Wanita cantik yang menggunakan setelan celana itu, beserta kerudung pashmina warna coklat tidak lupa dia menggunakan helm dan motor yang sudah dia keluarkan dari garasinya sudah dipanaskan pula. Bahkan Rendy pun sudah duduk di atas jok.
Anak itu sudah tidak sabar untuk segera meluncur ke tempat yang dia inginkan.
Selang beberapa puluh menit kemudian. Perjalan di motor tersebut sudah memasuki area tempat tujuan.
Setibanya di Mall, Renita langsung masuk dan ke tempat tujuan yaitu ke tempat permainan. Seperti yang Rendy inginkan. Renita harus bisa membuat putranya bahagia meskipun papanya tidak bersamanya.
Di sana Renita bertemu dengan teman-teman sekolahnya Rendy, membuat Rendy semakin riang dan tampak bahagia sekali sambil bermain dengan kawannya tersebut.
Renita mengulas senyumnya melihat keceriaan putra semata wayangnya yang tampak happy. “Bahagia lah Nak ... Bunda akan membuat mu bahagia apapun caranya.”
“Bunda. Coba lihat teman aku sama papa nya, lah aku sama Bunda saja. Papa kemana sih? lama kita gak liburan bersama. Papa selalu sibuk dan tidak sayang lagi sama aku ya Bun?” rajuk Rendy yang berdiri di samping nya sang bunda dan memegangi tangan sang bunda.
Lagi-lagi hati Renita dibuat mencelos sedih mendengarnya. “ Sayang ... bukan tidak sayang, tapi papa itu sedang sibuk mencari uang buat kita.” Renita berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Rendy.
“Emang nya papanya kemana? Kan ini hari libur? Masa tidak bisa membagi waktu buat anak. Nanti hilang momen dengan anak, baru menyesal.” Kata seorang
dari temannya Rendy.
“Em, iya Bu ... suami saya sedang ada urusan,” sahutnya Renita sambil memeluk putranya.
“Ini kan hari minggu dan waktunya qualit time atau waktu untuk keluarga,” sambungnya ibu yang lainnya.
Renita tidak tahu harus berkata apa lagi, dia hanya memeluk putranya yang mood nya menurun padahal tadi sudah tampak happy ech ... malah drop gara-gara melihat temannya bersama orang tua dengan lengkap! sementara dia tidak bersama papanya.
“Sayang ... katanya kan tadi mau main di Timezone, kok malah sedih sih? kan bunda jadi ikut sedih bila jagoan Bunda sedih kaya gini. Kalau tau kaya gini sih ... buat apa ke sini?” ucapnya Renita dengan lirih.
“Mau papa, mau sama papa mainnya. Bunda ...” Anak itu terus merajuk dan menangis.
Membuat sang bunda harus memangku putranya dan berusaha membujuk. “Apa mau pulang aja atau gimana sayang? lihat tuh ... temannya main-main seneng banget. Masa jagoan Bunda sedih kaya gini sih ... jagoan Bunda kok cengeng.”
Setelah beberapa lama dalam pangkuan sang bunda, akhirnya Rendy kembali moodnya naik sehingga dia kembali turun dan bermain lagi, membuat bibir Renita kembali tersenyum melihat putra nya bermain kembali.
“Jeng, harus sabar ya menghadapi anak yang mood nya naik turun.” Kata wanita yang tidak jauh dari Renita sambil menggendong balitanya.
“Iya, Jeng.” Renita bergumam sambil tersenyum. Lalu kembali mengawasi putranya dan akhirnya Renita pun turun menemani sang putra bermain.
“Jagoan Bunda, Bunda belum sholat nih. Dan juga belum makan siang, gimana kalau kita ke mushola dulu dan lanjut makan siang. Rendy mau makan apa hem?” Renita menatap putranya.
Kedua manik mata Rendy yang berbinar menatap sang bunda. “Oke. Aku mau makan mei ya Bunda?”
“Em ... boleh, ayo?” Renita menuntun putranya keluar dari tempat tersebut. Namun setelah beberapa langkah keluarga dari tempat tadi, apa yang Renita temukan dengan netra penglihatannya.
