Ranjang Hangat Pamanku
"Tinggalkan, Kak Aldo!!"
Langkah kaki Viona terhenti begitu telinganya menangkap sebuah suara dari arah belakang. Sontak Viona menoleh dan mendapati Amelia, yang tak lain dan tak bukan adalah adik iparnya tengah menatapnya dengan pandangan tak bersahabat.
Lalu Viona balik menatapnya. "Kenapa aku harus meninggalkannya? Sedangkan aku dan Aldo saling mencintai. Jika kau tidak suka dengan pernikahanku dan Aldo, kau bisa angkat kaki dari rumah ini." ujar Viona tak mau kalah.
"Kau~" Amelia menunjuk Viona tetap di depan mukanya. Lalu dia berbalik dan pergi begitu saja.
Viona menghela napas. Dia tidak tau kesalahan apa yang telah ia perbuat, sampai-sampai Amelia dan ibunya sangat membencinya. Mereka selalu menginginkan perpisahannya dengan Aldo, dan seingat Viona dia tidak pernah berbuat jahat pada adik ipar dan ibu mertuanya.
"Apa lagi yang Amelia lakukan padamu?" tegur Aldo dan mengalihkan perhatian Viona. Wanita itu lantas menoleh dan mendapati sang suami yang berjalan menghampirinya.
Viona mengangkat bahunya. "Seperti biasa, dia selalu saja mencari masalah dan gara-gara denganku. Kau sudah mau berangkat kerja?" Aldo mengangguk. "Oya, Malam ini lembur tidak? Rencananya aku akan memasak banyak makanan kesukaanmu." Imbuhnya.
Aldo menggeleng. "Aku sendiri tidak tahu. Nanti aku hubungi jika lembur." Ucap Aldo dan dibalas anggukan oleh Viona. "Ya sudah, aku kerja dulu." Aldo mencium kening Viona dan pergi begitu saja.
Aldo adalah seorang pebisnis muda. Dia mengelola perusahaan yang ditinggalkan oleh mendiang Ayahnya dan menjabat sebagai CEO di sana. Tapi sayangnya perusahaan milik Aldo bukanlah sebuah perusahaan besar yang memiliki banyak cabang. Dan dia hanya memiliki perusahaan induk yang tengah ia kelola saat ini.
Tak selang lama setelah kepergian Aldo. Terlihat seorang wanita paruh baya menghampiri Viona, dia tak hanya sendiri saja tetapi dengan Amelia. Dan tentu saja Viona tau apa tujuan ibu dan anak tersebut.
"Jika kalian berdua datang hanya untuk mencari ribut denganku? Sebaiknya tunda dulu saja. Karena aku sedang malas ribut dengan kalian berdua." Ucap Viona dan pergi begitu saja. Dia paling malas berurusan dengan adik ipar dan ibu mertuanya.
"Ma, lihatlah kelakuannya. Makin hari dia semakin berani saja. Mama, harus memberikan pelajaran untuknya." tukas Amelia yang merasa kesal dengan sikap dan perilaku Kakak Iparnya.
"Kau tenang saja, dia biar Mama yang mengurusnya. Menantu tidak tahu diri dan tidak punya sopan santun sepertinya memang perlu diberi pelajaran!! Jika Kakakmu memang tidak bisa mendidik istrinya, biar Mama yang melakukannya." ucap wanita paruh baya itu.
Ibu dua anak itu menyusui Viona yang hendak masuk ke dalam kamarnya lalu menarik rambutnya dari belakang. "Yakk!! Apa yang kau lakukan?!" bentak Viona dengan suara meninggi. Kemudian dia melepaskan jambakan itu dengan sedikit sentakan.
"Mulai berani kau, ya?! Aku ini ibu mertuamu, tapi kenapa kau tidak bisa menghargai ku?!" bentak wanita itu penuh emosi.
Viona menyeringai dan menatap wanita itu dengan sinis. "Memang berapa harga mu, Ibu mertua? Biar aku beli," ucapnya dengan seringai yang sama. Dan ucapan Viona semakin memancing emosinya.
"Benar-benar menantu tidak tahu diri. Menyesal aku menikahkan mu dengan putraku. Jika tau begini, lebih baik Aldo aku nikahkan dengan Shilla. Tapi sungguh sial baginya karena memiliki istri tak tau diri sepertimu!!" ujar wanita itu dengan penuh emosi.
Viona sifat kedua tangannya di depan dada dan menatap Ibu mertuanya dengan pandangan sinis.
