BAB 2 Pengantin yang Terpilih

Salama adalah wanita paruh baya. Dia punya 2 orang putri kandung, dan 1 orang putri angkat. Shanti adalah putri Salama yang sulung dan ia tidak ikut pindah kemari. Sekar adalah anak angkat yang Salama temukan di jalan saat masih berusia 10 tahun. Shinta adalah adik Shanti yang masih kecil dan baru berusia 13 tahun. Adik kecilnya tidak bisa melanjutkan sekolah kerena kondisi perekonomian mereka sangat kurang.

Itulah alasan kenapa Salama memutuskan pindah ke desa, agar mereka bisa bertahan hidup dengan mengajak anak-anaknya tinggal di desa ini tanpa ia tahu kalau desa neneknya dulu telah berubah menjadi desa sarangnya monster wanita. Salama tidak tahu menahu kalau ada desas desus itu. Kalaupun ia tahu, wanita paruh baya itu tak bisa apa-apa karena hanya desa ini lah yang bisa memberinya tempat tinggal gratis tanpa harus bayar.

“Ibu, apa ibu yakin kita akan tinggal di desa aneh ini?” tanya Sekar saat ibunya menyalakan perapian untuk menghangatkan ruangan di waktu malam.

Karena desa ini diapit banyak gunung, udara di desa ini jadi sangat dingin. Sudah seminggu sejak kepindahan mereka kemari. Pastinya, desas desus tentang monster pemangsa wanita sudah terdengar di telinga Sekar.

“Mau bagaimana lagi Sekar? Kita tidak punya tempat tinggal lain lagi. Biaya hidup di kota sangatlah mahal. Kalau di desa kita bisa berkebun dan menanam banyak pangan di sini dan memperirit biaya hidup kita.”

“Tapi, saat datang kemari, aku mendengar ada tetangga yang berbisik-bisik kalau penguasa desa ini adalah monster pemangsa wanita, Ibu. Aku takut.” Sekar masih merinding saat mengingat apa yang dibicarakan orang-orang di desa ini saat ia keluar baik untuk jalan-jalan ataupun saat mencari kebutuhan.

Kalau diperhatikan, Sekar tidak menjumpai wanita remaja seusianya. Rata-rata wanita yang tinggal di desa ini adalah lansia dan wanita paruh baya seusia ibu angkatnya. Pemuda desa juga tidak banyak. Hanya ada beberapa dan kebanyakan dari mereka tertutup dengan orang baru. Waktu keluarga Salama pindah saja tidak ada yang menyapa, mereka hanya melihat dari kejauhan tanpa bicara sepatah katapun.

“Itu hanya rumor. Zaman sekarang mana ada hal begituan. Ini adalah rumah nenek ibu. Aman-aman saja kok, nggak pernah ada masalah. Jangan dengarkan omongan penduduk desa di sini. Ibu saja tidak kenal mereka semua padahal ibu lahir di sini. mereka orang-orang baru semua. Mungkin yang lama sudah pada meninggal semua.”

“Tapi Bu … rumah megah yang ada di ujung desa itu juga mencurigakan. Di desa ini, cuma rumah itu saja yang tampak bagus. Pemiliknya adalah monster yang mereka bicarakan. Bagaimana kalau kita pindah saja ke kota Bu. Sungguh Sekar takut tinggal di sini.”

Salama menatap putrinya dengan lembut. Ia paham seperti apa perasaan Sekar. Di kota, dia punya banyak teman, sedangkan di desa ini dia kesepian. Tapi Salama tidak punya pilihan lain. Hanya rumah inilah satu-satunya tempat yang bisa membuatnya dan keluarganya bernaung dari dinginnya malam dan sengatan matahari.

“Sekar, apa kau lupa pada apa yang menimpa adikmu? Dia hampir saja dirudapaksa tetangga kita di kota. Kalau saja ibu tidak datang tepat waktu, apa yang akan terjadi padanya?” cetus Salama dan Sekar jadi amat sangat merasa bersalah.

Kejadian mengerikan itu adalah salah Sekar yang meninggalkan adiknya sendirian di rumah sementara ia keluar untuk membeli makanan untuk adiknya. Ibunya bekerja sebagai ART di rumah tetangganya. Tak di sangka, petaka itu menimpa Shinta tapi syukurlah ibunya pulang dan menggagalkan aksi keji itu. Dari situ, Sekar sangat terpukul, apalagi Shinta mengalami trauma yang sangat berat.

“Kehidupan di kota sangatlah kejam, Sekar. Apalagi sejak ayahmu meninggal. Tidak ada yang melindungi kita. Bertahanlah di sini. Tempat ini, jauh lebih aman. Kau hanya butuh adaptasi. Ibu yakin, kalau kau bisa beradaptasi, kau akan menyukai desa ini.”

Sekar tertegun, ia menatap adik perempuannya yang tertidur lelap. Setelah lulus SMA, Sekar memang langsung bekerja di sebuah restoran cepat saji. Namun, gajinya tetap saja tidak cukup. Ia punya Kakak yang suka berfoya-foya dan suka pada gaya hidup mewah. Saat ini, entah kakaknya ada di mana, Sekar juga tidak tahu.

“Bagaimana dengan Shanti, Bu? Apa dia tahu kalau kita pindah kemari?” tanya Sekar mencoba untuk memahami keadaan. Kalau saja ada hal yang bisa Sekar lakukan untuk membantu perekonomian keluarga ini, pasti bakal Sekar lakukan.