Dimana dia menemukan seorang yang tidak asing baginya, membuat hatinya dibuat tersentak tidak menyangka dengan penglihatan nya tersebut. Gimana tidak? Kalau dia melihat suaminya beserta wanita dan kedua anak yang satunya masih balita dan berada di dalam gendongan Azam.
Renita berusaha agar Rendy tidak melihat keberadaan sang ayah yang memasuki tempat permainan itu bersama orang lain.
“Mas Azam? Beneran dia suami ku?” gumamnya dalam hati sambil terus melihat ke arah suaminya yang sama sekali tidak melihat keberadaan nya. Karena memang Renita ada di antara banyak orang.
“Bun, ayo dong ... katanya mau ke mushola mau sholat, ayo.” Rendy menggoyang tangan bundanya.
“Oh iya sayang. Iya ... yo kita jalan.” Balasnya Renita sambil menuntun putranya menjauh dari tempat tersebut.
Sementara Azam memang sama sekali tidak melihat keberadaan istri dan putranya. Dia tampak happy dengan Sharon dan kedua anaknya. Vera dan Deris yang masih balita tersebut. “Siapa yang mau bermain Timezone?”
“Aku ... aku mau main.” Sahutnya Vera sambil berjingkrak dan bersorak senang.
“Mas, kan waktu itu kamu pegang kartu tiket Timezone di ke manain sih?” Sharon melihat ke arah Azam sambil mengusap kepalanya Deris yang berada di dalam gendongan pria yang sudah beristri, namun lebih mementingkan dirinya dan kedua anaknya itu.
“Mas gak tahu, kok tiket itu tidak ada dari dompet. Biar lah sayang ... buktinya kita bisa masuk lagi kan. Gak jadi masalah itu mah gampang.”
“Iya sih ... tidak jadi masalah, oke. Kita mau bermain apa nih?” Sharon menatap ke arah putrinya.
Setelah dari mushola, Renita membawa putranya ke restoran tempat makan. Dan Rendy mau makan mie katanya, sehingga sesuai permintaan. Renita pun memesan mie dua mangkuk, satu buat putranya yang tanpa sambal dan untuknya sangat banyak sambal.
“Yey ... mie nya sudah datang,” gumamnya Rendy sambil bertepuk tangan melihat pesanannya sudah datang.
“Awas sayang, masih panas.” Renita mengaduk dan meniupnya mie buat Rendy yang masih mengepul.
Sesekali Renita menyuapi putranya dengan mie yang dia tiup lebih dulu.
Renita mengeluarkan ponselnya dan melihat tangkapan layar yang tadi dia dapatkan. Tadi dia sempat mengambil gambar Azam bersama wanita dan balita yang tengah Azam gendong tersebut. Dada Renita terasa sesak dan sakit. Ingin rasanya dia menangis sampai kejer, namun masih dapat dia tahan karena tidak mau menangis di hadapan putranya dan juga ini tempat umum.
Namun lama-lama. Air mata itu jatuh juga sebagai luapan betapa terlukanya perasaannya saat ini. Hati siapa yang tidak akan terluka melihat suami yang sangat dia cintai bersama wanita lain, dengan alasan ada urusan kerjaan, sampai-sampai anak minta ditemani bermain pun dan jalan-jalan tidak mau.
Untungnya dia menangis karena tengah makan mie yang dengan level kepedasan nya lumayan tinggi yang memang sengaja dia pesan seperti itu. Agar menangis pun di kira karena kepedasan.
“Bunda kok menangis? Pedas ya. Makanya jangan terlalu makan cabe banyak-banyak, jadi nangis deh dan nanti sakit perut, Bunda ... kalau sakit gimana? kalau sakit Bunda! Siapa yang akan mengurus ku dan papa?” celoteh anak itu sambil terus menikmati makannya dan saat melihat bunda nya menangis ....
...🌼---🌼...
Mohon dukungannya ya dan subscribe juga agar dapat notifikasinya makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Elizabeth Jack
cerita mulai mattap
2024-01-02
1
Pupu Marpuah
udah mulai seru nih cerita
2023-12-15
2
Eliani Elly
😥😥😥
2023-09-29
1