Sejak turun dari mobil, mata Arka sudah menangkap sosok Tiara. Perasaannya terasa mengambang sampai-sampai Arka memilih berdiam padahal para relasi tampak menunggu di dalam.
Arka sadar sudah mengingkari janjinya pada Tiara beberapa tahun lalu. Semenjak tinggal di luar negeri, pergaulan Arka berubah bebas. Dia kerapkali bergonta-ganti pasangan. Hal tersebut adalah alasan kenapa nama Tiara terlupakan begitu saja. Apalagi restu tidak juga di dapatkan sehingga Arka memilih tinggal di luar kota untuk menghindar.
Oh Tiara sudah punya anak? Itu berarti aku tidak berdosa. Mungkin Tiara sadar kalau dulu hanyalah cinta monyet..
Begitulah yang terbesit di benak Arka. Dia baru memutuskan turun ketika tahu Tiara bersama seorang anak kecil yaitu Haikal. menurut Arka mereka impas. Dia meninggalkan Tiara begitupun sebaliknya.
"Arka..." Sekuat hati Tiara menguatkan perasaannya agar air mata tidak jatuh. Sungguh ingin dia berteriak nyaring pada gendang telinga Arka untuk menyadarkan akan janji di masa lalu.
"Tidak ku sangka kita bisa bertemu di sini." Arka menjabat tangan Tiara erat bahkan hendak memeluknya. Namun gerakannya tertahan saat Haikal menghalau perbuatan tersebut.
"Jangan sembarang menyentuh Mama ku." Cegah Haikal seraya menatap tidak suka ke arah Arka.
"Oh maaf. Em aku dan Mamamu berteman."
"Tidak Om. Mamaku tak punya teman lelaki." Arka tertawa kecil sambil menatap ke arah Tiara yang masih terpaku.
"Anakmu lucu sekali. Siapa namanya?"
Dia tidak merasa bersalah dan bisa tertawa selepas itu. Apa aku yang terlalu berharap?
"Dia Haikal."
"Hai Haikal. Aku Arka. Em sebentar Tiara. Kenapa wajahnya mirip dengan ku?" Arka kembali menambahkan kalimat yang membuat perasaan Tiara terhantam." Ayahmu pasti sangat tampan." Imbuh Arka lagi.
"Aku tidak...."
"Sayang pesanan kita sudah selesai. Em maaf Arka kami harus pergi."
"Kenapa terburu-buru? Aku hanya meeting sebentar. Kita bisa mengobrol setelah itu."
"Tidak. Aku harus berkerja. Permisi. Ayo sayang." Tiara mengandeng Haikal menuju kasir untuk membayar pesanan mereka. Sengaja dia melewati pintu samping untuk menghindari Arka yang ternyata masih menatapnya.
Aku tinggal di sini untuk menghindari nya. Tapi kita di pertemukan lagi. Ah lega rasanya.. Tiara sudah menikah. Beban hidup ku terasa ringan.
Kepekaan Arka yang dulu, perlahan terkikis oleh kelakuannya sendiri. Seringnya bergonta-ganti pasangan membuatnya kesulitan membedakan mana benar dan mana yang salah. Ajaran keluarganya pun merasuk. Uang bisa menyelesaikan semua, menurutnya.
"Maaf tadi ada teman lama." Ujar Arka menjelaskan. Dia menjabat satu persatu tangan relasi lalu duduk.
"Baik Pak Arka kita mulai."
Meeting pun di mulai. Tidak seperti biasanya fokus Arka teralihkan. Entah kenapa fikirannya tertuju pada Tiara. Parasnya berputar-putar di otak selayaknya yang pernah di rasakan dulu.
Tidak. Kenapa aku malah memikirkan dia? Apa aku masih menyukainya? Ah mana mungkin? Tunangan ku jauh lebih cantik. Jangan membuat ulah Arka. Keluarga mu sudah percaya dan kau tidak boleh merusaknya..
Sekuat hati Arka berusaha melupakan, sosok Tiara bahkan sempat menghilang bertahun-tahun di otaknya. Tapi Arka tidak memahami, kenapa pertemuan singkat tadi membuatnya kembali di liputi kebimbangan. Bukan hanya soal Tiara, tapi kemiripan wajah Haikal pun menimbulkan tanda tanya besar.
Siapa Suami Tiara?
"Pak maaf. Ini ringkasan meeting tadi." Seorang lelaki menyodorkan selembar kertas. Dia merupakan sekertaris nya.
"Hm." Arka membaca setiap kalimat yang di tulis si sekertaris.
"Pak Arka sedang ada masalah?"
"Tidak." Jawab Arka cepat.
"Saya lihat Pak Arka kurang fokus."
"Mungkin terlalu lelah. Kamu tahu kan bagaimana sibuknya aku." Si sekertaris mengangguk setuju. Dia mengakui keuletan Arka dalam mengembangkan perusahaan yang mengakibatkan sebagian waktunya terkikis." Rapikan bagian ini lalu salin dengan rapi. Kita tidak boleh telat menghadiri acara. Papa bisa marah." Arka bergegas berdiri di ikuti si sekertaris menuju perusahaan milik keluarga Arka.
🌹🌹🌹
Sementara Tiara melajukan motornya dengan perasaan kalut. Sungguh dia ingin melupakan sosok Arka dalam hidupnya. Tiara bahkan berencana akan membicarakan fakta sesungguhnya saat Haikal dewasa kelak tanpa merepotkan apalagi sampai memberitahu Arka.
