Viona menatap keluar cafe dengan pandangan bosan. Saat ini perempuan cantik itu sedang berada disalah satu cafe favoritnya. Untuk apa lagi jika bukan mendinginkan hati dan kepalanya. Ya, berurusan dengan ibu mertua dan adik iparnya benar-benar menguras tenaga dan emosinya.
"Permisi, Nona. Ini pesanan, Anda." Perhatian Viona sedikit teralihkan oleh kedatangan seorang wanita berseragam pelayan. Wanita itu datang membawakan pesanan Viona, yakni secangkir late dan cheese cake favoritnya.
Wanita itu tersenyum ramah. "Terimakasih," satu kalimat yang selalu dia ucapkan ketika dimana pun dan kapanpun. Tentu saja pada orang yang tepat. Karena ucapan itu tak pernah dia ucapkan pada Ibu mertua dan adik iparnya.
Tak ada yang special pada hari-harinya setelah menikah. Terlebih lagi setelah Ibu mertua dan adik iparnya ikut tinggal bersamanya dan Aldo. Mereka selalu mencampuri urusan rumah tangganya, dan selalu mengatakan hal-hal yang tidak baik padanya. Dan hal itu terkadang membuat Viona merasa muak. Ingin sekali rasanya dia menendang mereka berdua dari rumahnya.
"Viona," panggil seseorang yang duduk tak jauh dari mejanya. Lantas dia menoleh dan menatap bingung pada perempuan yang terlihat melambaikan tangan padanya. Dia bertanya-tanya siapa perempuan itu."Kau lupa padaku?" ucap wanita itu memastikan.
Perempuan itu bangkit dari kursinya dan menghampiri Viona. "Ini aku, Amora. Masa kau lupa? Ah, pasti karena sekarang aku sangat seksi, kan." Ucapnya.
Mata Viona memicing. "Kau si gendut itu?" ucap Viona memastikan, dan Amora menganggukkan kepalanya. Membenarkan tebakan Viona. "Pantas saja aku tidak mengenalimu, karena sekarang kau tidak gendut lagi dan menjelma menjadi perempuan yang sangat cantik." puji Viona bersungguh-sungguh.
"Itu karena Aku tidak ingin dipandang sebelah mata lagi oleh orang lain. Makanya aku melakukan diet ketat supaya badanku bisa kecil seperti yang lain." Jawab Amora. Dia ingat saat menjadi bahan bullying teman-temannya ketika kuliah dulu karena gendut.
Viona mengangguk paham. "Kau sendirian saja? Dimana pasanganmu?" tanya Viona memastikan. Dia tidak melihat pasangan wanita itu.
Wanita itu menghela napas. "Aku masih belum memiliki pasangan. Tetapi aku memiliki incaran dan dia adalah lelaki yang sangat tampan." Amora terlihat malu-malu. Dia sangat ingin mendapatkan pria incarannya itu.
Jangankan memiliki pasangan. Dekat dengan lawan jenisnya saja sudah membuat Amora merasa minder. Amora merasa malu dan tak percaya diri, padahal sekarang dia sudah menjelma menjadi wanita yang sangat cantik.
"Kalau begitu kenapa tidak kau kejar saja incaranmu itu sampai dapat? Daripada kau nanti didahului orang lain. Jadi bergerak cepat itu lebih baik." Saran Viona.
Amora menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku akan mencobanya. Lalu kau sendiri bagaimana? Masih sendiri atau sudah memiliki pasangan?" tanya Amora penasaran. Dia benar-benar penasaran dengan status Viona saat ini, karena saat masih kuliah dulu, Viona sangat popular dan banyak pemuda yang mengejarnya.
Viona tersenyum. "Kebetulan aku sudah menikah. Tapi belum memiliki anak, kami sepakat untuk menundanya karena sama-sama ingin menikmati masa muda. Mungkin satu dua tahun lagi," ujar Viona.
Ya, Viona dan Aldo telah sepakat untuk menunda memiliki momongan karena mereka berdua sama-sama ingin menikmati masa mudanya. Lagipula Aldo dan Viona sama-sama belum siap untuk memiliki momongan.
"Oya, Viona. Aku duluan, ya. Aku masih harus kembali ke kantor. Jam makan siang sudah habis." Ucap Amora dan dibalas anggukan oleh Viona.
