"Wah keren, baru sehari udah ada dua kejadian penting yang terjadi. Pingsan dan jadi sekretaris." Marcel tertawa kencang sementara Niken justru garuk-garuk kepala karena malu dengan kekonyolan masa awal SMP nya.
"Jadi hari itu juga mama resmi jadi sekretaris?" tanya Marsya penasaran. Gara-gara celetukan tidak penting Marcel, cerita mamanya jadi terpotong padahal ia tengah penasaran dengan kelanjutan ceritanya.
Niken mengangguk. "Setelah itu..."
***
Suasana kelas hening. Tak ada yang mengacungkan tangan sampai pak Jhon harus memanggil kembali nama Niken. Niken memandang ke sekeliling, barang kali ada yang mengacungkan tangan, Niken pun berharap ada siswa lain yang bernama Niken Aryani selain dirinya.
"Siapa yang bernama Niken?" Suara pak Jhon terdengar. Semua murid menolehkan kepala mencari keberadaan siswa yang bernama Niken. Karena tidak ada yang mengacungkan tangan, Niken pun mangangkat tangannya pelan-pelan.
"Saya pak," cicit Niken. Sejujurnya Niken gugup karena seumur hidupnya dia tidak pernah memegang jabatan apapun selama disekolah. Jangankan jabatan, ikut kegiatan selain belajar saja Niken tidak pernah.
"Karena struktur organisasi kelas telah kita dapatkan, bapak rasa cukup sampai disini pertemuan kita hari ini. Besok akan bapak bawakan roster pelajaran. Nah untuk sekretaris kelas, ini absen kelas kita. Kamu catat nama-nama siswa di kertas biodata itu ya. Selamat siang semuanya."
"Siang pak." Pak Jhon melenggang keluar kelas setelah menyerahkan absen dan lembaran biodata muridnya.
"Kirain yang mana yang namanya Niken, nggak taunya duduk anteng disebelah gue. Kok lo diam aja tadi waktu nama lo disebut pak Jhon?" Adila mengoceh sembari membantu Niken menyusun lembaran biodata.
"Gue kira ada murid lain yang namanya sama dengan nama gue."
"Kalaupun ada yang sama nggak mungkin sampai selengkap itulah samanya."
"Selamat menjadi sekretaris Niken." Salsa dan Marwah berseru kompak dari bangku depan dan menoleh kebelakang sembari cekikikan.
"Wah nggak nyangka ya kalau hari pertama kita masuk sekolah udah langsung dapat teman sekretaris aja." Marwah masih senyam-senyum.
"Entar kalau gue absen buat aja hadir ya Nik!" Salsa mengusulkan ide jahatnya.
"Ye sableng." Marwah menoyor kepala Salsa.
Niken hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Walaupun dia belum tau tugas sekretaris itu seperti apa tapi Niken yakin hari-harinya disekolah akan terasa menyenangkan apalagi dengan kehadiran Adila, Salsa dan Marwah.
***
"Tan, bisa ajarin aku masang dasi?" Tante Runita yang sedang asyik menyemprot bunga-bunganya menoleh.
"Bisa dong. Mau dasi yang model gimana? Model ala-ala CEO pun tante bisa."
"Dasi biasa untuk anak sekolahan aja tan."
Niken yang memang sudah membawa-bawa dasi kemana-mana langsung menyerahkan dasinya. Tante Runita pun mengajarkan cara memasang dasi yang menurutnya paling mudah dipahami.
"Yeeee, akhirnya bisa juga aku masang dasi." Niken berseru senang setelah dua kali percobaan sudah mahir memasang sendiri dasinya.
"Tadi di sekolah siapa yang masangin dasinya?"
"Ada temen aku." Niken melirik tantenya yang sudah duduk di kursi teras dekat dengan jajaran bunga kesayangannya.
"Temen apa temen? Udah dapat gebetan belum? Anak cowok yang sekiranya bisa dilirik dan ditaksir." Tante Runita tersenyum jahil.
"Gimana mau sempet ngelirik cowok, wong baru upacara aja udah pingsan." Suara om Uno tiba-tiba terdengar yang ternyata telah berdiri dibelakang Niken.
"Ihhhh om kok tauuu?" Niken merengek karena malu.
"Ya taulah. Apa sih yang om nggak tau." Om Uno berujar sombong.
"Kalian ini ngomongin apa sih?" Tante Runita ternyata belum tau bahwasanya keponakannya tadi pagi terkapar tak berdaya saat upacara. Sebenarnya Niken pun heran darimana om Uno tau kalau tadi pagi dirinya pingsan.
