Dilema Cinta
Risya bangun dari tidurnya, saat melihat jam di handphonenya. Risya melihat masih jam 5.30, 'Ahh, masih ada waktu untuk sholat shubuh,' pikir Risya.
Dengan malas Risya bangkit dari ranjangnya dan menuju kamar mandi. Walaupun apartemen Risya tergolong kecil, tapi Risya bangga karena itu adalah hasil kerja keras dia selama tinggal di Jakarta.
Setelah selesai shalat dan sarapan Risya langsung berangkat ke kantor karena dia tidak mau terlambat
Saat dua tahun lalu, Risya minta ijin kepada mamahnya untuk merantau, Risya hanyalah berbekal izasah sarjananya, tanpa kenalan tanpa koneksi. Nasib baik yang telah menghantarkan dia untuk bisa menjadi bagian dari perusahaan Cipto group.
Sebagai sekretaris sang CEO yang sudah berusia enam puluh tahun. Walaupun sudah tua, namun beliau adalah sang pimpinan yang sangat Risya hormati.
" Selamat pagi Risya, pagi ini kamu cerah dan cantik sekali. Apa ada yang membahagiakan hati kamu?" tanya Pak Jaenal, atasan Risya yang baik hati dan tidak sombong itu.
" Bapak bisa saja! Setiap hari saya awali dengan Bismillah pak dan mengucap syukur karena masih dikasih kesempatan untuk melihat pagi yang indah ini!" jawab Risya sambil tersenyum dengan bahagia.
" Saya senang punya sekretaris seperti kamu Risya! Kamu selalu positive dan bahagia. Saya jadi ikut bahagia juga karena melihat wajah bahagia kamu!" ucap Pak Jaenal sambil memasuki ruangan.
Risya mengikuti Pak Jaenal, atasan dia yang baik hati dan juga bijaksana. " Pak ini adalah jadwal bapak untuk hari ini, berapa lama bapak nanti mau berada di Bandung?" tanya Risya sambil meletakan jadwal atasannya di meja miliknya.
Pak Jaenal tampak memeriksa jadwal tersebut dan mengangguk puas dengan pekerjaan Risya.
" Risya, saya akan di Bandung selama sebulan. Untuk waktu itu, nanti saya akan meminta anak saya yang bernama Alvin untuk sementara menggantikan posisi saya di perusahaan ini. Nanti kalau ada urusan kamu bisa langsung berhubungan sama dia.
" Baik Pak! Semoga perjalanan dan urusan bapak di Bandung selesai sesuai rencana bapak." ucap Risya tersenyum ramah.
" Baiklah! Kamu bisa melanjutkan kerjaan kamu," ucap pak Jaenal sambil membetulkan letak kaca mata dia yang agak miring sebelah
Risya keluar setelah Pak Jaenal mempersilahkan dirinya untuk kembali ke pekerjaannya.
Risya melihat jam tangannya, " Waktu jam makan siang, tidak terasa!"
" Hai, ke kantin yuk!!" tiba-tiba suara seorang pria mengagetkan Risya.
" Maaf, aku gak bisa ikut sama kamu. Karena aku mau menyelesaikan sedikit pekerjaanku dulu," ucap Risya menolak dengan halus.
" Ayolah! Kamu masih marah sama aku?" tanya Abid sambil menatap Risya dengan mata elang dia.
' Please jangan gila ya! Dia hanya menggoda kamu untuk akhirnya ninggalin kamu lagi, sadarlah Risya!' bathin Risya nelonggso
Abid tampak pantang menyerah untuk mengajak keluar makan siang bersama Risya.
" Ayolah Risya! Aku lapar banget! Masa kamu tega sama aku sih? Tar kalau aku pingsan saat bekerja, bagaimana?" rengek Abid.
Risya masih kesal sama Abid dan juga bingung dengan pemuda itu. Apa sebenarnya yang dia mau? Masih jelas dalam ingatan Risya. Kemaren Abid minta putus sama dia. Lalu apa maksud dia sekarang coba? Pakai acara mengajak keluar makan siang segala?
Risya masih berusaha untuk menolak, tapi Abid yang tidak sabar, langsung menarik tangan Risya untuk mengikuti dia ke kantin perusahaan," Kamu apa apaan sih? Maksa deh!" rajut Risya masih berusaha untyk menolak ajakan Abid.
Saat yang sama di arah yang lain. Sebuah mobil sport merah masuk ke parkiran, saat melihat seseorang wanita di tarik paksa masuk mobil, dia tampak tidak senang.