Tak berselang lama setelah kepergian Amora. Terlihat Viona juga bangkit dari kursinya dan melenggang pergi. Dia masih memiliki banyak urusan yang harus diselesaikan. Salah satunya adalah mengurusi Ibu mertua dan adik iparnya yang super-super baik hati.
.
.
"Tuan, Zhang Empire menolak kerja sama dengan perusahaan kita. Mereka mengatakan jika proposal yang kita ajukan tidak sesuai dengan yang mereka inginkan."
Sontak Aldo mengangkat kepalanya setelah mendengar apa yang disampikan oleh asisten pribadinya tersebut. Zhang Empire menolak kerjasama dengan perusahannya dengan alasan yang menurutnya sangat tidak masuk akal.
"Selain itu mereka juga tidak mau rugi jika kerjasama ini tidak saling menguntungkan. Apalagi rumor tentang perusahaan kita yang hampir bangkrut sudah tersebar luas." Jelas pria berkacamata itu.
"Sial!! Apa mereka pikir mereka itu sangat hebat hanya karena perusahaannya lebih besar dari perusahaan ini. Lalu apa kau sudah bertemu langsung dengan CEO- nya?" tanya Aldo memastikan.
Dan pria itu menggelengkan kepala. "Hanya asisten pribadinya yang menemui saya. Anda tau sendiri bukan, jika CEO dari Zhang Empire sangat sulit untuk ditemui. Bahkan infotainment tidak pernah ada yang berhasil mendapatkan fotonya, adapun itu buram dan tidak jelas sama sekali." Ujar pria itu menuturkan.
Dan benar yang pria itu katakan. CEO Zhang Empire adalah orang yang sangat misterius. Ada yang bilang jika dia adalah pria muda yang sangat tampan, dan ada pula yang mengatakan jika dia adalah pria yang sudah berumur. Tetapi tidak ada yang tau pasti, karena dia begitu misterius.
"Aku sendiri yang akan pergi menemuinya. Perbaiki lagi proposalnya. Siapa tau setelah diperbaiki dia jadi berubah pikiran dan mau bekerjasama dengan perusahaan ini." Ujar Aldo.
"Baik, Tuan. Akan segera saya perbaiki. Kalau begitu saya permisi dulu," ucap pria itu dan pergi begitu saja.
Aldo harus mendapatkan kontrak kerjasama itu. Karena hanya Zhang Empire satu-satunya harapan yang dia miliki saat ini. Dan Aldo tak akan membiarkan perusahaan peninggalan ayahnya ini sampai bangkrut. Karena hanya itu satu-satunya mata pencaharian keluarganya.
.
.
Amelia dan Ibunya menghampiri Viona yang baru saja tiba. Kedua wanita berbeda usia itu lalu menggulirkan pandangannya pada apa yang dibawa olehnya. Begitu banyak paper bag di kedua genggaman tangannya.
Wanita itu menatapnya dengan marah. "Enak sekali ya hidupmu. Tidak bekerja, tapi setiap hari pergi berbelanja. Apa menghabiskan uang putraku begitu menyenangkan bagimu?! Dan sekarang aku minta hakku, berikan uang itu padaku sekarang juga!!" pinta wanita itu menuntut. Sarah ingin uang miliknya diberikan juga.
Viona menyeringai. "Aku adalah istrinya, jadi wajar dong jika aku habiskan uangnya. Lagipula jika bukan aku yang menghabiskan uang Aldo lalu siapa? Karena aku tidak rela jika uangnya dihabiskan oleh orang lain, apalagi itu perusak rumah tangga orang!!"
"Viona, kau~"
"Hoam. Ibu mertua, aku sangat lelah. Aku ke kamar dulu, ya. Aku mau istirahat. Belanja seharian membuatku kelelahan," Viona beranjak dari hadapan Ibu mertuanya dan pergi begitu saja.
Entah kenapa Viona sangat suka membuat Ibu mertua dan adik iparnya itu marah. Menurut Viona itu sangat menggemaskan dan dia begitu menikmati kemarahan dan kekesalan mereka berdua.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Dewi Zahra
lanjut ya kak
2023-08-30
0
Rini Musrini
jangan² yg d incar sm amora suaminya viona
2023-06-03
3
Sumawita
Semangat thor
2023-06-02
2