BAB 3 Pernikahan Teraneh

Bagaimana bisa Sekar terpilih menjadi pengantin sementara gadis itu tak pernah mengikuti ajang apapun. Selama tinggal di desa ini, Sekar juga tidak pernah keluar rumah lebih dari 1 km. sangat aneh kalau tiba-tiba saja Sekar dipilih jadi pengantin seorang tuan muda yang dikenal sebagai monster pemangsa wanita.

Ancaman Salama rupanya tak membuat takut Dadu. Pria jakung itu menyodorkan 2 koper hitam berukuran besar dan membuka koper-koper tersebut tepat dihadapan Salama. Mata wanita paruh paya itu langsung melotot setelah melihat isinya yang ternyata adalah uang tunai. Begitupula dengan Sekar. Seumur-umur, mereka baru melihat uang dengan jumlah yang fantastis itu.

“Ini adalah uang mahar untuk putri Anda, Nyonya. Masing-masing koper berisi 5 M. Terimalah, dan hiduplah dengan layak. Kami akan membawa putri Anda untuk menjadi istri tuan muda kami.” Dadu menyuruh pengawalnya untuk membawa Sekar pergi dari rumah ini.

Adik Sekar sudah sangat ketakutan. Ia berlari memeluk ibunya yang masih terkaget-kaget melihat uang didepannya. Yang lebih mengejutkan lagi, pengawal itu langsung menyeret paksa tubuh Sekar keluar rumah padahal Salama belum menyetujui pernikahan ini.

“Tunggu! Hentikan!” seru Salama. Tapi para pengawal itu tidak mau dengar. Mereka tetap membawa Sekar keluar rumah di mana semua warga desa ternyata sudah berkumpul mengelilingi rumah wanita paruh baya itu.

“Aku bilang berhenti! Aku belum menyetujui pernikahan ini!” seru Salama. Ia berlari menarik putri angkatnya agar terlepas dari cekalan para pengawal sangar itu. “Kami tidak mengenal siapa kalian. Bawa kembali uang itu dan pergi dari sini. Aku tidak akan memberikan putriku pada kalian berapapun uang yang kalian berikan!” seru Salama kukuh pada pendapatnya.

Walau ia butuh uang untuk bertahan hidup, tetap saja Salama takkan menyerahkan Sekar pada orang tak ia kenal. Apalagi, sebenarnya, Salama tahu seperti apa pemimpin desa ini. Desas-desus desa ini memnag benar tapi Salama mencoba menutupinya dari Sekar agar anaknya tetap betah tinggal di sini. Tak disangka, penguasa desa yang tak lain adalah tuan mudanya Dadu, ternyata jeli juga. Tahu saja kalau di desa ini ada seorang gadis cantik yang baru pindah.

Namun, Salama lupa akan satu hal. Tidak ada yang bisa menentang perintah Nagata, bila ia menginginkan wanita, maka wanita itu harus menikah dengannya. Dadu memerintahkan pengawalnya untuk membawa paksa Sekar menuju istana tempat Nagata sedang menunggu.

“Kau yakin kau tidak mau menyerahkan putrimu?” tanya Dadu sekali lagi.

Suasana di sini sangat tegang. Sekar sudah ketakutan. Orang-orang suruhan Nagata bawa senjata lengkap dan Dadu langsung mengeluarkan pistolnya. Pria jakung itu mengarahkan senjata apinya tepat di kening Salama.

“Terima uang itu dan diam saja di sini. Biarkan putrimu kubawa pergi. Jika tidak, kau tahu apa akibatnya!” ancam Dadu.

Salama tertegun, tubuhnya gemetar ketakutan sampai tidak bisa bicara. Ia melirik Sekar yang sepertinya juga sudah pasrah. Tak ada gunanya melawan.

“Jangan sakiti ibuku!” teriak Salama dengan lantang. “Aku akan ikut dengan kalian. Uang itu … benar-benar milik ibuku, kan?”

Dadu menatap wajah Sekar dan menurunkan pistolnya. “Uang itu milikmu. Bahkan jika kurang, kau bisa ambil sisanya di Istana. Tapi ada syaratnya,” terang Dadu.

“Apa syaratnya!” tanya Sekar. Ia tahu ibunya sangat membutuhkan uang. Apalagi, Shinta butuh penangangan khusus untuk menangani traumanya. Jika tidak, ia akan tumbuh sebagai gadis yang tidak normal. Sekar tidak mau itu terjadi. Ia rela mengorbankan diri asal ibu dan adiknya hidup nyaman tanpa kekurangan apapun.

“Kau harus menikah dengan tuan muda dan tidak boleh bertemu dengan keluargamu lagi untuk selamanya. Berapapun uang yang kau minta. Akan kami penuhi.” Sebuah tawaran yang amat sangat menggiurkan untuk Sekar tapi juga teramat berat dilakukan.

“Baik. Aku setuju. Aku bersedia menikah dengan tuan mudamu. Tapi kau harus memastikan bahwa hidup ibu dan adikku di sini baik-baik saja.” Sekar sudah memantapkan hatinya. Ia rela mengorbankan hidupnya demi uang. Dengan begitu hidup ibu dan adik angkatnya terjamin meski tanpa keberadaannya.

Sekar berjalan ke arah ibunya yang sudah lemas tak berdaya. Gadis itu menangis, mungkin ini terakhir kalinya, ia bertemu dengan ibu dan adiknya sebelum akhirnya ia harus dibawa pergi dari sini.

“Apa yang kau lakukan? Sekar? Kenapa kau mau ikut dengan mereka? Biarkan saja ibu mati. Pria yang akan kau nikahi, dia bisa membunuhmu. Kau pernah dengar desas-desus itu kan? Kau akan mati begitu menikah dengannya.” Salama membujuk Sekar agar mengurungkan niatnya.

“Aku tahu Ibu. Aku sudah dengar dari obrolan semua penduduk desa di sini. Tapi nyawaku tidak ada artinya bila dibandingkan dengan nyawa ibu. Jika Ibu mati, bagaimana dengan Shinta. Dia masih membutuhkan Ibu. Ibu sudah berkorban banyak untukku. Sudah waktunya aku membalas kebaikan Ibu. Jangan khawatirkan aku, aku rela mati demi kalian berdua. Karena aku bisa hidup hingga sekarang, itu semua berkat Ibu.” Sekar menyeka air matanya.

Gadis itu tahu kalau hidupnya memang sudah tidak lama lagi. Namun, ia tidak menyesal, meski pernikahan ini terpaksa ia lakukan demi uang, Sekar tetap akan melakukannya.

“Tidak Sekar, tidak … tolong jangan lakukan ini? Maafkan ibu, harusnya ibu mendengarkanmu saat kau mengajak ibu pergi dari sini. Maafkan ibu Sekar.”

“Tidak apa-apa Bu. Jangan menangis ataupun merasa bersalah. Aku sendiri yang menyetujui pernikahan ini. Tolong, gunakan uang itu untuk pengobatan Shinta. Bawa dia ke dokter terbaik di sini agar ia bisa kembali seperti dulu lagi. Setelah itu sekolahkan dia di sekolah yang bagus supaya nanti dia jadi orang sukses. Tolong penuhi permintaanku ini, Bu. Aku mohon. Maaf dan terimakasih untuk semuanya. Hanya ini yang bisa kulakukan untuk Ibu dan Shinta. Sampaikan salamku pada kak Shanti jika nanti dia datang mencari Ibu. Aku menyayangi kalian semua.” Air mata Sekar terus mengalir melihat ibunya hanya menunduk lesu didepannya.

Semakin pecahlah tangis Salama setelah mendengar kata-kata anak angkatnya ini. Ia sungguh tak berdaya dengan keadaan yang menimpanya. Dalam hal ini, Salama adalah orang yang paling merasa bersalah. Sekar terus menghiburnya dan ia memeluk ibunya serta adiknya sebagai pelukan terakhir sebelum akhirnya ia diboyong ke istana tempat monster pemangsa wanita itu tinggal.

“Sekar!” teriak Salama sebelum akhirnya ia pingsan saat melihat putri angkat yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri pergi bersama dengan orang-orang suruhan Nagata.

Menikah dengan monster pemangsa wanita, sama saja dengan setor nyawa. Salama tahu persis, seperti apa korban para pengantin Nagata sebelumnya. Wanita paruh baya itu sangat menyesal tidak menceritakan hal itu pada Sekar karena ia salah prediksi. Kini, putri angkatnya yang baik itu telah dijadikan target selanjutnya. Sungguh, hati Salama menjadi sangat hancur. Dan yang bisa ia lakukan hanyalah menangis.

***

Sekar, akhirnya tiba di istana tempat ia akan dinikahkan dengan orang yang konon katanya, sangat menakutkan. Mendengar kata ‘monster’ saja, sudah bikin Sekar merinding disko. Pernikahan pun berlangsung dengan tata cara yang ada di dalam istana. Pernikahan itu digelar secara tertutup dan hanya dihadiri oleh para penghuni istana. Orang luar saja tidak diperbolehkan masuk untuk melihat acara sakral ini.

Kembang api besar dinyalakan di tengah malam sebagai pertanda bahwa upacara pernikahan Sekar dan sang monster pemangsa wanita sudah selesai dilaksanakan. Semua warga yang melihat hal itu, langsung turut berduka cita atas kematian Sekar. Sebab, siapapun yang menikah dengan Nagata, maka di malam itu juga, pasti akan meregang nyawa.

“Ini adalah gelang suci sebagai tanda kau adalah istri tuan muda Nagata. Sekarang, kau sah menjadi istrinya. Mari, ku antar kau untuk bertemu dengannya,” ujar Dadu pada Sekar yang bingung 7 turunan dengan tata cara pernikahan yang baru saja ia jalani di istana ini dengan orang yang tidak ia kenal ataupun orang yang tidak ia cintai.

"Pernikahan model apa ini? Mempelai priapun tidak datang? Di mana orang yang dinikahkan denganku? Kenapa dia tidak muncul? Apa pernikahan ini sah?" bentak Sekar.

"Jaga ucapanmu Nona. Jangan sampai kau menyesal. Kau sedang tidak dalam posisi bisa protes dalam hal apapun. Tidak ada yang tahu apakah malam ini, kau masih bisa bicara lagi atau tidak. Sebaiknya kau diam dan berdoa saja, supaya besok kau bisa melihat matahari," ancam Dadu.

BERSAMBUNG

***

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

haduuuh gimana model pernikahannya

2023-12-05

0

Azzahro shofiya Ramadhani

Azzahro shofiya Ramadhani

dasar....nagata somplak....nyari istri smpek segitunya....Disini banyak yang nganggur nih...perawan 60 tahunan🤣🤣😜

2023-06-08

0

Dede Dahlia

Dede Dahlia

bu salama calon mantumu memang somplak plus laknut bisa²nya melamar anakmu caranya seperti itu jadi banyak² sabar aja ya bu.

2023-06-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!