Hanya untuk Haikal

Lima tahun kemudian...

Dengan berbekal uang tabungan, Tiara memilih pergi dari rumah walaupun kala itu Sang Ibu tak mengizinkan. Pak Sandi memaksa Tiara untuk mengugurkan kandungan namun tentu saja dirinya tidak mau. Sebuah konsekuensi harus Tiara tanggung. Sekarang dia hidup serba kekurangan bersama Haikal anaknya.

Di sebuah toko Roti Tiara tampak dengan ramah melayani pelanggan. Dia tersenyum seraya mengambil beberapa roti dan meletakkannya ke kotak yang tersedia. Tak ada yang berubah dari tubuhnya. Tiara masih terlihat cantik meski bertahun-tahun lamanya kesulitan membelenggu hidupnya.

"Totalnya satu juta lima puluh empat Kak." Ucap Tiara ramah. Dia memasukkan kotak roti kantung kresek besar lalu menyodorkannya pada pelanggan.

"Ini, kembaliannya ambil saja." Tiara tersenyum ramah dia memasukkan uang ke dalam laci.

"Terimakasih ya Kak. Em memangnya mau ada acara apa?" Tanya Tiara ramah. Pemuda yang membeli roti merupakan salah satu staf di perusahaan yang terletak di seberang jalan.

"Suruhan Bos. Katanya sih pemiliknya mau menjadikan perusahaan ini sebagai kantor pusat." Tiara mengangguk-angguk. Dia cukup mengenal pemuda yang di ketahui bernama Dion.

"Ra sudah jam 10 nih. Jangan ngobrol melulu, kasihan Adikmu."

Sahut Salsa, berusaha menutupi status yang sesungguhnya. Namun Tiara tampak marah. Dia tidak suka saat Salsa menyebut Haikal sebagai Adik.

Dion tampak tertawa kecil. Pembicaraan seperti sekarang seringkali terdengar. Salsa yang merupakan sahabat dekat Tiara ingin menutupi status Tiara yang di rasa sebuah aib.

"Jangan dengarkan Kak Dion. Anak kecil yang sering ke sini itu Adiknya Tiara bukan anaknya."

"Dia anakku hei Salsa. Jangan kau mengarang cerita. Permisi Kak." Tiara mengalungkan tas kecilnya lalu berjalan keluar toko.

"Kak Dion percaya siapa? Lihatlah. Wanita kecil seperti Tiara mana mungkin memiliki anak. Ya kan?"

Tak ada niat buruk. Salsa ingin Tiara segera bisa membuka hati untuk lelaki lain. Bukan maksud Tiara bertahan dengan kesendirian. Apalagi menjadikan Arka sebagai alasan untuk tak menikah sampai sekarang. Namun Tiara tidak mau menambah beban hidup, sebab awan gelap masih mengiringi kehidupannya. Tiara ingin fokus mengurus juga mendidik Haikal, satu-satunya harta berharga baginya.

"Aku lebih percaya pada Tiara. Permisi Salsa." Dion membawa dua kantung kresek besar lalu berjalan keluar toko menuju perusahaan di seberang jalan.

"Duuuuhhh Ra! Kalau begitu terus mana bisa dapat jodoh!" Gerutu Salsa sambil membetulkan posisi roti.

.

.

.

.

Tiara memacu motornya sedikit cepat. Dia tidak ingin Haikal menunggunya terlalu lama. Rutinitas seperti sekarang menjadi kesibukan baru. Haikal mulai bersekolah di sebuah taman kanak-kanak semenjak beberapa bulan lalu.

Haikal menunggu kedatangan Tiara di depan pos satpam. Ada seorang guru tampak menemani Haikal sebab sebagian besar murid sudah pulang. Sambil tersenyum sungkan, Tiara memarkir motornya lalu menghampiri.

Tiara menjelaskan soal keterlambatannya. Sang guru tidak mempermasalahkan hal tersebut. Dia tahu kalau Tiara adalah singel mom yang berusaha membagi waktu.

Sebuah surat pemberitahuan di sodorkan. Tiara mengambilnya dengan sopan sambil tersenyum manis. Tangan kanannya merangkul kedua pundak Haikal erat.

"Terimakasih Bu."

"Sama-sama Ma. Hati-hati ya Haikal."

Sambil melambai si guru berjalan masuk ke area sekolah. Setelah membalas dengan senyuman, Tiara pun mengiring Haikal menuju motor.

"Hari ini Haikal belajar apa saja?" Tanya Tiara seraya memasangkan helm pada Haikal.

"Bermain peran terus menggambar Ma." Jawab Haikal lemas.

"Kenapa wajahmu begitu sayang? Ada yang menjahili Haikal di sekolah? Katakan pada Mama." Tiara duduk di pijakan kaki motor matiknya agar keduanya bisa sejajar.

"Tidak. Mama kan tahu Haikal punya banyak teman."

"Terus kenapa bersedih."

"Tadi Haikal memerankan menjadi seorang Ayah sementara Haikal tidak punya Ayah." Hati Tiara seakan tercabik belati ketika Haikal membahas tentang sosok Ayah. Namun meski begitu, sekalipun Tiara tidak pernah mempengaruhi Haikal untuk membenci sosok tersebut.

Bukan tanpa alasan Tiara merasa kecewa. Apa yang di katakan Arka lima tahun lalu sangat tidak sesuai. Semenjak keduanya berpisah, satu kali pun Arka tak pernah memberikan kabar. Kontaknya tidak bisa di hubungi padahal saat itu Tiara berharap Arka bisa sedikit meringankan beban dengan menghiburnya.

Apa Tiara menyesal? Awalnya seperti itu. Tapi ketika Haikal lahir, rasa sesal seketika menghilang. Tiara sangat menyanyangi Haikal dan berjanji akan merawatnya dengan sepenuh hati.

"Haikal punya Ayah kok."

"Mama selalu berkata itu tapi wujud Ayah tidak pernah ada." Protes Haikal.

"Ayah berkerja sayang. Haikal harus mengerti."

"Berapa lama lagi Ma. Haikal ingin punya Ayah seperti teman-teman." Dengan lembut Tiara memeluk erat tubuh Haikal.

"Sabar sayang. Ayah pasti pulang." Suatu saat kamu akan mengerti kenapa Mama harus berbohong.

"Haikal tidak sabar. Haikal mau punya Ayah."

"Itu kenapa Haikal harus sabar." Tiara menjauhkan tubuhnya. Tampak jelas matanya berkaca-kaca sehingga membuat Haikal merasa menyesal. Meski umurnya masih empat tahun, tapi Haikal seakan bisa memahami beratnya beban hidup yang di pikul Tiara.

"Haikal sabar. Tapi Mama tak boleh menangis. Maafkan aku Ma. Aku hanya ingin punya Ayah."

Ingin rasanya Tiara menangis namun tertahan. Dia tidak ingin membuat Haikal ikut menanggung akibat dari kebodohannya dulu.

"Jangan minta maaf. Kamu tidak bersalah. Mama juga merindukan Ayah tapi kita harus sabar ya." Sedikit senyuman mencoba Tiara suguhkan. Meski ingin rasanya dia menghapus sosok yang di sebut Ayah pada memori otak Haikal.

"Ya Haikal akan sabar."

"Hm kita pergi ke toko roti dulu. Siang nanti kita baru pulang. Haikal mau makan apa? Sekalian kita beli." Tiara berdiri lalu mengangkat tubuh Haikal dan mendudukkannya di jog belakang.

"Mama sudah makan?"

"Belum sayang."

"Mama ingin makan apa?" Ucap Haikal malah bertanya.

"Loh kok malah tanya sama Mama?"

"Mama kan kerja harus banyak makan biar kuat." Tiara terkekeh kecil sambil melajukan motornya.

"Pegangan tangan ya."

"Iya Ma. Terus Mama mau makan apa?" Tanya Haikal mengulang.

"Mama belum lapar."

"Ah bohong."

"Bohong bagaimana?"

"Haikal tidak mau makan kalau begitu."

"Bagaimana kalau ayam crispy?" Lihatlah Arka. Dia anak yang baik dan mulai bisa menjaga ku.

"Ya Ma. Kita makan berdua ya."

"Hm."

Memang Tiara tidak bisa memberikan kehidupan mewah. Gaji yang tergolong kecil membuatnya terpaksa sering mengalah hanya untuk Haikal.

Seluruh kebutuhannya di nomer duakan apalagi dalam hal makanan. Tiara sering tidak sarapan pagi dan baru mengisi perut di jam makan siang. Semua yang di lakukan semata-mata agar Haikal terpenuhi kebutuhannya.

Sambil menunggu pesanannya di buat, Tiara membuka surat pemberitahuan yang di berikan guru Haikal. Nafasnya terbuang kasar ketika pihak sekolah mewajibkan membayar tunggakan biaya pendaftaran sebelum tahun ajaran baru.

Satu juta? Ah dari mana lagi aku mendapatkan uang? Untuk biaya daftar ulang pun belum ada. Kalau berhutang lagi? Aku sungkan pada Salsa.

"Apa yang guru katakan Ma?" Segera saja Tiara melipat kertas lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Hanya jadwal pembelajaran sayang." Jawab Tiara mencoba menutupi.

Haikal tersenyum lalu kembali berlarian di sekitar tempat tersebut. Sesekali Tiara terpaksa tersenyum ketika Haikal menatap ke arahnya. Dia benar-benar tidak ingin membuat Haikal ikut terbebani.

Wajah mereka sangat mirip..

Tepat di saat hati Tiara berkata demikian, Haikal tidak sengaja menabrak seseorang. Bergegas saja Tiara berdiri dan menghampiri.

"Astaga sayang hati-hati." Setelah memastikan keadaan Haikal baik-baik saja. Tiara berdiri lalu berniat meminta maaf." Tolong maafkan anak sa...." Ucapannya tertahan di kerongkongan ketika dia sangat mengenal sosok tinggi berjas rapi tersebut.

Arkana...

🌹🌹🌹

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!