"Kalau aku bilang nggak tahu, nggak tahu ... kenapa sih? kamu tahu kan. Aku nggak suka belanja! heran nanya-nanya kayak gitu, mungkin aku menemukan struk orang yang buang sampah sembarangan. Makanya aku masukkan ke dalam saku!" jawabnya kembali Azam tetap tidak ingin mengakui kalau kertas seperti itu milik dia.
Renita memandangi punggung suaminya yang tidur miring memunggungi dirinya, boro-boro berniat menyentuh.
Tangan Renita bergerak menyampingkan sambutnya seraya menghela nafas sangat panjang. Kemudian perlahan bergeser turun dari tempat tidurnya membawa pakaian ganti lagi dengan piyama.
Buat apa memakai pakaian seperti itu, toh suaminya juga tampak dingin boro-boro mau menyentuhnya. Padahal sudah seminggu ini mereka belum pernah melakukannya, padahal Azam itu termasuk rutin seminggu 3-4 kali itu wajib tidak perduli istri sedang repot sekalipun.
Berkali-kali Renita menelan Saliva nya dan menghela nafas dalam-dalam, menatap dirinya di cermin. Menyanggul rambutnya simpel serta memasukan pakaian yang barusan melekat di tubuhnya ke dalam keranjang.
Setelah itu dia berbaring memunggungi suaminya yang masih di posisi yang sama.
Malam yang dingin semakin mencekam, berselimut rasa sepi berpelukan dengan suhu yang membeku. Berkawan desiran angin yang membelenggu bagi Renita yang tanpa pelukan hangat dari suaminya tersebut.
Sepanjang Malam Renita terjaga, kedua manik matanya tidak dapat terpejam sedikitpun.
...------------...
Sudah sebulan ini Renita semakin merasa sepi dan sikap Azam semakin dingin, Renita jarang di sentuh atau mendapatkan nafkah batin dari sang suami, yang sudah bertahun-tahun ini menjadi pendamping hidup serta memberikan seorang putra yang tampan dan pintar.
"Mas, mau kemana? ini kan hari libur. Sudah lama kamu tidak mengajak kami jalan-jalan! Rendy sudah sering merajuk ingin jalan-jalan sama papa." Renita menatap suaminya yang sepertinya mau jalan.
"Aku ada urusan di luar, Kalau mau jalan? ya jalan saja. Uang kan ada!" ucap Azam sambil duduk mengenakan sepatu nya.
Sesaat Renita menatap lekat pada suaminya tersebut lalu duduk di sampingnya. "Mas, uang yang kamu transfer kok semakin berkurang sih? bukannya bertambah!"
Azam melirik ke arah sang istri. "Kenapa emang? tidak cukup? Rendy masih kecil dan belum banyak kebutuhannya juga!"
"Em ... cukup sih Mas ... masih cukup, tapi yang aku tanyakan kenapa? sibuk iya. Keluar kota sering, boro-boro memberi hadiah gitu," tambahnya Renita dengan lirih.
"Aku sibuk untuk masa depan sayang, emangnya harus habis sekarang juga? kan tidak. Anak kita akan semakin besar dan biaya nya pun akan semakin besar jadi. Jadi automatis aku harus menyiapkan semuanya." Kata Azam sambil menyentuh bahu nya sang istri.
Azam menatap sangat lekat pada sang istri, lalu mengarahkan pandangannya pada bibir sang istri yang lama tidak dia sentuh. Azam mendekati wajahnya sang istri.
Renita memejamkan kedua manik matanya dan merasakan jantungnya yang terasa terpompa lebih cepat.
Sejenak mereka menikmati pagutan bibir yang mereka ciptakan. Namun detik kemudian mereka berdua di kejutkan dengan kedatangan Rendy yang membuka pintu kamar tersebut.
Membuat mereka saling melepaskan pertemuan itu dan Renita segera merapikan kerudungnya.
"Rendy sayang!" panggil Renita sambil mengarahkan pandangannya pada putra semata wayangnya tersebut.
"Papa, main yo? lama kita tidak jalan-jalan, aku ingin membeli mainan sama Papa." Rajuk anak itu sembari mendekati sang ayah.
"Jalan-jalannya sama bunda saja. Papa sedang ada urusan, lagian mainan sudah banyak. Atau sama bunda aja ya?" kata Azam dengan tanpa beban sembari beranjak dari duduknya.
