Kelas 7b

Niken sedang bersih-bersih gudang yang tampak berserak dan menjadi sarang nyamuk. Gudang ini memang jarang di buka karena hanya berisi pakaian bekas dan juga tumpukan kardus yang Niken sendiri lupa apa isinya. Ketika sedang menyusun kembali barang-barang, suara Marsya dan Marcel yang ternyata sudah pulang sekolah dan berganti baju menyapa gendang telinganya.

"Kalian sudah makan siang?" tanya Niken sembari menumpuk kardus berdebu.

"Sudah dong. Mama lagi ngapain sih?" tanya Marcel yang ikut masuk kedalam gudang disusul Marsya.

"Mau mama semprot pakai pembasmi nyamuk. Banyak banget nyamuknya. Kalian ngapain? Udah sana diluar aja, banyak debu!"

"Mau lihat-lihat," ucap Marcel cuek sementara Marsya bergegas mengambil sapu dan ikut membantu mamanya membersihkan debu.

Marcel iseng membuka salah satu kardus dan menemukan banyak sekali buku yang ternyata isinya masih sangat bersih.

"Wah, ada buku alumni mama!" seru Marcel girang.

"Mana?" tanya Marsya antusias. Ia meletakkan sapunya dan bergegas menghampiri Marcel. Niken sendiri memilih cuek walau ia sempat mengernyit, buku alumni mama yang di maksud Marcel.

"Ma, mama kan tadi malam janji mau cerita masa lalu mama," sahut Marsya mengingatkan yang didukung oleh anggukan antusias dari Marcel.

"Awas, mama mau semprot racun. Kalian keluar aja. Abis ini mama mandi dan mendongeng untuk kalian."

Niken mengusir anak-anaknya dan ketika mereka sudah pergi menjauh, ia segera menyemprotkan pembasmi nyamuk dan menutup pintu gudang setelahnya. Marsya dan Marcel menunggunya di ruang keluarga dan Niken pun segera mandi.

"Teman-teman mama banyak ya," komentar Marcel ketika ia membuka-buka buku alumni mamanya yang ia bawa dari gudang itu.

"Lumayan banyak. Satu kelas aja berisi dua puluh delapan orang. Sementara untuk alumni mama ada delapan kelas."

"Mama hitungan jumlah temen mama?" tanya Marsya heran. Ia saja tidak tau, dalam satu kelasnya teman-temannya ada berapa.

"Nggak di hitung tapi udah terbiasa meneliti. Mama kan pernah jadi sekretaris kelas waktu SMP."

"Beneran ma?" tanya Marcel takjub padahal menurut Niken, jadi sekretaris kelas itu biasa saja dan justru melelahkan.

"Cerita dong, ma. Cerita!" Marcel menggoyang lengan mamanya dengan antusias begitupun dengan Marsya yang memandangnya dengan mata berbinar dan penuh harap.

"Yakin ini mau denger cerita mama?"

"Yakin dong!" Marsya dan Marcel menjawab kompak.

Baiklah!

Kisah ini akan panjang dan diharapkan untuk tidak bosan mengikutinya.

***

"Sudah sana masuk, tuh udah banyak yang masuk gerbang," perintah om Uno. Niken menoleh ke kanan dan ke kiri. Bingung sendiri.

"Takut om," cicit Niken.

"Takut apa? Gurunya baik-baik kok," sahut om Uno menenangkan.

"Kalo aku nggak nemu temen gimana?" risau Niken.

"Pasti dapatlah. Mana mungkin dari sekian ratus murid disini nggak ada yang mau temenan sama kamu." Lagi-lagi om Uno menenangkan Niken yang masih saja tampak risau.

"Ya sudah deh om, aku masuk dulu." Niken berlalu meninggalkan om Uno yang juga akan bersiap berangkat bekerja.

Hari pertama masuk sekolah yang menegangkan!

Awal masuk sekolah dan tidak mengenal siapa-siapa. Itulah yang sedang dialami oleh Niken Aryani. Sekolah baru dan belum mendapatkan teman baru. Syukurlah disekolah ini tidak pernah diadakan MOS sehingga Niken tidak merasa semakin menyedihkan lagi dari ini.

Sebenarnya Niken agak menyesal memilih sekolah yang jauh dari tempat tinggalnya bahkan saking jauhnya, Niken sampai harus pindah provinsi. Karena dengan memilih sekolah yang jauh itu artinya Niken harus menghadapi konsekuensi tidak ada satupun teman dari sekolah lamanya yang ia kenal juga bersekolah disini. Tapi menyesal pun tidak ada gunanya. Toh dia sudah sampai disini, mendaftar sebulan yang lalu dan telah resmi menjadi murid SMP Budaya seminggu yang lalu bahkan dia telah berdiri didepan gerbang sekolahnya.