“Biarkan saja dia. Dia sudah mencuri semua uangmu. Jangan pedulikan dia lagi. Ibu juga sudah menganggapnya mati. Sekarang yang ibu punya hanya kau dan Shinta. Kita bertiga, pasti bisa melewati ini semua.” Salama memeluk putri angkatnya, ia pun juga merasa bersalah pada gadis malang ini karena harus punya angkat seperti dirinya.

“Kenapa Ibu menangis, jangan menangis Ibu. Sekar minta maaf karena sudah mengeluh. Harusnya Sekar bisa lebih menerima keadaan kita sekarang. Sekar janji tidak akan mengeluh lagi, Bu.” Sekar menengadah menatap sendu wajah sedih ibunya.

“Tidak, Nak. Ibulah yang harus minta maaf. Aku tak bisa memberikan kehidupan yang layak untukmu. Malah menjadi bebanmu. Ibu bukan orangtua yang baik untukmu Sekar. Dalam hal ini, ibulah yang harus minta maaf.”

Sekar menangis, iapun membaringkan kepalanya dipangkuan ibu angkatnya yang sudah mulai menua ini. “Justru Sekar sangat bahagia, tidak apa-apaa bila hidup kita serba kekurangan. Asalkan bisa terus bersama-sama. Sekar tidak keberatan Bu. Seperti yang Ibu bilang, kita pasti bisa melewati ini semua. Sekar akan bekerja keras untuk emncukupi kebutuhan hidup kita.” Mendadak muncul semangat hidup dalam hati Sekar.

Salama pun memeluk putri angkatnya dengan erat dan tertidur pulas karena ia merasa amat lega. Saat ini, hanya Sekar dan Shinta saja yang ia punya. Kedua gadis cantik beda usia itu juga merupakan penyemangat hidupnya. Ia sendiri juga takut akan desas-desus itu, tapi karena situasi dan kondisi, Salama terpaksa tetap tinggal di desa yang penuh dengan kutukan ini.

Malam itu serasa amat panjang. Sekar tidak bisa tidur karena ia memikirkan pria misterius yang sempat ia lihat di hari pertama gadis itu datang kemari. Tentu saja Sekar penasaran penasaran.

Siapa pria itu? Dan juga kenapa ada desas desus tentang monster pemangsa wanita? Batin Sekar.

***

Keesokan paginya, Sekar dan keluarganya dikejutkan dengan kedatangan seorang pria jakung dan beberapa orang berpakaian lengkap ala bodyguard. Tentu saja Salama dan Sekar sangat terkejut karena merasa tidak pernah mengundang mereka datang kemari. Yang membuat Sekar tidak suka dengan mereka, orang-orang tak dikenal ini langsung nyelonong masuk ke dalam seperti debt kolektor yang mau nagih hutang.

“Permisi, apa … Anda penghuni baru desa ini?” tanya pria jakung itu pada Salama. Pria tersebut menatap wajah Salama lalu beralih ke Sekar. Dengan tidak sopannya, pria jakung tersebut mengukur postur tubuh Sekar dengan jari jemarinya.

Melihat aksi pria asing ini, Shinta yang masih kecil, langsung berlari memeluk Sekar. Ia takut kalau Sekar mau diapa-apain. Gadis kecil itu sangat trauma melihat pria dewasa. Sekar jadi trenyuh melihat adiknya yang satu ini gara-gara kejadian yang menimpanya di kota. Kalau saja ia bisa, Sekar sangat ingin membalas dendam pada orang-orang jahat tak berperikemanusiaan itu.

“Benar, Tuan. Anda siapa? Dan untuk apa datang kemari?” tanya Salama ramah tapi ia langsung waspada dan melindungi kedua putrinya.

“Saya, Dadu. Saya datang untuk memberitahu Anda bahwa putri Anda terpilih sebagai pengantin tuan muda kami,” terangnya santai sambil melihat postur tubuh Sekar sesuai dengan kriteria tuan mudanya.

“Apa?” pekik Salama shock. Begitupula dengan Sekar.

Mereka tidak percaya pada apa yang mereka dengar barusan. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja ada kabar mengejutkan seperti ini di pagi hari. Salama menatap putri angkatnya begitupula dengan Sekar.

“Tu-tunggu, Tuan. Sepertinya, Anda salah orang. Atas dasar apa putriku terpilih sebagai pengantin tuan muda Anda? Kami pendatang baru di sini. Kami bahkan tidak mengenal tuan muda Anda. Seperti apa dia dan bagaimana rupanya, kami tidak pernah tahu.” Salama benar-benar ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Tentu saja ia tidak akan pernah membirkan putrinya dibawa pergi apalagi hendak dinikahkan dengan orang asing. “Tidak, ini tidak benar, tidak mungkin. Aku tidak akan pernah membiarkan kalian membawa pergi putriku. Jika kalian tetap memaksa, maka … langkahi dulu mayatku!” ancam Salama dan seketika, suasana mendadak menjadi tegang.

BERSAMBUNG

***

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

sudah takdir anak mu buu

2023-12-05

0

Mara

Mara

Emang sih jodoh gak akan kemana😘
Tapi caramu itu loh minta jadi istrinya... sesuatunya bgt🤣🤣🤣

2023-08-18

0

Dede Dahlia

Dede Dahlia

si Nagata basa basi dulu napa jangan langsung ngajak nikah sekar haiss dasar bengek 🙉🙈

2023-06-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!