Kenapa dia ada di kota ini? Padahal aku ingin melupakan semuanya dan tidak mau bertemu dengan nya lagi. Bagiku.. Haikal sudah lebih dari cukup. Aku bahagia memiliki nya walaupun kedua orang tuaku tak mengsetujui.
Tiara tidak sadar. Bagaimana dia bisa mudah melupakan Arka kalau Haikal memiliki paras yang sama. Keduanya bak pinang di belah dua, sangat mirip begitupun kepekaan yang mulai tampak pada sikap Haikal.
"Mama kenapa?" Tanya Haikal seraya memeluk erat pinggang Tiara.
"Tidak ada apa-apa sayang."
"Aku tidak suka lelaki tadi. Dia menyentuh Mama sembarangan." Tiara tersenyum simpul untuk menutupi kegelisahannya.
"Beruntung sekali Mama punya anak pemberani seperti kamu."
"Ya. Aku akan melindungi Mama dari apapun sampai Ayah kembali." Hati Tiara semakin bercampur aduk. Entah dia harus senang atau kesal menanggapi pertemuannya dengan Arka tadi.
Ingat Tiara. Ini keputusan mu sendiri. Mungkin saja saat itu Arka mengurungkan niat pergi ke Italia kalau kamu menceritakan semuanya.
Hanya mungkin sebab Tiara merasa sudah mengambil jalan yang benar. Dirinya hanya merasa kecewa atas janji Arka yang tak mengirimkan kabar apapun. Walaupun tidak bisa hadir sebagai Ayah untuk Haikal, paling tidak hadirlah sebagai teman berkeluh kesah. Begitulah pemikiran Tiara.
.
.
Singkat waktu, setibanya di lokasi. Seperti biasa, Haikal bermain di ruang karyawan sambil menunggu Tiara selesai berkerja. Dia tidak tega meninggalkan Haikal sendirian di kontrakan.
Para tetangga terkadang banyak mulut. Mereka kerapkali meledek Arka dan bertanya perihal lokasi Ayahnya sekarang. Tentu saja hal itu membuat Tiara naik pitam sehingga dia melarang Haikal bergaul dengan anak-anak para tetangga nyinyir.
"Kenapa kamu bilang begitu sih Ra. Aku melakukannya agar kamu tidak memikirkan lelaki yang meninggalkan mu." Tiara membuang nafas kasar sambil memakai celemek.
"Tidak ada hubungan Sa. Jangan libatkan anakku. Dia sudah sangat menderita. Kau teman atau bukan sih?" Jawab Tiara ketus.
"Ini untuk kebaikan..."
"Aku tidak berniat punya hubungan lagi! Tujuan hidupku hanya Haikal. Aku ingin membesarkan dia tanpa ada gangguan. Berpacaran, menikah. Aku muak mendengar itu. Kau paham aku tidak membutuhkan mereka! Aku mampu Sa! Aku mampu!"
Salsa terdiam sesaat. Tidak biasanya Tiara terpancing emosi. Salsa sering mendapatkan jawaban candaan ketika dirinya menyuruh Tiara membuka hati untuk yang lain.
"Maaf Ra. Aku tidak bermaksud begitu."
"Hm." Bersamaan dengan itu sebuah mobil pengantar roti datang. Tiara pergi meninggalkan Salsa yang masih menyesal akan ucapannya sendiri." Tumben Pak cepat." Sapa Tiara pada sopir.
"Kebetulan tadi sedang kosong Mbak Ara. Jadi langsung saya kirim." Jawabnya sambil mengeluarkan beberapa kardus berisi roti pesanan Tiara." Rame ya Mbak, masih pagi sudah pesan lagi?" Imbuhnya ramah.
"Perusahaan depan mau ada acara Pak. Tadi rotinya di borong semua."
"Wah nanti dapat bonus dari Bos dong."
"Hahaha. Tidak Pak. Sama saja. Paling kalau lebaran saja dapat THR." Tiara sedikit terhibur dengan obrolan tersebut. Meskipun si sopir berumur 45 tahun. Tapi pembicaraan tersambung dengan baik.
Sementara Sopir mengeluarkan barang. Tiara mengecek satu persatu dan menyamakannya dengan nota yang di bawa. Tiba-tiba telepon berbunyi. Tiara bergegas meraih gagang telepon yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri.
📞📞📞
"Jollan bakery. Ada yang bisa kami bantu.
"Ini aku Dion.
"Oh Kak Dion. Ada apa?
"Rotinya kurang Ra. Tolong kirim lagi ya.
"Berapa Kak?
"20 kotak lagi. Isinya sama dengan yang tadi ya.
"Hm baik segera ku kirim Kak.
"Aku tunggu.
📞📞📞
Tiara meletakkan gagang telepon sambil melirik ke arah Salsa yang terlihat sibuk.
Seharusnya ada kurir tambahan untuk mengirim barang. Eluhnya dalam hati.
"Ada pesanan lagi Mbak?"
"Ya Pak."
"Urus pesanan itu dulu saja. Bapak juga tidak terburu-buru kok daripada kamu kena semprot."
"Tunggu ya Pak."
Tiara selalu kewalahan kalau terjadi hal seperti sekarang. Salsa hanya bisa menghitung dalam jumlah kecil. Jika laporan di serahkan padanya selalu ada selisih angka sehingga terpaksa Tiara yang menghandle. Gawatnya, Salsa juga tidak bisa menaiki motor. Terkadang ingin rasanya Tiara mengeluh pada si Bos. Tapi dia masih memiliki hati dan berusaha tutup mulut meski itu berarti Tiara harus siap merangkap menjadi apapun.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments