" Alvin, Aku ingin di sini setidaknya sampai 7 hari meninggalnya ibuku. Kau pulanglah ke Jakarta. Aku tidak mau mengganggu jadwal pekerjaanmu dengan urusan pribadiku," ucap Risya sambil melirik sekilas ke arah Alvin.
" No! Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian di sini, hatiku tidak akan tenang. Percayalah, Risya. Aku akan tetap di sini bersamamu," Risya benar-benar sangat terharu mendengar apa yang dikatakan oleh Alvin, atasan barunya yang sangat baik.
Risya merasa terharu melihat perhatian dari Alvin yang ternyata sangat baik sekali kepada dirinya. 'Aku tidak mau kalau sampai nanti aku jatuh cinta kepadanya.' monolog Risya dalam hatinya saat melihat Alvin yang memberikan begitu banyak perhatian dan juga kasih sayang kepadanya.
" Selama ini aku tidak pernah mengira kalau Tuan Alvin akan sebaik ini kepadaku. Aku hanya berpikir bahwa dia adalah seorang yang sangat kaya. Tidak mungkin dia akan sebaik ini padaku." bathin Risya.
Risya benar-benar tidak tahu. Apa yang harus dia lakukan ketika dirinya datang ke kampung halaman bersama dengan Abid, sang mantan kekasih yang selama ini selalu berbuat sekehendak hati terhadap dirinya.
Risya melihat ayah tirinya yang sekarang sedang mendekat kepadanya. Sejak kedatangannya ke rumah itu, bahkan sampai pemakaman selesai. Ayah tirinya itu memang tidak mendekatinya sama sekali.
" Mau apa pria itu datang kemari?" monolog Risya yang mulai merasa tidak nyaman dengan kedatangan ayah tirinya.
Pria paruh baya itu melihat Risya dari atas rambut hingga ujung kakinya.
" Rupanya kau pergi ke kota sudah berhasil. Penampilanmu sekarang sudah jauh berbeda dari ketika kau meninggalkan rumah ini." ucap pria baya itu sambil menatap Risya dengan Tatapan yang benar-benar sangat menjanjikan untuk Risya.
Alvin menatap kepada laki-laki itu yang bisa di lihat merupakan laki-laki yang tidak baik dari sorot matanya yang tidak sopan saat melihat Risya. Alvin langsung berdiri di hadapan Risya dan menghalangi pandangan mata Ayah tirinya Risya.
Rahmat yang melihat kejadian itu terlihat tidak senang kepada Alvin yang sudah ikut campur dalam urusannya bersama Risya.
" Siapa kamu dan apa hakmu berada di tempat ini? Pergi sana! Karena acara pemakaman sudah selesai. semua yang takziah sudah pulang. Tapi kenapa kamu masih berada di sini seperti tuan rumah?" Alvin tidak memperdulikan ucapan dari ayah tirinya Risya. Alvin menatap kepada sekretarisnya bertanya tentang status laki-laki itu.
" Siapa sebenarnya laki-laki itu? Kenapa kelihatannya dia tidak sopan sekali kepadamu saat dia menatap kamu." Risya menatap sini kepada ayah tirinya kemudian menarik tangan Alvin untuk keluar dari sana.
" Tuan Alvin sebaiknya kita tinggal di hotel saja. Aku tidak mau berada di rumah ini." Alvin terkejut mendengar perkataan Risya.
" Kenapa kamu tidak mau kita tinggal di sini memangnya siapa laki-laki itu?" Rahmat merasa tersinggung mendengar ucapan dari Risya yang tidak mau tinggal di rumah itu bersamanya.
" Dia itu adalah Ayah tiriku dia dulu pernah hampir memperkosaku. Aku merasa beruntung, karena waktu itu ada seseorang yang menolongku. Sehingga aku terbebas dari malapetaka yang hendak dia timpakan padaku." Alvin benar-benar terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Risya tentang laki-laki paruh baya itu yang sekarang sedang menatap tajam pada mereka.