"Jika kamu menyesal memiliki menantu sepertiku, aku juga menyesal memiliki mertua sepertimu. Lagipula memilik ibu mertua seperti dirimu sungguh sebuah musibah bagiku. Dan jika bukan karena aku menghargai Aldo sebagai suamiku, sudah sejak lama aku mengusir mu dan putrimu itu dari rumah ini. Jadi jangan macam-macam jika ingin tetap tinggal di rumah ini!!" ujar Viona panjang lebar.
Viona adalah wanita yang tangguh. Dia tak mudah ditindas apalagi dikendalikan oleh orang lain. Disaat menantu lain hanya bisa menangis ketika tersakiti oleh mertua dan iparnya, Viona justru menunjukkan sikap yang sebaliknya. Dia melawan san tak membiarkan mereka berdua menindas dirinya sedikit pun.
"Iya, aku hampir lupa. Semalam Aldo menitipkan jatah bulanan untukmu padaku. Tetapi sayangnya aku tidak bisa memberikannya sekarang karena kau sudah melukai perasaanku. Jadi uang itu aku tahan dulu sampai kau mau meminta maaf padaku dan mengakui kesalahanmu," ujar Viona.
Emosi wanita itu pun semakin memuncak setelah mendengar apa yang Viona katakan. Bagaimana bisa dia menahan uang jatah bulanan dari Aldo, sementara dirinya dan Amelia sudah menunggu uang itu sejak beberapa hari yang lalu.
"Tidak bisa!! Uang itu adalah hakku, dan kau itu tidak memiliki hak untuk menyimpannya. Jadi cepat berikan uang itu padaku sekarang juga!!" pinta wanita itu menuntut.
"Nanti, Mama. Setelah kau mau meminta maaf sambil berlutut dan mencium kakiku. Baru aku akan mempertimbangkan untuk memberikan uang itu padamu atau tidak. Jadi pikirkan baik-baik, oke." Viona tersenyum lebar. Lalu dia beranjak dari hadapan Ibu mertuanya dan pergi begitu saja.
Viona tak akan membiarkan Ibu Mertua dan adik iparnya sampai menindas dirinya seperti yang ada di sinteron dan drama. Karena ini adalah realita, bukan film apalagi drama. Kenyataan hidup yang penuh kepahitan dan juga kepedihan.
.
.
Aldo memijit pelipisnya yang terasa pening. Perusahaannya sedang dalam masalah besar, skandal kecil yang terjadi di perusahaannya membuat saham miliknya turun drastis. Beberapa investor bahkan mencabut saham yang telah mereka tanamkan di perusahaan miliknya.
"Tuan, sebaiknya Anda segera memikirkan cara untuk mengatasi masalah ini. Bukan hanya ribuan karyawan yang terancam akan kehilangan pekerjaannya, tetapi juga perusahaan ini terancam gulung tikar." Ujar seorang laki-laki yang berdiri di depan meja kerja Aldo.
"Segera selidiki kemana perginya uang-uang itu. Aku ingin tahu siapa yang membobol uang perusahaan sampai sebesar itu. Apalagi tidak ada jejak digital maupun bukti-bukti kuat untuk menemukan pelaku." Terang Aldo.
Laki-laki itu menatap Aldo dengan cemas. Atasannya itu terlihat kacau. Sebenarnya bukan hanya Aldo saja yang panik tetapi dirinya juga. Jika perusahaan benar-benar mengalami kebangkrutan,lalu bagaimana dengan nasibnya? Mungkinkah dia akan kehilangan pekerjaannya, sementara dirinya sangat membutuhkan pekerjaannya ini.
"Bagaimana dengan calon kolega kita yang dari China? Apakah Presdir Zhang setuju untuk bekerjasama dengan perusahaan kita?" tanya Aldo memastikan.
Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. "Dan sampai saat ini belum ada informasi sama sekali. Tuan Zhang, belum memberikan tanggapan terkait pengajuan rencana kerjasama dengan perusahaan ini. Tapi saya sedang mengusahakannya." Terang laki-laki itu.
Aldo mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Sekarang kau sudah boleh pergi." Laki-laki itu pun membungkuk lalu beranjak dari hadapan Aldo. Meninggalkan pria itu sendirian di ruang kerjanya. Dan Aldo tak bisa diam saja, dia harus segera mengambil sebuah tindakan sebelum perusahaan miliknya benar-benar hancur dan gulung tikar.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Dewi Zahra
nyimak dulu ya kak
2023-08-30
1
Rini Musrini
suka karakter viona yg gk mudah d tindas ibu mertua sm adik ipar
2023-05-31
3
Sumawita
mampir thor
2023-05-31
1