak ingin melihatnya lagi, karena pria itu telah menyakiti Mamanya dan membuatnya menangis.

“Mungkin tidak untuk waktu yang lama. Kita harus menunggu. Papamu orang yang sangat sibuk dan penting," jawab Claudia.

Bella tidak berkata apa-apa lagi, dan Mamanya mengangkat tubuhnya dan memeluknya erat. “Tidak apa-apa, Sayang. Bagaimana jika kita membuat hari yang seru berdua? Kita mengganti baju kita, lalu kita berkemas untuk piknik dan pergi ke sungai. Apakah kamu suka itu?"

Bella mengangguk dan melingkarkan lengannya di leher Mamanya. Mulutnya bergetar, ia berusaha untuk tidak menangis. Jika dia menangis, Mamanya mungkin akan tahu jika tadi ia menguping dan kemudian Mamanya akan marah padanya.

Caludia memeluk Bella erat-erat, wajahnya terkubur di rambut Bella. “Kita akan melalui ini semua sama-sama, sayang."

...****************...

Alex tidak kembali,hal itu membuat Claudia menjadi kurus dan lemah. Claudia mengalami insomnia, dan bangun lebih siang dari biasanya, ia enggan melakukan aktivitas seperti biasanya. Ketika tersenyum, mata Claudia napak kosong dan tidak bersinar.

Sang asisten rumah tangga mengingatkan Claudia untuk makan lebih banyak, ia mengatakan banyak hal yang tak cukup enak untuk di dengar oleh Bella, yang berada cukup dekat dengan mereka. “Pria itu masih mengirimimu uang, nyonya Claudia. Nyonya tak perlu risau.”

"Aku tidak peduli dengan uangnya." Mata Claudia berkaca-kaca. “Aku tidak pernah peduli tentang itu."

"Nyonya akan peduli jika, pria itu tidak mengirim uang lagi dan nyonya tidak punya uang."

Bella berusaha menghibur Mamanya dengan membawa bunga yang ia petik di halaman, tak hanya mmembawakan bunga juga membawakan batu-batu cantik yang ia temukan di halaman, Bella mencucinya dan memberikannya sebagai hadiah.

Claudia tersenyum dan berterima kasih pada putrinya, tapi tidak ada binar di mata indahnya. Bella mencoba menyanyikan lagu-lagu yang diajarkan Mama padanya, seperti lagu Bunda dan lagu Mama.

“Mama, kenapa Mama tidak ikut bernyanyi denganku?” tanya Bella, sembari naik ke tempat tidur bersamanya dan meletakkan bonekanya di selimut yang kusut.

Claudia menyisir rambut pirang panjangnya perlahan dengan menggunaka jari-jemarinya. “Maafkan Mama sayang, Mama sedang banyak pikiran sekarang.”

Bella merasakan beban tumbuh di dalam dirinya, itu semua salahnya. Semua salahnya. Seandainya dia tidak lahir ke dunia, Mama pasti akan bahagia. “Akankah Alex akan kembali, Mama?"

Claudia menatapnya, tapi Bella tidak peduli. Dia tidak akan memanggilnya Papa lagi karena pria itu telah menyakiti mamanya dan membuatnya sedih. Sejak Alex pergi, Mamanya hampir tidak memperhatikannya lagi. Bella bahkan pernah mendengar Mamanya berkata pada asisten rumahtangganya, bahwa cinta bukanlah berkah, melaikan sebuah kutukan.

Bella melirik wajah Claudia, dan hatinya tenggelam. Ia tahu Mamanya memikirkan Alex, Mamanya ingin Alex kembali. Bella pernah melihat Mamanya menangis di malam hari karena Alex tak kunjung datang. Claudia membenamkan wajahnya ke bantal ketika menangis, tapi Bella masih mendengar isak tangisnya. Bella menggigit bibirnya sembari meringkuk agar Mamanya tak mengetahui dirinya masih tejaga dan mendengarnya menangis.

“Ma, bagaimana kalau aku sakit dan meninggal?”

"Kamu tidak akan sakit," ucap Claudia sambil meliriknya, kemudian tersenyum. “Kamu masih terlalu muda dan sehat untuk mati.”

Bella memperhatikan Mamanya yang masih menyisir rambutnya, Mamanya sangat cantik. 'Bagaimana mungkin Alex tidak mencintai mama?' “Tapi jika aku mati, apakah Alex akan kembali dan tinggal bersama Mama?”

Claudia berbalik dan menatap Bella dengan tatapan yang mengerikan, hingga membuat gadis kecil itu takut. 'Seharusnya aku tidak mengatakan itu, sekarang Mama mungkin mengira jika aku mendengar mereka bertengkar saat Alex datang'.

“Jangan pernah berpikir seperti itu, Bella.”

"Tetapi..."

"TIDAK! Jangan pernah menanyakan pertanyaan seperti itu lagi. Apakah kamu mengerti?"

Mamanya tidak pernah meninggikan suaranya sebelumnya. Bella merasakan dagunya bergetar. "Baik, Mama."

“Jangan pernah lagi!” ucap Claudia dengan lebih lembut, ia mengulurkan tangan untuk menarik Bella ke dalam dirinya lengannya dan membelainya dengan lembut. “Aku mencintaimu, Bella. Aku sangat mencintaimu lebih dari apa pun atau siapa pun di seluruh dunia ini.”

Kecuali Alaex, pikir Bella. 'Kecuali Alex Kenedy. Bagaimana jika Alex datang kembali? Bagaimana jika Alex membuat Mama memilih antara aku atau dia? Lalu apa yang akan Mama lakukan?' batin Bella, ia menempel pada Mamanya dan berdoa untuk kebahagiaan Mamanya.

Terpopuler

Comments

CebReT SeMeDi

CebReT SeMeDi

apa segala sesuatu dinilai dengan uang, ya Allah nyesek bgt, aq yg ga punya anak aja mati2 an kesana kemari berusaha, ini yg ada disia2 kan😫😫

2023-06-10

2

𝐂𝐈𝐌𝐔𝐓🌠 ✾ ⍣⃝కꫝ 🎸

𝐂𝐈𝐌𝐔𝐓🌠 ✾ ⍣⃝కꫝ 🎸

nyeseknya claudia cuma dikirimin uang tapi gak diperhatian/ dilihat lagi sama alex.

masih misteri awalnya ini bgm kok bisa claudia jatuh cinta sama alex yang punya anak dan istri🤔

2023-06-10

1

⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀𝐙⃝🦜

⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀𝐙⃝🦜

Apa orang kaya selalu gitu ya. .. Bella... kasihan sekali kamu harusnya mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. karena ayah adalah cinta pertama bagi putrinya 🥺🥺

2023-06-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!