Bab 2 Ulang Tahun Terakhir

Malam ini, kecantikan Helena tampak begitu sempurna di mata Darta. Kulitnya yang putih bersih nampak bersinar dibalut dress merah muda berhiaskan permata yang indah.

Panjang kain yang hanya sebatas lutut menampilkan kakinya yang begitu jenjang menggoda, bertumpu di atas heels yang berwarna senada. Rambutnya yang digelung bak bangsawan Inggris membuat tampilannya semakin elegan.

Lengannya yang indah dan jemarinya yang lentik diulurkan ke arah Darta.

"Aku sudah siap sayang."

Darta menyambut uluran tangan Helena dan mengecup punggung tangannya dengan lembut sambil menatap Helena dengan mesra.

"Kamu cantik malam ini bagaikan Puteri Bulan."

Helena tersipu malu dan membuat pipinya semakin merona. Darta menggandeng tangan Helena dan membawanya turun ke arah mobil yang terparkir di halaman rumah mereka. Membuka pintu mobil dan mempersilahkan Helena untuk masuk.

"Silahkan masuk, My Queen."

"Terima kasih, sayang." ucap Helena manja.

Darta memacu pelan mobilnya yang mewah melewati gerbang yang menjulang tinggi, menyusuri daerah asri yang jauh dari pemukiman. Istana Darta memang terletak jauh dari pemukiman penduduk Kutai Kartanegara.

Rumah mewah bernuansa etnik Dayak berdiri megah di area kebun buah milik Darta. Pondasi bangunan yang tinggi dari halaman membuat beberapa anak tangga yang dihiasi bebatuan asli dari pedalaman Kalimantan berjejer rapi antara halaman parkir dan pintu masuk.

Dua buah patung *Timang dengan posisi berdiri terletak di sisi kiri dan kanan pintu masuk. Pada dinding sebelah kanan terukir ukiran seorang gadis Dayak yang sedang menari dengan gemulai. Dan di sebelah kiri ada ukiran seorang pemuda Dayak yang sedang meniup *sumpit.

Ornamen-ornamen ukiran khas suku Dayak menghiasi beberapa sudut bangunan dan pintu gerbang. Rumah mewah itu di kelilingi pagar tembok yang tinggi, dan di bagian belakang tembok rumahnya terdapat gerbang kecil yang menghubungkan rumah Darta dan pondok kecil yang ada di kebun buah-buahan miliknya itu.

Pohon Durian, Cempedak, Lay, Rambutan, dan Langsat terawat rapi di kebun buah milik Darta yang ada di belakang rumahnya. Dan pondok kecil yang terbuat dari kayu Ulin yang berada di tengah-tengah kebun merupakan tempat favorit Darta untuk merefleksikan tubuhnya yang lelah.

Di dalam pondok itu tersimpan berbagai jenis senjata antik dan senjata untuk berburu khas suku Dayak. Beberapa binatang langka yang diawetkan, yang ia dapatkan secara ilegal tertata rapi di beberapa sudut ruangan dan tergantung di dinding-dinding pondoknya.

Ada satu kamar khusus untuk menyimpan benda antik dan benda pusaka di salah satu ruangan pondok itu, tak ada satupun orang yang boleh masuk ke ruangan itu termasuk Helena isterinya, hanya Darta Ingan yang boleh masuk kesana.

Dulu, Darta Ingan adalah pemuda miskin anak seorang buruh penores karet di perkebunan karet milik tuan Apung Igit ayah Helena. Sempat menghilang setelah diusir oleh ayah Helena yang mengetahui hubungan terlarang antara Helena dan Darta.

Setelah tujuh tahun menghilang Darta Ingan akhirnya kembali lagi ke salah satu kampung hulu Mahakam tersebut sebagai lelaki yang sukses dan kaya. Berkat kekayaannya tersebut Darta berhasil memikat hati ayah Helena dengan membantu menyelamatkan perkebunannya yang hampir disita oleh bank.

Lewat bantuannya tersebut Darta Ingan berhasil menikah dengan wanita pujaan hatinya Helena Igit. Namun sayang, di saat ia sudah menjadi orang yang sukses kedua orang tuanya tak sempat menikmatinya. Setahun kepergian Darta ibunya meninggal, lalu disusul oleh ayahnya dua tahun kemudian.

Setahun setelah mereka menikah tuan Apung meninggal, dan mewariskan semua perkebunan karet dan kelapa sawitnya kepada Helena yang kemudian dikelola oleh Anastasia Huvang sepupu Helena, karena kepindahan mereka ke kota.

Darta dan Helena yang sama-sama yatim piatu memutuskan untuk tinggal di kota Kutai Kartanegara. Selain sedih mengingat kenangan tentang orang tua mereka yang terus terbayang di kampung, Darta juga ingin tinggal lebih dekat dengan kantornya yang ada di kota.

Bisnis kontraktornya sedang berkembang pesat. Banyak tender pembangunan yang ia menangkan, dan hal itu membuatnya lelah harus bolak-balik dari pedalaman Mahakam menuju ke kota.