Dengan menenteng ransel dipundak, Niken menoleh ke kanan dan ke kiri melihat aktivitas murid lainnya berlalu lalang. Ada yang sudah mengendarai sepeda motor, ada yang diantar oleh orang tuanya, ada yang naik angkutan umum bahkan tak sedikit pula yang berjalan kaki.

Setelah puas mengamati keadaan sekitar, Niken berjalan menuju kelasnya sembari berharap segera menemukan teman baru. Dengan bermodal bertanya kepada murid lainnya dimana kelasnya berada akhirnya disinilah Niken berada, di kelas 7B. Setelah tadi terdampar terlebih dahulu di Mading sekolah untuk melihat dikelas mana dia ditempatkan.

Lagi-lagi masih tanpa teman bahkan setelah Niken duduk manis dibangkunya. Diliriknya bangku yang berada tepat di sebelahnya. Kosong. Dilihat juga keadaan kelasnya yang riuh oleh suara murid lainnya. Kontras sekali dengan keadaannya.

Kebanyakan dari mereka duduk bergerombol membentuk aliansi masing-masing walaupun ada juga yang sedang mengobrol tapi setidaknya mereka berdua dan ada teman tidak seperti Niken. Niken jadi berpikir, ini gue yang terlalu kuper atau murid disini yang terlalu sombong sih? Nggak ada gitu yang mau ngajak gue kenalan?

Disaat Niken masih menoleh ke kanan dan ke kiri sembari meratapi nasibnya, masuk seorang siswi kurus tinggi berambut panjang. Awalnya dia sempat berhenti sejenak dipintu masuk tapi dengan santai dan gestur yang seolah dia sudah menguasai dunia, dia menghampiri siswi yang tengah duduk sendiri.

"Hai." Niken yang merasa ada suara didekatnya seketika menoleh.

"Boleh duduk disini? Bangku lainnya udah pada penuh."

Niken tersenyum dan mengangguk mengiyakan.

"Boleh. Kebetulan emang gue belum dapat teman."

"Adila."

"Niken."

Entah Adila ini terlalu ramah atau memang dia sudah kenal dengan sebagian anak kelas ini, dia terus menebar senyum dan langsung mengajak ngobrol teman yang duduk di depan dan belakangnya sedetik setelah dia duduk di bangkunya.

"Dari SD mana?" Niken menolehkan kepalanya kearah Adila.

Setelah puas mengobrol dengan teman lainnya, mungkin Adila baru ingat bahwa ada makhluk lain yang butuh ditemani dan diajak ngobrol.

"SD 020." Adila mengernyitkan dahi.

"SD mana itu?" Karena merasa asing dengan nama sekolah yang disebut Niken.

"SD di Riau."

"Ooohhh. Lumayan jauh itu. Kalau gue dari SD Pelita Jaya." Padahal Niken tidak ada bertanya. Adila menyebutkan nama SD nya pun, Niken tidak tau SD Pelita Jaya itu dimana keberadaannya. Tapi biarlah toh Niken memang butuh teman yang cerewet mengingat kepribadiannya yang pendiam dan kaku.

"Kok bisa kesasar disini?"

Belum sempat Niken menjawab terdengar suara lonceng berbunyi. Semua murid berhamburan keluar. Adila refleks menggandeng lengan Niken mengikuti murid lainnya.

"Mau kemana?" Niken bertanya heran melihat semua murid yang berhamburan keluar sembari menyibukkan soal dasi. Niken jadi melirik kerah bajunya dan tergantung dasi disana. Hanya tergantung tanpa terpasang dengan benar. Niken tidak bisa memakainya.

Adila yang mendengar pertanyaan Niken mengernyitkan dahi kembali. Mungkin dipikirannya makhluk aneh darimana ini?

"Lo lupa hari ya Nik? Ini kan hari senin, ya waktunya upacara lah."

Seketika Niken merasa jadi manusia paling bego sedunia.