"Tapi aku maunya sama Papa, kan sudah lama kita nggak jalan-jalan bersama. Papa selalu saja sibuk di luar! aku nggak pernah diperhatiin lagi." Anak itu memanyunkan mulutnya sembari menyilangkan tangan di dada.
Mendengar perkataan Rendy membuat hati Renita mencelos sedih, anak sebesar itu sudah merasakan kalau perhatian sang ayah sudah mulai berubah.
"Iya ... Papa harus bekerja jadi Reni sama bunda aja, oke. Papa mau berangkat dulu baik-baik di rumah ya?" Azam mencium kening sang Putra.
"Mas, apa tidak sebaiknya luangkan waktu mu untuk buah hati kita?" Renita menatap penuh harap pada Azam sambil meraih punggung tangannya penuh hormat.
"Aku gak bisa, lain kali saja ach." Azam mengayunkan langkahnya meninggalkan ruangan tersebut.
"Papa jahat, papa gak sayang Rendy lagi." teriak anak itu lalu menangis.
"Sayang-sayang, Rendy dengerin Bunda sayang. Papa kan sibuk bekerja! buat kita juga biar uangnya bua ... nyak sekali. Jadi Rendy sama Bunda saja ya? jalan-jalan nya." Renita memangku putra nya itu yang menangis, lantas di peluknya dengan hati yang tidak tega.
"Beneran ya Bunda?" anak itu mengangkat wajahnya dari dada sang Bunda.
"Beneran sayang ... Bunda nggak bohong! sekarang Bunda mau nyuci dulu. Nanti kita pergi nya mau kan?" Renita mengusap wajah Rendy yang basah tersebut.
Kemudian anak itu mengangguk tanda setuju, lalu Renita menurunkan Rendy agar bermain dengan mainan yang ada.
Sementara sang Bunda seperti yang dia katakan, kalau dia mau cuci dulu dan lain-lain
Pluk!
Ada sesuatu yang jatuh dari saku kemejanya Azam. Buru-buru Renita berjongkok dan mengambilnya, semacam kartu dan ternyata itu tiket Timezone.
"Ini punya siapa lagi? dan siapa yang bermain di Timezone! sementara ngajak anak aja nggak mau," gumamnya Renita dalam hati sembari memperhatikan tiket tersebut.
Kening Renita menurut, memikirkan tiket tersebut milik siapa? kenapa ada di saku kemeja milik suaminya, dan kalau memang milik dia. Kenapa juga gak mengajak anaknya untuk bermain.
"Ach. Buat apa kusimpan dan buat apa juga aku tanyakan. Mungkin dia nggak akan ngaku seperti waktu itu! mendingan aku buang saja," seru nya Renita sembari membuang kartu tersebut ke dalam tong sampah.
Dengan hati yang tetap merasa kurang nyaman, Renita menggerakkan tubuhnya untuk melakukan aktivitas mencuci, menyapu dan mengepel.
"Bunda ... Sudah belum sih ... udah siang! Emang mau kapan sih jalan-jalannya? aku nggak mau beli mainan tapi aku mau main di Timezone aja!" suara anak itu yang datang menghampiri Renita yang sedang bersiap-siap di kamar.
"Iya sayang ... ini juga Bunda lagi siap-siap ya, kan buat pergi ... sebentar! Bunda mau ambil jaket Rendy dulu, tungguin ya?" Renita beranjak dari duduknya di depan cermin, kemudian dia berjalan ke kamarnya Rendy untuk mengambil jaket.
Dan Rendy pun mengikuti langkah sang Bunda. "Bun, kita naik motor ya Bun? masih kita mau jalan-jalan. Temen aku sudah berangkat lho, Bun!" celoteh enak itu sambil menatap sang Bunda yang sedang menutup pintu lemari.
"Sabar sayang ... kan ini juga mau pergi," Renita lalu menuntun putranya lalu menutup pintu kamar yang dia masuki barusan ....
...🌼---🌼...
Mohon dukungannya ya subscribe biar dapat notifikasi like comment agar aku tambah semangat. Terima kasih banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Ma Em
Semoga perselingkuhan Azam segera diketahui Ernita
2024-04-22
0
Sabilnur Alif
raasssanya mereka bakal ketemu nihj
2023-11-22
2
Samsia Chia Bahir
Naaaahhhh, ujung2x penyesalan di blakang yaaaa 😄😄😄😄😄😄😄
2023-08-23
1