"Kapan kamu tiba di sini, Nas? Kok kamu nggak ngasih kabar ke aku kalau kamu mau datang ke sini?" Helena memberondong Anas dengan beberapa pertanyaan.
Anastasia Huvang tersenyum memandang wajah Helena yang manyun, "Kemarin, Len."
"Siang kemarin? Kenapa nggak langsung ke sini? Terus kamu nginap di mana?" Tanya Helena yang masih memberondong.
"Iya, aku sengaja nggak langsung ke sini, dan nggak ngasih ucapan sama kamu karena aku mau ngasih kejutan untuk kamu." jawab Anas.
"Nginapnya?" tanya Helena.
"Aku nginap di Grand ELTY semalam." jawab Anas lagi.
Helena memandang kesal pada Anas sambil mencubit pinggang sepupunya itu.
"Hhmmm. Pantesan satu pun nggak ada pesan dari kamu ngasih ucapan buat aku, ku pikir kamu sibuk. Oh, ya. Gimana kabar *Itak."
Anas meringis kesakitan. "Aww ... sakit. Iya, ampun deh."
"Itak kurang sehat akhir-akhir ini, sering sakit-sakitan. Tapi, setiap kali ku ajak berobat selalu di tolak dengan alasan memang penyakit orang tua." Lanjut Anas lagi setelah Helena melepaskan cubitannya.
Helena memperbaiki posisi duduknya dengan menyenderkan tubuhnya di sofa, menarik nafas berat dan menghembuskannya dengan wajah sedih.
"Aku nggak tahu gimana lagi caranya untuk membujuk Itak, supaya mau ikut tinggal di sini bersamaku."
"Sabar, Len. Semoga suatu hari nanti, Itak berubah pikiran dan mau tinggal di sini bareng kamu. Untuk sementara biarlah dia tinggal di mana dia suka, lagian dia tinggal bersamaku dan *Tereq Deby bukan tinggal dengan orang lain." Ucap Anas sambil mengelus pundak Helena.
Helena menunduk sedih.
"Iya sih, Dia bilang nggak suka dengan udara di kota, dia lebih senang dengan udara di kampung. Tapi, kan aku nggak enak sama kamu yang harus merawat dia sementara aku cucu aslinya malah di sini."
"Udah nggak usah dipikirin, pakai acara nggak enak segala lagi. Walaupun Itak Wek adik dari nenekku, aku sudah menganggap Itak Wek sebagai nenek kandungku karena dia yang sudah merawat aku dari kecil" Anas tersenyum tulus.
Helena tersenyum lalu memeluk Anas dan mengucpakan terima kasih. Setelah itu dia kembali bertanya pada Anas.
"Oh, ya. Kemarin Angel ngeliat kamu di bengkel di dekat simpang UNIKARTA. Itu betulan kamu?"
"Oh, iya. Pas aku baru nyampe di area Bukit Biru tiba-tiba mobil aku mogok. Untung si Darta lewat terus aku numpang dia ke bengkel dan Darta manggil mobil derek buat angkut mobil aku, terus pas udah di bengkel dia langsung buru-buru pergi, katanya sih ada pertemuan penting. Sampai-sampai aku nggak sempat ngucapin terima kasih." terang Anas.
"Hmm. Padahal aku sempat mikir kalau si Angel salah lihat loh." ucap Helen.
Helena lega karena kebimbangannya tentang pikiran jahat yang merasuki kepalanya terjawab sudah. Ia menyesal dan merasa bersalah karena sudah mengira Anas dan suaminya bermain sesuatu dibelakangnya.
Darta keluar dari kamar dan mencari Helena, karena saat ia membuka matanya isterinya itu sudah tak ada disampingnya. Ia berjalan menuju ke arah ruang keluarga karena indera pendengarannya menangkap suara orang yang sedang berbincang di sana.
Ia penasaran siapa yang sedang berbincang dengan isterinya sepagi ini, Darta sedikit terkejut saat melihat Anas sedang berbincang dengan isterinya, Helena. Darta ingin mundur dan kembali ke kamar, saat ia sudah memutar badannya ternyata Helena sudah menyadari kehadirannya.
"Kamu sudah bangun, Pa?" ucap Helena.
Darta berusaha mengendalikan kegugupannya sebelum menjawab, "Iya, baru aja, Ma."
"Sini, Pa. ngobrol dulu." Panggil Helena.
Darta melangkahkan kakinya menuju ke arah Helena, lalu ia duduk disamping isterinya itu. Helena menggandeng lengan Darta, namun dilepas perlahan oleh Darta.
"Loh. Kenapa, Pa?" tanya Helena bingung.
"Malu, Ma. Ada Anas." bisik Darta.
"Santai aja, Ta. Pakai sok-sokan malu segala, aku sudah biasa kali jadi obat nyamuk kalian, sampai jadi tumbal untuk alasan Helena bohong ke Papi Apung dulu. Ngakunya cari jamur sawit bareng aku padahal pacaran sama kamu."
Ucapan Anas disambut tawa oleh Helena, sementara Darta hanya terdiam malu.
"Kamu masih ingat aja, Nas." ucap Helena sambil berusaha meredakan tawanya.
"Harusnya kalian banyak-banyak terima kasih sama aku, kalau nggak ada aku mungkin kalian nggak akan selamat sampai sekarang." ucap Anas.
"Iya, benar. Kamu paling banyak jasanya dalam hubungan kami, kalau nggak ada kamu entah bagaimana nasib kami." ucap Helena sambil menatap dan memeluk suaminya.
"Iya, Ma." ucap Darta mengelus kepala Helena yang terbenam di dadanya sambil menatap Anas penuh arti.
Anas tersenyum sinis pada Darta. Kehadiran Mbak Ima meredakan tatapan dan senyuman mereka.
"*Tabeq, Nyonya. Sarapannya sudah siap."
"Makasih, Mbak. Oh iya, Angel sudah siap Mbak?" ucap Helena pada Mbak Ima pembantunya.
"Sudah, Nyonya. Angel sudah duduk di meja makan, tabeq deh Nyonya." jawab Mbak Ima.
Helena mengangguk, lalu mengajak suami dan sepupunya Anas untuk sarapan. Mereka bertiga melanjutkan obrolannya kembali di ruang makan.
"Jadi kapan kamu berangkat ziarahnya, Len?'' tanya Anas setelah mendengar Helena menceritakan tentang ziarahnya.
"Lima hari lagi." jawab Helena.
"Terus Angel gimana?" tanya Anas lagi.
"Sebenarnya, aku mau minta tolong sama kamu di sini dulu selama sebulan, untuk bantu Mbak Ima jagain Angel. Soalnya Darta juga lagi banyak pertemuan di luar kota beberapa minggu ke depan, gimana kamu bisa nggak?" tanya Helena kembali.
"Sebenarnya aku mau sih nemanin dayang cantik ini," ucapnya sambil menatap Angel di depannya, lanjutnya. "Tapi aku nggak bisa lama-lama ninggalin Itak Wek, apalagi Itak Wek sering sakit-sakitan sekarang."
"Iya, sih. Rencananya, aku juga mau doain Itak Wek di sana nanti. Sekalian pulang ziarah aku mau bawa Itak Wek kesini bagaimanapun caranya, aku mau ngerawat Itak Wek di sini aja." ucap Helena.
"Kapan kamu kembali ke kampung." tanya Darta pada Anas.
"Kenapa? Kamu sudah mau ngusir aku?" goda Anas.
"Nggak. kalau bisa nginap aja di sini sampai Helen berangkat, apa kamu nggak mau ngantar Helen ke bandara? Sekalian aku anterin kamu ke kantor pusat dan ngenalin kamu sama kepala direksi-direksi yang ada di sana, biar nanti kalau ada urusan kantor kamu langsung kesana tanpa harus menunggu aku lagi." jawab Darta.
"Betul banget, Nas. gimana, mau ya?" tawar Helen.
"Oke." jawab Anas singkat.
"Ma, Angel sudah siap." ucap Angel menyela pembicaraan mereka.
"Oke, dayang Mama. Yuk, Mama antar ke depan. Salim dulu sama Papa dan Tante Anas." perintah Helen.
Angel beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Darta, mencium kedua pipi dan punggung tangan Darta kemudian berpaling ke pintu depan.
"Loh. Tante Anas nggak disalamin." tegur Helen.
Angel hanya terdiam tanpa mau menatap Anas, Helena kembali menegur Angel.
"Nggak boleh gitu, nggak sopan. Ayo." perintahnya lagi.
Dengan berat Angel melangkahkan kakinya untuk mendekati Anas dan memegang tangan Anas lalu menciumi punggung tangannya. Kemudian Angel segera kembali ke ibunya.
"Maaf ya, Nas. Maklum Angel agak pemalu." ucap Helen.
"Nggak papa, maklum anak-anak. Kamu juga nggak pernah bawa dia ke kampung makanya dia nggak kenal sama keluarganya sendiri." jawab Anas.
Helen tersenyum hambar, kemudian ia menuntun Angel berjalan menuju parkiran, di parkiran Mas Didik supir mereka sudah siap menunggu lalu kemudian mereka berangkat setelah Angel masuk ke dalam mobil.
Di Bandara.
Helena memeluk Anas dengan erat.
"Doain aku ya, Nas. Semoga perjalananku lancar tanpa ada halangan apa pun dan titip Darta sama Angel ya." ucap Helena.
"Pasti, Len." bisik Anas sambil melepaskan pelukannya.
Kemudian Helena memeluk Darta. "Pa--"
Getaran dan nada dering Handphone Helena membuat ia tak melanjutkan ucapannya. Ia menjawab panggilan itu setelah melihat nama yang tertera. Helena menangis setelah menutup teleponnya, Darta dan Anas saling berpandangan bingung.
"Kenapa, Ma." tanya Darta bingung.
"Pa, Mama nggak jadi berangkat. Mama mau pulang kampung sekarang, Tereq Deby telepon katanya Itak Wek sakit keras. Mama mau pulang sekarang Pah ...." Helena menangis sambil memeluk Darta.
"Oke, kita pulang sekarang." ucap Darta.
Helena dan Anas mengangguk setuju.
*Itak \= Nenek
*Tereq \= Tante
*Tabeq \= Maaf/ permisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Karebet
👍👍
2023-08-08
0
Feniva Laniza
kayanya Anas suka itu
2020-11-19
2