Laki laki itu adalah anak Pak Jaenal yang akan menggantikan Pak jaenal saat pergi ke Bandung untuk urusan bisnis.
Laki laki yang tampan dan juga berwajah keras, Risya sudah merasakan aura pembunuh dalam sorot mata laki-laki itu.
Abid merasa terkejut saat melihat seorang laki-laki yang sangat tampan keluar dari mobil sport dan menjegal tangan dia, saat dia memaksa Risya untuk masuk ke dalam mobil miliknya.
" Anda laki-laki macam apakah? Kenapa memasak seorang perempuan yang jelas-jelas menolak untuk pergi bersama Anda?" hardik laki-laki yang ternyata adalah Alvin, anak Pak Jaenal yang akan menggantikan papahnya sementara beliau mengurus bisnis di Bandung.
" Anda siapa? Kenapa mencampuri urusan pribadi saya?" tanya Abid gak kalah sengit.
" Saya adalah wakil direktur di perusahaan ini. Ayah saya adalah pemilik perusahaan ini!" jawabnya dengan arrogant.
" Ohhhh.. sejak kapan kamu kembali dari LA bro?" tiba-tiba Abid malah memeluk Alvin yang tampak bingung dengan sikap Abid saat menyebutkan namanya.
Alvin tampak berpikir keras, serasa pernah melihat laki-laki yang ada di hadapannya. Namun lupa, karena sangking lamanya.
" Bocah tengik, kamu ternyata. Ya ampun! Kamu tambah ganteng aja! Makanya saya pangling. Siapa gadis ini, kenapa kau paksa dia untuk masuk ke mobil kamu?" tanya Alvin penasaran.
" Dia ini pacar aku. Kami lagi berantem dan dia gak mau memaafkan saya. Makanya saya melakukan sedikit pemaksaan untuk mengajak dia makan siang!" ujar Abid sambil merangkul pundak Risya yang agak bingung dengan situasi terbaru.
Mereka sungguh ajaib. Tadi sudah siap untuk bertarung, sekarang malah peluk-pelukan. Layaknya sahabat lama tak bertemu.
" Aku bukan pacar kamu lagi, ok? Kita sudah putus. Dan itu kamu yang memintanya, bukan aku!" Risya mengklarifikasi pengakuan Abid yang tadi bilang sebagai pacarnya.
Alvin hanya tertawa lucu demi mendengar pengakuan Risya. 'Belum berubah juga nih anak satu.' Bathin alvin.
" Baiklah, begini saja bro! Dari pada kalian pada berantem gak karuan, mending ikut naik mobilku saja. Kita makan siang bersama. Sekalian merayakan kerjaan baruku di kantor papahku ini." akhirnya Alvin memberi usul demi menengahi masalah diantara mereka.
Mengingat jam makan siang sudah hampir selesai, akhirnya mereka setuju. Dan mencari restoran terdekat karena waktu yang sempit.
Di restoran mereka gampang sekali menyesuaikan dengan atmosfir yang di bangun oleh Alvin. Mereka menurut ketika di minat agar jangan berantem lagi oleh Alvin.
Mereka menyelesaikan makan siang dengan tenang. Abid kembali ke kantornya dan dia berjanji akan mengunjungi Alvin lain hari.
" Ingat!! Kamu masih pacar aku. Jangan coba- coba selingkuh dariku!" ancam Abid sebelum pergi dari kantor Risya.
Risya hanya tersenyum mendengar kata-kata Abid barusan. Cowo konyol. Dia yang minta putus, dia juga yang ngotot minta balikan.
Alvin melihat semua adegan itu dengan jelas dan merekam itu dalam ingatannya. ' Keren juga ini cewek! Bisa bikin si playboy Abid klepek-klepek hilang akal kaya gitu.' pikir Alvin terpesona dengan Risya yang masih tampak kesal dengan perkataan Abid.
"Maaf Pak. Saya kembali ke ruangan saya dulu." Risya berpamitan ke pada Alvin dan memulai kembali mengerjakan pekerjaan yang tadi tertunda gara-gara Abid memaksa dia untuk menemaninya makan siang.
Pak Jaenal sudah berangkat ke bandara dengan di antar supir kantor. 'Itu anak durhaka! Papahnya mau ke luar kota, bukannya menemani atau ngantar ke bandara gitu, malah kluyuran kaya orang gak ada kerjaan.' Bathin Risya saat melirik ke arah Alvin yang masih menemeninnya seperti orang bodoh saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments