Bab 3

Alvin dan Risya kemudian bersiap-siap untuk meninggalkan kantor mereka memanfaatkan waktu ketika Abid berada di dalam kamar mandi. Risya tidak mau kalau mantan pacarnya itu terus saja mengganggu hidupnya.

Alvin merasa senang karena itu artinya Dia memiliki kesempatan untuk mendekati Risya.

Alvin sendiri tidak mengerti kenapa dia begitu tertarik untuk mendekati gadis itu. melihat Abid yang begitu gigih mendekatinya membuat Alvin semakin penasaran dibuatnya.

"Apa tidak apa-apa kita pergi begitu saja tanpa menunggu Abid?" tanya Alvin berpura-pura.

Padahal di dalam hatinya Dia sangat suka kalau mereka pergi tanpa Abid yang dia anggap sangat rese karena s etiap hari selalu mengganggu Risya.

"Tidak apa-apa lah, Bos! Lagian juga mau ngapain dia ikut-ikut kita ke kampung halamanku? Aku juga sedang buru-buru. Ibuku sedang sakit dan membutuhkan pertolonganku." Alvin tambah mereog hatinya saat mendengarnya.

Tampaknya kesempatannya untuk mendekati Risya sangat besar peluangnya.

"Ngomong-ngomong, Kamu kenapa sih? Kok kamu selalu menolak Abid untuk dekat dengan kamu lagi? Bukankah itu artinya kalau dia masih mencintaimu?" Alvin deg-degan menunggu jawaban dari Risya.

Risya menarik nafasnya dalam-dalam. Risya tahu kalau ada sesuatu yang membuat hatinya merasa tidak nyaman ketika berdekatan dengan Abid. Tapi Risya tidak tahu alasan dari hal itu.

"Entahlah! Aku tidak nyaman aja. Entahlah!Aku juga tidak tahu tentang hal itu." Risya tersenyum kepada Alvin.

Risya tidak mengerti. Kenapa dirinya bisa bicara sesantai itu dengan atasannya di kantor. Padahal Risya termasuk orang yang sulit bergaul dan sulit untuk dekat dengan seseorang yang baru di kenalnya.

Pembawaan Alvin yang easy going membuat Risya sangat nyaman dan tidak merasa insecure dengan statusnya sebagai seorang sekretaris dari sang Bos.

Perjalanan mereka ke kampung halaman terasa begitu menyenangkan setelah Reza dan Alvin semakin nyaman dalam bercakap-cakap.

"Bos, Nanti kalau sudah sampai di sana, Bos jangan tersinggung atau marah ya? Dengan semua yang dikatakan oleh saudaraku atau pun keluargaku. Pokoknya mah, Bos nggak boleh baper harus kuat mental, iman dan takwa!" Risya mengingatkan bosnya untuk kuat iman dan takwa ketika berada di sana.

Alvin terbahak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Risya.

"Kamu itu ada-ada saja. Memangnya kedua orang tuamu atau saudaramu mau melakukan apa dengan kita? Kita akan ke sana hanya menengok Ibumu yang sedang sakit. Gak mau melakukan apa-apa!" Alvin sampai mengacak rambut Risya.

"Ih, Kenapa sih laki-laki suka sekali melakukan hal seperti itu? Nyebelin tahu, gak sih??!" Risya terlihat misuh-misuh dengan kelakuan Alvin padanya.

Sejujurnya Risya merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu. Karena berefek tidak baik kepada jantungnya yang seperti sedang lari maraton saja rasanya.

"Habisnya kamu sangat menggemaskan!" Alvin kembali tertawa kepada Risya.

Risya hanya cemberut mendengar hal itu.

"Bos, apakah Kau juga melakukan hal seperti itu kepada wanita lain yang kau anggap menggemaskan?" tanya Risya sangat penasaran.

Alvin tampak terdiam sebelum menjawab pertanyaan dari Risya.

"Kau tahu kan? Kalau aku baru pulang dari luar negeri setelah menyelesaikan studyku di Harvard?" tanya Alvin pada Risya.

Risya mengganggu kemudian fokus mendengarkan apa yang dikatakan Alvin.

"Aku belum terlalu banyak berkomunikasi ataupun bertemu dengan perempuan lain. Sementara ini baru kamu yang dekat dan selalu bersamaku!" Alvin berkata jujur kepada Risya.

Risya mengangguk, "Bos, aku kan dekat denganmu karena memang pekerjaanku sebagai sekretarismu, bukan karena kenapa-napa." ujar Risya berusaha untuk santai dan tidak baper dengan pengakuan Alvin yang membuat dirinya bahagia.

Seorang Alvin Cipto Mangun Kusumo yang merupakan pewaris dari Cipto group, mengatakan hal seperti itu kepadanya, tentu saja hatinya klepek-klepek. Akan tetapi dia tidak mau kegeeran ataupun menanggapi hal itu secara serius.

" Ya, mungkin salah satunya karena itu. Karena kita bekerja di tempat yang sama. tapi Sejujurnya aku juga tidak mengerti. Kenapa aku begitu nyaman denganmu? Apa karena kamu cantik?" tanya Alvin sambil tersenyum.

" Ih, apa-apaan sih?? Kalau masalah cantik itu relatif, Bos! Aku yakin semua teman-teman Bos di luar negeri sana pasti jauh lebih cantik daripada aku. Ya kan?" tanya Risya sambil melirik sekilas pada Alvin.

Dan sialnya saat itu Alvin pun sedang melihat ke arahnya sehingga membuat Risya buru-buru mengalihkan pandangannya ke jendela dan melihat situasi di luar sana.

Jantung keduanya seakan berpacu dengan cepat. Akan tetapi Risya tidak mau gegabah mengartikan bahwa perasaan itu semacam cinta yang dia rasakan kepada Alvin.

' Pasti ini karena cuaca yang begitu panas bukan karena sesuatu yang lain!' bathin Risya berusaha untukmu sugesti dirimu sendiri agar tidak terbawa suasana.

Alvin sendiri sejak tadi merasa bingung. Kenapa dirinya selalu bertindak di luar kebiasaannya saat bersama dengan Risya.

Begitu sampai di kampung halamannya Risya langsung menyuruh Alvin untuk turun dan segera mengikutinya.

Risya mengerutkan keningnya dan merasa bingung karena ternyata ada bendera putih di depan rumahnya.

" Ya Allah, Pak!! Ada apa ini kenapa ada bendera putih di sini? Kenapa begitu banyak ramai orang mengunjungi rumahku?" Risya kemudian langsung berlari untuk masuk ke dalam rumahnya.

Saat sudah ada di dalam rumahnya, Risya benar-benar shock ketika melihat ibunya yang sudah terbaring kaku di ruang tamu dan saat ini sedang dikafani oleh ibu-ibu Majelis Taklim yang ada di kampungnya.

Tubuh Risya seketika limbung Untung saja Alvin ada di sampingnya dan langsung menangkapnya agar tidak terjatuh ke lantai.

" Mama?" Risya langsung memeluk tubuh ibunya yang tadi sedang dikafani oleh ibu-ibu.

Tante Risya yang ada di samping jenazah ibunya langsung memeluk Risya juga.

" Kamu yang sabar ya, Risya? Semua orang yang bernafas atau hidup di dunia ini, pasti suatu saat akan dipanggil oleh Yang Maha Kuasa kita semua hanya tinggal waktu saja!" Risya menangis sesegukan di samping ibunya karena merasa bersalah kepada ibunya. Dirinya tidak segera pulang ketika sang Ibu menelponnya tadi malam.

" Maafkan Risya, Bu! Hiks hiks!" tiba-tiba saja pandangan Risya tertuju kepada ayah tirinya yang saat ini sedang duduk berhadapan dengannya.

Risya menangkap sesuatu yang buruk dari tatapan itu yang membuatnya merasa sangat marah dan jengkel kepada pria paruh baya yang dulu hampir saja melecehkannya.

' Aku yakin Ibuku seperti ini pasti ada hubungannya dengan laki-laki brengsek itu!' bathin Risya dengan penuh emosi.

Alvin bisa menangkap sesuatu yang tidak nyaman di pancaran mata Risya saat melihat pria yang ada di hadapannya.

' Siapa pria itu?' bathin Alvin mulai kesal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!