Tanpa banyak kata Alvin pun kemudian menarik tangan Risya untuk keluar dari rumah itu.
Untung saja tidak lama kemudian datang bapak-bapak yang hendak melakukan pengajian untuk mengirim doa bagi ibu Risya yang tadi siang baru saja meninggal.
Risya benar-benar lega dengan kedatangan mereka semua. Setidaknya Ayah tirinya tidak akan berbuat macam-macam kepada dirinya maupun kepada Alvin.
Setelah acara tahlilan selesai. Alvin mengajak Risya untuk pergi ke sebuah hotel untuk tinggal di sana selama 7 hari sambil melakukan tahlilan bersama warga di sekitar rumahnya untuk memberikan doa kepada almarhum ibunya Risya yang sudah meninggal.
" Kita akan tinggal di sini selama 7 hari ke depan. Kalau butuh apa-apa kau panggil aku di kamar sebelah." Risya mengganggukan kepala kemudian dia pun masuk ke dalam kamar dan beristirahat di sana.
Hari ini adalah hari yang benar-benar berat untuknya. Setelah kematian ibunya yang tiba-tiba." Ya Allah semoga engkau mengampuni dosa Ibuku dan menerimanya disisimu!" doa Risya dengan berderai air mata kesedihan dan juga penyesalan.
Saat-saat terakhir ibunya, Risya tidak ada di samping ibunya. Risya benar-benar merasa sebagai anak durhaka yang bahkan tidak bisa memenuhi keinginan sederhana ibunya untuk bertemu dengannya.
" Maafkan aku mah. Karena tidak segera pulang dan tidak segera bertemu dengan Mama. Mama pasti sudah sangat menderita karena tinggal bersama b******* itu. Tolong maafkan aku mah." Risya memandangi foto ibunya yang ada di dalam ponselnya.
Alvin yang kebetulan lewat di depan kamar Risya bisa mendengar tangisan pemilik kamar.
" Risya pasti benar-benar sedih dan menyesal karena tidak bertemu dengan ibunya sebelum Ibunya meninggal. Ini semua adalah salahku karena terus memberikan dia tanggung jawab yang begitu banyak di kantor sehingga Risya tidak segera pulang ke rumahnya untuk bertemu dengan ibunya yang sedang sekarat." Alvin hanya memandangi Risya dari jendela kamar gadis itu.
Alvin yang tadinya berniat untuk menemui Risya akhirnya mengurungkan niatnya. Karena dia tidak mau mengganggu gadis itu yang saat ini sedang ingin sendiri.
Alvin sangat tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang dicintai apalagi dengan menyisakan sebuah penyesalan yang besar sebelum Ibunya Risya meninggal.
" Aku yakin kamu akan kuat Risya karena kamu adalah wanita yang hebat. Percayalah aku akan bersamamu dan terus mendukung kamu." monolog Alvin yang saat ini benar-benar sedang merasa iba kepada Risya.
Alvin pun kemudian masuk ke dalam kamarnya dan menghubungi asistennya. Alvin mengabarkan bahwa dia akan berada di kampung halaman Risya selama 7 hari karena ibunya yang baru saja meninggal.
" Jordi kalau handlelah dulu pekerjaan di kantor aku dan Risya saat ini masih di kampung halamannya. Kami ingin menunggu sampai tujuh hari acara tahlilan ibunya selesai." setelah menyampaikan pesannya Alvin pun kemudian menutup panggilan telepon dan meletakkan ponselnya di atas nakas di samping ranjang tidurnya.
Hanya dalam sekejap Alvin sudah terlelap. rasakan untuk dan juga lelah seharian telah membuat Alvin tidak sanggup lagi menahan kantuknya.
Sementara Risya pun sama saat ini sedang tidur pulas. Hal itu mengakibatkan mereka tidak tahu kalau Rahmat yang sejak tadi terus mengikuti mereka, sekarang sedang mengawasi kamar mereka dari luar kamar yang telah mereka sewa selama 7 hari ke depan Selamat tinggal di kampung halaman Risya yang masih termasuk kota kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments