Chapter 05

“Mengeluarkan dia. Tidak ada salahnya jika dia duduk di lorong sebentar. Kamu tidak perlu khawatir, TIDAK seseorang akan mengganggunya.” Mike menyeret selimut dan bantal dari tempat tidur dan memberi isyarat kepada Bella. "Jangan membuat masalah!"

Bella tidak berani membangkang, ia mengikuti Mike ke ujung lorong, dan memperhatikan Mike saat membuang selimut dan bantal di koridor yang gelap. “Kamu duduk di sana dan jangan bergerak. Jika kamu tidak bisa diam apa lagi sampai membuat ulah, aku akan membawamu ke laut dan melemparmu ke kepiting yang kelaparan. Mengerti?"

Mulut Bella kering, ia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun, sehingga Bella hanya mengangguk.

Bik Kara datang menghampiri mereka. “Mike, aku tidak bisa meninggalkannya di luar, tadi aku melihat seekor tikus."

"Dia akan baik-baik saja,” Mike menepuk pipi Bella. “Bukankah begitu? Kamu akan tetap di sini sampai Kara keluar dari kamar dan menjemputmu."

"Y-ya, Om," Bella tergagap, suaranya tercekat di tenggorokannya.

"Lihat? Tidak masalah bukan?" ucapnya pada Bik kara, ia menarik Bibik kembali ke dalam kamar, dan Mike menutup pintu dengan kuat.

Beberapa menit kemudian Bella mendengar Mike berbicara dan Bik Kara tertawa cekikikan. Kemudian Bella mendengar suara er*ngan yang terdengar menakutkan.

Bella ingin lari dari suara yang mereka berdua buat, tetapi ia teringat apa yang dikatakan Mike, Mike akan membuangnya ke laut jika ia pergi. Bella menutupi kepalanya dengan selimut kotor dan menekan tangannya ke telinganya.

Bella mengintip ke kegelapan koridor, ia merasa seperti ada mata yang mengawasinya. 'Bagaimana jika tikus itu kembali?' batinnya. Jantungnya berdegup dengan kencang, ia meringkuk dan memeluk kakinya dengan erat. Bella berharap Bik Kara segera keluar untuk menjemputnya dan membawanya keluar dari koridor gelap ini.

Beberapa menit berlalu, lalu satu jam, dan satu jam berikutnya. Bibik tidak keluar untuknya. Bella tetap meringkuk dalam selimut. Bella menunggu, seperti saat Mamanya menunggu kedatangan Alex.

...****************...

Kepala Kara terasa sangat sakit ketika terbangun dengan sinar matahari di wajahnya. Dia terlalu banyak minum bir tadi malam dan lidahnya terasa bengkak. Dia menggeliat mengulurkan tangannya, tapi Mike sudah pergi.

Bik kara bangkit kemudian mencuci muka dan mengenakan pakaiannya. Ia membuka pintu, dan melihat Bella meringkuk di lorong yang dingin, "Oh!" Bik Kara berkata dengan lemah. Dia sudah lupa tentang tanggung jawabnya. Ketakutan dan rasa bersalah menyerangnya. Bagaimana jika Claudia tahu dia meninggalkan putrinya di lorong yang gelap sepanjang malam, bahkan hingga terserang flu? Bibik mengangkat tubuh Bella dan membawanya ke dalam kamar. Tangan kecil Bella seperti es, dan dia sangat putih.

"Jangan beri tahu Mamamu," ucapnya sambil menangis. “Jika sampai Mamamu memecatku, aku akan menuntut pertanggung jawabanmu!" Bik Kara menjadi marah karena berada dalam situasi genting, pekerjaannya tergantung pada Bella.

“Kenapa kamu tidak masuk ke kamar tadi malam? Bukankah Mike menyuruhmu masuk ketika dia keluar?"

“Tidak, dia tidak mengatakan apa pun. Dia hanya bilang jangan kemana-mana sampai bibik datang," ucap Bella, ia mulai menangis karena kemarahan Bik Kara.

“Jangan bohong! Tidak mungkin dia tidak menyuruhmu masuk!”

Bella menangis lebih keras, tampak bingung dan ketakutan. “Aku tidak berbohong." Mata gadis kecil itu lebar dan berbingkai merah. "Dia hanya mengatakan akan melemparku ke kepiting jika aku pergi."

"Diam! Berhentilah menangis, ”ucap bik kara menenangkannya, perasaannya dipenuhi dengan penyesalan, dia menarik Bella ke dalam pelukannya dan memeluknya. “Mari kita lupakan soal kejadian tadi malam,” ucap bik kara. "Lupakan soal Mike dan soal aku yang semalam mabuk."

Bik Kara menidurkan Bella di tempat tidur, kemudian ia turun ke bar, ia berada di bar dalam waktu yang cukup lama, ia tertawa bersama pria-pria yang ada di sana. Kemudian ia mengambil sebotol bir dan membawanya ke atas.