Laju mobil mewah Darta melambat memasuki area parkir sebuah restoran yang cukup terkenal di kota itu. Setelah memarkirkan mobilnya, Darta menggandeng tangan Helena menuju ke lantai dua.

Di lantai dua berbentuk balkon yang luas tersebut Helena di sambut dengan tatanan dekorasi yang serba merah muda dan suasana yang romantis. Sebuah lilin beraroma wangi dengan bentuk hati berwarna merah muda mengelilingi kue ulang tahun yang indah bertuliskan 'Happy Birthday My Wife, Helena' di atasnya.

Helena duduk menghadap ke arah sungai, memandangi Pulau Kumala yang mengapung di tengah-tengah sungai Mahakam dan Jembatan Gerbang Dayaku yang berdiri kokoh melintasi sungai Mahakam. Gedung Puteri Karang Melenu terpampang jelas nun jauh di seberang sungai di balik pulau Kumala.

Suasana semakin romantis dengan alunan musik yang membuat cinta semakin bersemi malam ini, khususnya di hati Helena. Darta menatap lembut ke arah Helena.

"Kamu suka, Sayang."

Helena mengangguk haru tanpa bisa berucap sepatah katapun.

"Selamat ulang tahun, Sayang." ucap Darta sambil mengecup punggung tangan Helena.

Darta membungkuk dihadapan Helena dan membuka kotak kecil yang ia keluarkan dari saku jasnya. Darta kemudian menyematkan benda itu di jari manis Helena.

"Ini cincin berlian termahal yang khusus aku belikan di luar negeri untukmu."

Helena terdiam ketika Darta menyematkan cincin berlian itu di jari tangannya. Dia merasa heran karena yang ia temukan kemarin berbeda dengan yang ia terima malam ini.

"Kenapa bengong? Kamu nggak suka, Sayang?" tanya Darta.

"Eh, e ... Nggak kok, Pa. Mama suka." jawab Helena.

"Mama cuma kaget dan bahagia aja, Pa." Lanjut Helena lagi.

"Syukurlah ... ayo, tiup lilinnya dulu." ucap

Darta sambil menuntun Helena untuk meniup lilin angka tiga puluh lima yang tertancap di atas kue.

Setelah selesai meniup lilin dan ritual ulang tahun lainnya, mereka melanjutkan dengan makan malam. Darta meletakkan sendok makannya, merogoh kantong celananya, dan menyodorkan amplop coklat ke arah Helena.

"Ini, kejutan spesial lainnya untuk kamu Sayang."

Dengan bingung, Helena membuka dan melihat isi dari amplop tersebut. Helena memandang takjub ke arah suaminya.

"Ini serius, Sayang."

"Serius. Bukankah, ini yang selalu kami impikan." jawab Darta.

Helena behambur ke arah Darta dan memeluknya erat, sebuah kecupan ia daratkan di pipi suaminya itu.

"Makasih, Sayang."

Mereka pun melanjutkan makam malam yang sempat tertunda. Helena tersenyum bahagia sambil melirik ke arah amplop cokelat yang berisikan tiket perjalanan ziarah ke Yerusalem dan Vatikan.

Setibanya di rumah, Darta langsung menggendong Helena menuju ke tempat peraduan. Gairah yang sudah menggebu-gebu sejak ia melihat Helena memakai dress itu, ingin segera ia lepaskan.

Darta dan Helena bercumbu mesra, hasrat dan gairah mereka yang sudah membara di ubun-ubun terasa ingin meletus bagai gunung berapi. Namun, ketika Darta ingin memasukkan sesuatu yang membuat hasratnya begitu membara itu tiba-tiba melemah tak berdaya. Darta bingung, dan Helena sangat kecewa dengan Darta. Malam itu pun Helen tertidur dengan kekecewaan dan hasrat yang tertahan.

Saat Helena sudah tertidur lelap, Darta diam-diam pergi ke suatu tempat untuk melepaskan hasrat yang tertunda. Dan ia kembali sebelum Helena bangun dari tidurnya.

Esoknya, Helena bangun dengan perasaan yang amat malas. Hatinya masih kecewa dengan Darta, dipandanginya lelaki yang masih tertidur pulas di depannya itu.

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu semalam ...." ucapnya lirih.

Sebuah ketukan di pintu kamar memaksanya turun dari ranjang. Helena bergerak dengan gontai untuk membuka pintu, ia terkejut dengan suara seseorang yang berteriak saat pintu sudah terbuka.

"HAPPY BIRTHDAY, BABE ...."

Anastasia Huvang berdiri di depan pintu kamarnya dengan memegang kue ulang tahun.

"Anas!" pekik Helena.

kedua saudara sepupu itu saling berpelukan dan bercipika- cipiki ria. Setelah itu, Helena mengajak Anas untuk duduk dan bercerita di ruang keluarga.

*Timang : Macan

*Sumpit : senjata tradisional Kalimantan yang digunakan dengan cara di tiup

Terpopuler

Comments

lee.ana

lee.ana

bau bau valakor ini

2021-01-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!