"Ini si Niken tadi pagi pingsan waktu upacara." Om Uno menjelaskan sambil mengemil kentang goreng yang dibawanya dari dapur.
"Pingsan? Beneran Nik kamu pingsan?" Ekspresi yang menurut Niken terlalu lebay. Tapi, Niken hanya mengangguk mengiyakan.
"Besok Tante belikan vitamin biar kamu sehat."
"Emang aku penyakitan ya Tan?" Niken protes, pasalnya Niken tidak suka bila mengkonsumsi obat.
"Kamu memang nggak penyakitan tapi kamu sering pingsan. Kamu pikir Tante nggak tau kalau kamu sering pingsan waktu SD, mama kamu sudah cerita semuanya." Tante Runita mengomel menanggapi protes Niken. Niken sendiri mencebik kesal.
***
Seminggu menjadi murid SMP Budaya terasa menyenangkan bagi Niken. Banyak hal-hal baru yang tidak Niken dapatkan di SD dan Niken dapatkan di SMP, contohnya saja piket kelas. Karena Niken menjabat sebagai sekretaris otomatis dia terbebas dari yang namanya piket kelas, walaupun setiap pulang sekolah Niken harus menitipkan absen dulu ke wali kelas, syukurnya Rindy si ketua kelas berbaik hati selalu mengantar absen ke ruang guru.
Setiap hal menyenangkan pasti ada juga hal menyebalkan yang menyertai. Niken paling benci bila harus pulang dan pergi sekolah naik kendaraan umum. Niken yang kikuk dan tidak pandai bergaul harus berjibaku dengan murid dari sekolah lain di dalam bus sekolah ini. Dengan murid dari kelasnya sendiri saja Niken belum terlalu kenal terutama murid laki-laki apalagi ini yang dari sekolah antah berantah.
Menyebalkan!
"Nik, PR biologi lo udah selesai? Lihat dong." Baru juga sampai dan belum sempat duduk, Salsa sudah menodong tugas.
"Yang lain belum datang?" Yang Niken maksud sudah pasti Adila dan Marwah. Niken mengeluarkan buku biologinya dan menyerahkan kepada Salsa yang langsung diterima Salsa dengan kecepatan cahaya.
"Kapan sih kalian bisa datang cepat sebelum gue." Salsa berujar sombong.
"Ya elah, kalau nggak karena bus dari perusahaan bokap lo juga belum tentu lo bisa datang cepat." Salsa nyengir dengan tangan yang terus menyalin tugas Niken.
"Yang enak justru lo lah Nik, bisa satu bus sama sekolah lain, siapa tau kan bisa dapat kenalan cowok dari sekolah sebelah." Niken menggelengkan kepala melihat Salsa menaik turunkan alisnya.
"Nggak ada yang ganteng Sa, sekali aja lo ikut bus itu, gue yakin lo bakalan trauma."
"Loh emang kenapa?"
Niken menghembuskan napas keras dan menjawab dengan lesu.
"Pada bau badan Sa, apalagi kalau anak-anak dari Budi Utomo selesai pelajaran olahraga, beuh! mau pingsan rasanya. Menyebar ke seluruh penjuru bus." Salsa tertawa terpingkal-pingkal.
"Niken!" Mulyono, anak laki-laki yang juga satu kelas dengan Niken datang menghampiri.
Niken yang sedang menggerutu menoleh mendengar panggilan itu. Salsa yang sedang tertawa pun langsung mingkem dan menutup buku tugasnya karena sudah selesai. Salsa menutup buku tugasnya dengan perlahan dan mencoba mencuri dengar apa yang akan disampaikan Mulyono. Salsa penasaran, ada apa lelaki agak gemulai itu menghampiri sekretaris kelas mereka.
"Ya." Niken menyahut sembari melirik Salsa. Mulyono tampak malu-malu dan mengulurkan sesuatu.
Sebatang coklat.
"Dimakan ya. Kemarin aku pulang dari liburan, terus teringat kamu." Selesai mengucapkan kata-kata itu, Mulyono langsung kabur keluar kelas. Niken dan Salsa terbengong melihat tingkahnya. Bahkan tak hanya mereka berdua yang terbengong, murid lain yang kebetulan berada didalam kelas pun ikut terheran-heran.
"Cieee teringat kamu." Itu suara Dhani. Menggelegar diiringi oleh siulan menggoda anak-anak lain.
Niken ingin menggali kubur rasanya. Baru seminggu setelah kejadian pingsan, ini ada lagi kejadian memalukan lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Nur Handiani
ya ampyuunn niken
2023-08-03
0
Sery
Niken penyakitan
2023-06-20
0
Wulandari Rizky
ya ampun Mulyono
2023-06-12
0