Bella duduk di tempat tidur dan terjaga, Bibik terlihat ingin bicara dengannya, ia ingin melampiaskan kekesalannya terhadap Mike, karena telah menghancurkan hatinya. Setelah semalam menidurinya, Mike meninggalkannya begitu saja.

“Aku akan memberitahumu, tentang hal yang sangat penting. Dengarkan baik-baik!!” Bibik mengambil bir dan kemudian menenggaknya.“Tidak ada pria yang benar-benar tulus, mereka semua hanya akan memanfaatkanmu. Ketika kamu memberinya hati, mereka akan mencabik-cabiknya.” Bibik minum lebih banyak, hingga suaranya terdengar cadel.

“Termasuk Papamu, dia sama sekali tak pernah peduli denganmu atau juga dengan Mamamu."

Dengan panik Bella bersembunyi di bawah selimut dan menutup telinganya. Bella tidak ingin mendengarnya karena itu terlalu menyakitkan untuk bocah kecil yang tidak tahu apa-apa.

Bik Kara menarik selimut darinya. "Dengarkan aku!" Ia meraih bahu Bella dan mengguncangnya.

Bella memejamkan matanya dan membuang wajahnya ke kanan. "Lihat aku!" Bibik mengamuk, hingga akhirnya Bella menatapnya dengan mata lebar ketakutan, dan ia gemetar hebat.

Bibik melonggarkan cengkeramannya. "Mamamu menyuruhku untuk menjagamu dengan baik," ucapnya. “Yah, aku akan menjagamu. Tapi aku akan memberitahumu sesuatu, jadi dengarkan aku!” ia melepaskan Bella dan Bella duduk diam.

Bibik duduk di kursi dekat jendela dan meneguk bir lagi. “Dengarkan baik-baik. Papamu sama sekali tidak peduli denganmu, dan juga dengan Mamamu, bahkan dia tidak peduli dengan semua pengorbanan yang Mamamu sudah berikan padanya. Papamu hanya akan datang, saat hanya ingin meniduri Mamamu. Setelah dia mendapatkan kepuasan, dia akan kembali ke Jakarta, kerumahnya yang mewah, bersama istri konglomeratnya dan anak-anaknya yang dibesarkan dengan baik. Dan ibumu...?" Bibik memperhatikan Bella beringsut mundur sampai mepet ke dinding.

Bibik tertawa sedih dan menggelengkan kepalanya. “Ibumu benar-benar bodoh, dia terus menunggu Papamu yang lama sekali pulang. Kau tahu kenapa dia pergi begitu lama? Karena kamu. Dia tidak tahan melihat anaknya sendiri. Mamamu menangis dan memohon padanya agar pria itu mencintaimu seperti dia mencintai anak-anaknya di kota, tapi itu tidak ada gunanya. Cepat atau lambat, Papamu akan membuangmu dan Mamamu ke tempat sampah."

Bella menangis kencang, dan bibik mengulurkan tangan untuk menyeka air mata dari pipinya. “Tidak ada pria yang benar-benar tulus di dunia ini,” ucap Bik Kara. “Mereka hanya memanfaatkan saja. Seperti Mike dan juga Papamu yang kaya." Bik Kara kesulitan berpikir jernih, ia ingin terus berbicara, tapi kelopak matanya begitu berat sehingga ia tidak bisa membukanya. Ia tenggelam lebih rendah ke kursinya dan meletakkan dagunya di dadanya, yang ia butuhkan hanyalah istirahat sebentar.

Bella memperhatikan saat Bik Kara terus bergumam, terkulai lebih dalam di kursi, sampai ia tertidur. Ia tidur dengan nyenyak, ludah menetes dari sudut mulutnya.

Bella masih duduk di atas tempat tidur yang kusut, ia menggigil dan bertanya-tanya apakah yang di ucapkan bibiknya benar. Jauh di lubuk hatinya, ada pertanyaan besar yang mengganjal. 'Apakah Papanya akan peduli jika dirinya mati?'

Mereka pulang keesokan paginya, dan Bella tidak pernah sekalipun melihat laut.

Terpopuler

Comments

Diaz

Diaz

kasihan Bella masih kecil harus menerima hal hal yang menimbulkan trauma😔

2023-06-21

2

CebReT SeMeDi

CebReT SeMeDi

nasib nya Bella kok ngenes ya, ma ayahnya ga diinginkan Ama mamanya seakan dibuang, skg Ama bik kara sama juga 😭😭

2023-06-10

3

𝐂𝐈𝐌𝐔𝐓🌠 ✾ ⍣⃝కꫝ 🎸

𝐂𝐈𝐌𝐔𝐓🌠 ✾ ⍣⃝కꫝ 🎸

kara stress ditinggal mike. kenapa cerita yg buruk2 sama bella kan kasihan anaknya. bella masih kecil sudah diceritain tentang kehidupan yg mengerikan

2023-06-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!