Terpopuler

Comments

BINTANG ARINAA

BINTANG ARINAA

astaga Niken hahaha

2023-07-01

0

Sery

Sery

belajar pakai dasi Niken

2023-06-20

0

amelia

amelia

niken niken😄😄

2023-06-13

0

lihat semua
Episodes
1 Riuhnya pagi
2 Kelas 7b
3 Fisik lemah
4 Acungkan Tangan!
5 Teringat Kamu
6 Godaan Teman
7 Rapat
8 Couple Goals
9 Cemburu?
10 Nomor Telepon
11 Malu
12 Kisah Lanjutan
13 Ice Cream
14 Surat
15 Traktiran
16 Jadi Pacarku
17 Terngiang-ngiang
18 Bermuka Dua
19 Titisan Mak Lampir
20 Makan Bakso
21 Curiga
22 Bertengkar
23 Ngapel
24 Lilin
25 Katanya Sih Teman!
26 Permen Karet
27 Hari Buruk
28 Kunjungan
29 Selamat Datang
30 Terpesona
31 Kamu Cantik
32 Teguran
33 Rencana
34 Pindah
35 Sekolah Baru
36 Kelas 8
37 Bekas Minum
38 Pelakor Berkeliaran
39 Apes
40 Terlambat Ke Sekolah
41 Banyak Yang Naksir
42 SMA
43 Papa Mulai Curiga
44 Ada Apa Dengan Cinta
45 Ekskul Drama
46 Andre Punya Pacar
47 Berkenalan Dengan Nabila
48 Tetangga Tapi Mesra
49 Juna Sakit
50 Keluarga Bahagia
51 Misteri Pita Rambut
52 Kolam Suci
53 Irza
54 Niken Sakit
55 Juna Cemburu?
56 Ditembak
57 Pujaan Hati Nabila
58 Menagih Jawaban
59 Nabila dan Bayu
60 Papa Ditipu
61 Pupus Harapan
62 Jauh Dari Juna
63 Bertemu Bayu
64 Bayu Mulai Berjuang
65 Kos Dengan Nabila
66 Bingung
67 Ajakan Nikah
68 Hutang
69 Kepingan Memori
70 Keanehan
71 Logika Pacaran
72 Nabila Sakit
73 Tespek
74 Mengadu Kepada Juna
75 Nabila dan Bayu 2
76 Kabar Mengejutkan
77 Kabar Mengejutkan 2
78 Menghilang
79 Selembar Undangan
80 Mungkinkah?
81 Kondangan
82 Mencoba Tegar
83 Maaf!
84 Alasan Bayu
85 Bertemu kembali
86 bertemu dengannya
87 Saling memaafkan
88 Belum Move On
89 Rutinitas
90 Reuni
91 Tak Ada Tantangan
92 Lamaran?
93 Sama Juna Aja!
94 Tambah Anak Atau Tambah Cucu?
95 Anniversary
96 Bertemu Keluarga
97 Memulai Dari Nol
98 Malam Minggunya
99 Bertemu Papa
100 Jadi Pacarku
101 Jalan-jalan
102 Anak Tetangga
103 Pesan Misterius
104 Pengganggu
105 Sabar
106 Ucapan Aneh
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Riuhnya pagi
2
Kelas 7b
3
Fisik lemah
4
Acungkan Tangan!
5
Teringat Kamu
6
Godaan Teman
7
Rapat
8
Couple Goals
9
Cemburu?
10
Nomor Telepon
11
Malu
12
Kisah Lanjutan
13
Ice Cream
14
Surat
15
Traktiran
16
Jadi Pacarku
17
Terngiang-ngiang
18
Bermuka Dua
19
Titisan Mak Lampir
20
Makan Bakso
21
Curiga
22
Bertengkar
23
Ngapel
24
Lilin
25
Katanya Sih Teman!
26
Permen Karet
27
Hari Buruk
28
Kunjungan
29
Selamat Datang
30
Terpesona
31
Kamu Cantik
32
Teguran
33
Rencana
34
Pindah
35
Sekolah Baru
36
Kelas 8
37
Bekas Minum
38
Pelakor Berkeliaran
39
Apes
40
Terlambat Ke Sekolah
41
Banyak Yang Naksir
42
SMA
43
Papa Mulai Curiga
44
Ada Apa Dengan Cinta
45
Ekskul Drama
46
Andre Punya Pacar
47
Berkenalan Dengan Nabila
48
Tetangga Tapi Mesra
49
Juna Sakit
50
Keluarga Bahagia
51
Misteri Pita Rambut
52
Kolam Suci
53
Irza
54
Niken Sakit
55
Juna Cemburu?
56
Ditembak
57
Pujaan Hati Nabila
58
Menagih Jawaban
59
Nabila dan Bayu
60
Papa Ditipu
61
Pupus Harapan
62
Jauh Dari Juna
63
Bertemu Bayu
64
Bayu Mulai Berjuang
65
Kos Dengan Nabila
66
Bingung
67
Ajakan Nikah
68
Hutang
69
Kepingan Memori
70
Keanehan
71
Logika Pacaran
72
Nabila Sakit
73
Tespek
74
Mengadu Kepada Juna
75
Nabila dan Bayu 2
76
Kabar Mengejutkan
77
Kabar Mengejutkan 2
78
Menghilang
79
Selembar Undangan
80
Mungkinkah?
81
Kondangan
82
Mencoba Tegar
83
Maaf!
84
Alasan Bayu
85
Bertemu kembali
86
bertemu dengannya
87
Saling memaafkan
88
Belum Move On
89
Rutinitas
90
Reuni
91
Tak Ada Tantangan
92
Lamaran?
93
Sama Juna Aja!
94
Tambah Anak Atau Tambah Cucu?
95
Anniversary
96
Bertemu Keluarga
97
Memulai Dari Nol
98
Malam Minggunya
99
Bertemu Papa
100
Jadi Pacarku
101
Jalan-jalan
102
Anak Tetangga
103
Pesan Misterius
104
Pengganggu
105
Sabar
106
Ucapan Aneh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!