" Risya, sebaiknya kamu beristirahat dulu di kamar kamu ya, sayang? Tidak baik kalau menangisi ibumu seperti itu, Nak. Kasihan ibumu Risya. Sebaiknya ikhlaskan kepergian Ibumu dan doakanlah yang terbaik untuk ibumu agar perjalanannya menuju surganya Allah dipermudah. Ayo, Nak!" nasehat istri imam masjid di kampung halaman Risya.
Risya yang sekujur tubuhnya sudah merasakan lemas akhirnya hanya menurut saja. Alvin sejak tadi terus mengawasi laki-laki yang terus memperhatikan ke arahnya dan juga Risya.
Alvin benar-benar merasa tidak nyaman dengan laki-laki itu yang sejak tadi terus saja menatapnya dengan tidak bersahabat.
' Siapa sebenarnya laki-laki itu? Ada hubungan apa dia dengan Risya dan ibunya?' bathin Alvin mulai tidak nyaman.
Melihat Risya yang masuk ke dalam kamarnya Alvin sebenarnya berniat ingin ke sana akan tetapi dihalangi oleh wanita yang tadi mengajak Risya ke sana.
" Kamu siapanya Risya?" tanya wanita yang berpenampilan solehah dan sejuk tatapannya kepada Alvin.
Alvin merasa sungkan dan enggan kepada wanita itu.
" Saya Bos nya Risya di kantor, Bu! Dia sekretaris saya. Kenapa memangnya, Bu?" tanya Alvin merasa risih dengan tatapan Ibu tersebut.
" Sebaiknya jangan masuk ke sana, ya?? Risya itu bukan muhrim kamu tidak baik seorang laki-laki dan seorang perempuan berada di dalam satu kamar."
Deg
Hati Alvin seakan tertampar oleh perkataan wanita itu. Alvin pun kemudian mundur dan mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar Risya.
Mereka pun kemudian bersiap-siap untuk menguburkan jenazah ibunya Risya.
Risya terlihat begitu lemas ketika menghantarkan kepergian sang Ibu menuju peristirahatan yang terakhir.
Alvin tidak meninggalkan Risya barang sedetik pun karena dia tidak mau kalau tiba-tiba Risya ambruk lagi seperti tadi.
Risya merasa menyesal sekali setelah kepergian ibunya yang tiba-tiba. Tadi malam ketika ibunya menghubungi dirinya dan mengatakan sedang sakit dan ingin bertemu dengan putrinya. Risya abai dan malahan menunggu keesokan pagi untuk mengunjungi sang ibu di kampung halamannya.
Siapa yang menyangka kalau itu adalah percakapan yang terakhir bersama sang ibu.
Sungguh tidak ada penyesalan yang lebih besar daripada hal yang saat ini sedang dirasakan oleh Risya.
Hati Risya benar-benar sakit dan merasa bersalah kepada ibunya. Karena dia tidak memperdulikan keinginan ibunya yang memaksa dirinya untuk segera pulang tadi malam.
Risya pikir, pada tengah malam seperti itu tidak mungkin ada transportasi untuk menuju ke kampung halamannya. Akan tetapi, ketika pagi-pagi Risya hendak berangkat ke tempat ibunya, Risya mengingat kalau di kantor terlalu banyak pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan. Risya pun kembali menunda kepergiannya untuk menengok sang ibu di kampung halamannya.
Di sinilah sekarang Risya berada bersama Alvin dan juga para petakziah lainnya.
Tanah pemakaman itu masih basah. Tubuh Risya melorot seketika ketika dia melihat tubuh ibunya yang secara perlahan-lahan dimasukkan ke dalam liang lahat.
Alvin dengan sikap langsung menangkap tubuh Risya yang hampir pingsan kembali.
" Risya kita masuk ke dalam mobil saja ya aku takut kalau kamu nanti pingsan di sini." Alvin berbisik di telinga Risya yang langsung menggelengkan kepalanya dengan keras.
" Tidak, Bos! Aku ingin melihat Ibuku untuk yang terakhir kali. Aku mohon Bos! Tolong jangan hentikan aku untuk melakukan hal ini!" Risya pun kemudian menangis di dalam pelukan Alvin yang hanya bisa menyediakan bahunya untuk tempat Risya menangis.
Alvin dengan begitu telaten menjaga dan mengawasi Risya dari lelaki yang sejak di rumah Risya terus memperhatikan interaksi mereka berdua tanpa mengatakan apapun.
Risya juga tampaknya merasa enggan untuk menyapa laki-laki itu.
" Baiklah, kita beristirahat dulu ya di mobil? Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan kamu." Alvin terus membujuk Risya untuk mau mengikuti nasehatnya.
Akan tetapi Risya menggelengkan kepala dan tetap bersikeras untuk menyelesaikan acara pemakaman hingga akhir.
Ketika seluruh tubuh ibunya Risya sudah terkubur oleh tanah seluruhnya. Tangis Risya pun pecah. Tangisan yang sejak tadi terus dia tahan dalam hati karena mengikuti nasehat dari istri imam masjid yang ada di kampung halamannya untuk tidak menangis histeris di area pemakaman. Tangis yang begitu menyayat hati seorang Alvin.
Seketika Alvin seakan merasakan dejavu disaat ibunya meninggal juga di saat dirinya masih terbilang masih kecil.
Hati Alvin tiba-tiba merasa sedih luar biasa. Karena Alvin baru ingat, bahwa dirinya sudah lama sekali tidak pernah mendatangi makam ibunya. Terakhir kali Alvin berziarah ke makam ibunya adalah ketika dirinya hendak berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan studinya di sana.
Kemarin ketika dia pulang dari luar negeri. Alvin langsung diperintahkan oleh ayahnya untuk segera datang ke perusahaan.
Alvin baru merasa bahwa dirinya juga sedang merindukan sang Ibu tercinta yang sekarang sudah tiada.
Saat ini sang ayah telah menikah lagi dengan seorang wanita yang jauh lebih muda darinya. dari hasil pernikahan tersebut terlahir seorang anak lelaki yang sekarang masih berusia 17 tahun, hanya berbeda sekitar 8 tahun saja dengan Alvin.
Alvin terkadang merasa heran kepada ayahnya. Kenapa begitu mudah ayahnya melupakan sang ibu? Bahkan belum genap ibunya meninggal 40 hari, sang ayah sudah membawa seorang wanita muda masuk ke dalam rumahnya dan mengatakan bahwa dia adalah istrinya.
Wanita muda yang bisa di katakan seusia dengan tantenya Alvin ketika itu.
Mereka masuk ke dalam rumah dengan membawa seorang bayi mungil yang diakui sebagai adiknya Alvin.
Saat itu Alvin berpikir bahwa ayahnya telah berselingkuh di luar sana. Sehingga membuat ibunya akhirnya memilih untuk mati bunuh diri karena tidak tahan dengan kelakuan Ayahnya di belakang sana.
" Risya! Ayo kita pulang hari sudah semakin sore," Alvin tiba-tiba kembali mengingat bahwa sekarang dirinya sedang berada di kampung halaman Risya saat terdengar suara petir yang saling bersahutan.
Risya kemudian bangkit dan mengikuti Alvin untuk menuju ke mobilnya.
Para petaziah lainnya sejak tadi sudah meninggalkan area pemakaman. Karena Alvin yang asik dirundung oleh masa lalunya sendiri saat kecil, sehingga Alvin tidak melihat ketika mereka satu persatu meninggalkan area pemakaman.
" Apa kita ke rumah ibumu dulu atau kita langsung ke Jakarta?" tanya Alvin kepada Risya yang masih melamun sejak tadi.
Alvin bisa merasakan kesedihan Risya yang baru saja kehilangan ibunya. Tanpa diberikan kesempatan untuk bertemu untuk yang terakhir kali di saat Ibunya masih bernyawa.
Alvin bisa merasakan betapa besarnya penyesalan seorang Risya saat ini. Karena dirinya juga pernah merasakan rasa sakit semacam itu, di masa dirinya kehilangan sang Ibu Tercinta pada saat dirinya masih kecil dahulu. Rasa sakit yang tak berdarah akan tetapi membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mengobatinya.
Karena sesungguhnya kerinduan yang menyakitkan adalah ketika merindukan seseorang yang sudah meninggal dan kita tidak bisa merengkuhnya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Apriyanti
lanjut thor
2023-06-02
2