Gadis harus menahan nafasnya kala jarak mereka yang begitu dekat, sampai hembusan nafas dari Tuan Theodor menerpa kulit wajahnya karena posisi Tuannya yang sedikit menunduk. Melihat jari jemari lentik milik Gadis sedang memasang kancing kemeja hingga selesai.
Dan kini, bukan hanya sekedar menahan nafasnya saja. Gadis merasakan jantungnya yang bekerja sangat cepat karena jarak wajah mereka yang begitu dekat, saat dia memasangkan dasi.
"Selesai!."
Gadis segera menjauhkan tubuhnya dari Tuan Theodor, karena semuanya sudah terpasang dengan sempurna.
Tanpa mengucapkan terima kasih, Tuan Theodor langsung pergi berjalan menuju meja makan.
Gadis sendiri segera memegang handle pintu lalu membukanya. Dia berjalan sangat cepat sambil memesan ojek online.
"Mudah-mudahan saja tidak telat." Gumamnya lirih.
Betapa beruntungnya Gadis, ketika dia sudah sampai di bawah berbarengan dengan datangnya ojek online yang dipesannya.
"Bang, diusahakan cepat sedikit bawa motornya ya!. Saya sudah hampir telat!." Ucap Gadis sedikit memohon.
"Iya, Neng. Semoga saja jalanan nya tidak macet." Balasnya mulai menjalankan motor matic keluaran terbaru.
Sepertinya keberuntungan sedang berpihak pada Gadis. Karena dia sampai di kampus lima menit sebelum dosen pertama masuk ke dalam kelas dan mengajar.
Tapi pagi ini mereka tidak makan bersama, karena waktu yang sangat mepet. Jadi mereka memakannya di saat jam istirahat.
Usai jam kampus selesai, Galang kembali menawarkan diri untuk mengantar pulang Gadis. Tapi lagi-lagi Gadis menolaknya karena dia sudah memesan ojek online.
"Lain kali kau harus mau ya Gadis untuk aku antar jemput?." Gadis hanya tersenyum.
Gadis sudah sampai di apartemen saat hari sudah malam. Karena ada pelajaran tambahan yang harus diikutinya.
Karena di dalam apartemen masih gelap, Gadis pikir belum ada siapa-siapa di dalam sana. Tapi ternyata pada saat dia menyalakan lampu, jantungnya seperti mau copot dari tempatnya.
Ketika dia melihat dua manusia berlainan jenis dalam keadaan polos sedang main kuda-kudaan di atas meja kaca berukuran lebar yang ada di ruangan tersebut.
Tanpa rasa malu sedikit pun, mereka belum berniat untuk merubah posisi mereka yang membuatnya enek.
Teringat dengan pesan yang selalu diucapkan oleh Nyonya Mireya, dengan sigap Gadis mengambil ponsel dan hendak menelepon Nyonya Mireya.
"Kau mau menghubungi siapa?."
"Untuk apa lagi kalau bukan untuk memberitahu Nyonya Mireya tentang apa yang Tuan lakukan di sini."
Tuan Theodor langsung menarik diri dari wanita yang membelakanginya. Kemudian segera meraih handuk yang tergeletak lalu dililitkan di pinggangnya.
Wanita yang sudah berpakaian itu pun di minta pergi oleh Tuan Theodor setelah memberikan beberapa gepok uang.
"Kau itu tukang adu!. Kau itu suka ikut campur urusan orang lain!. Kau itu pandai mencari muka!. Kau itu kurang ajar sudah menganggu kesenangan majikan!. Kau itu pengganggu!. Kau itu...."
Tanpa ingin mendengarkan lagi berbagai tuduhan yang dialamatkan padanya. Gadis melengos pergi dengan ponsel yang digenggamnya.
"Kau!."
Tuan Theodor menarik kuat tangan Gadis yang baru berjalan dua langkah darinya lalu melemparnya ke atas sofa, hingga ponselnya terpental entah kemana. Tuan Theodor merasa sangat tidak senang jika dia diabaikan seperti ini. Dia harus didengarkan, dia harus dipatuhi dan dia harus di nomor satu kan karena dia seorang Tuan Theodor Oliver Diaz Fidal.
Gadis segara bangkit namun tubuh Tuan Theodor sudah menindihnya.
"Lepaskan!." Gadis menggunakan seluruh tangannya untuk mendorong tubuh kekar diatasnya. Namun bukannya berhasil, justru malah handuk yang melilit di pinggang Tuan Theodor terlepas. Seketika tubuh itu polos.
Gadis menatap berani wajah Tuannya, dari pada dia harus menatap sesuatu yang sudah tegang menantang.
"Kau harus mau menggantikan wanita itu!. Karena aku sudah membayarnya dengan sangat mahal, tapi aku tidak mendapatkan kepuasan dan kenikmatan apa pun darinya dan itu karena ulah kau!."
"Tidak!. Aku tidak mau!."
Tuan Theodor meringsek semakin menempelkan tubuh polosnya pada tubuh gadis yang ada dibawahnya.
"Tidak!. Aku tidak mau!." Dengan sisi tenaga yang dimiliknya, Gadis mengangkat dengkulnya sekuat tenaga hingga mengenai sedikit burung Tuan Theodor. Tidak apa mengenai sedikit pun, karena itu cukup ampuh untuk membuat Tuan Theodor bangkit sambil meringis kesakitan dan merasa ngilu.
"Awwwww!. Dasar kau gadis bar-bar." Umpatnya sambil menutupi burungnya yang terkulai lemas.
Secepat kilat Gadis berlari menuju kamarnya tanpa menghiraukan apa pun lagi. Yang terpenting menyelamatkan dirinya terlebih dahulu. Tidak lupa dia juga mengunci pintu.
Air matanya seketika berhamburan membasahi kedua pipinya. Untuk pertama kalinya dia merasa terhina seperti sekarang ini. Harga dirinya begitu terluka.
Gadis membaringkan tubuh kecilnya sambil memeluk guling. Berusaha memejamkan mata untuk melupakan kejadian yang begitu mengerikan. Dia harus tetap berusaha tegar.
Sementara itu di rumah Nyonya Mireya, Tuan Dominic baru selesai mandi. Dia meraih ponsel lalu menghubungi seseorang, cukup lama bahkan sampai beberapa kali dia menghubungi orang itu, tapi masih belum ada jawaban. "Kau sedang apa, sampai tidak bisa dihubungi?. Aku merindukan suara mu, masakan mu dan tawa bahagia mu."
Tuan Dominic menatap layar ponsel, setelah percobaan terakhirnya gagal. Dia menatap lekat foto seseorang yang ada di dalam ponselnya. Perasaan yang baru satu tahun disadarinya, sudah sangat terlambat untuk diberitahukan pada pemilik hatinya saat ini. Karena dia akan segera menikah dengan tunangannya.
"Besok aku akan menemui mu." Gumamnya sebelum dia memejamkan matanya.
Tuan Theodor sedang berdiri menatap pintu kamar Gadis dengan ponsel milik wanita yang ada di dalam kamar tersebut. Dia melihat ada banyak panggilan masuk dari orang yang sangat dikenalnya.
"Untuk apa dia menelpon?, ada hubungan apa kalian?, apa Papa dan Mama tahu soal ini?." Tanya Tuan Theodor pada dirinya sendiri. Dia berjalan mendekati benda persegi itu, lalu meletakkan ponsel milik Gadis di atas meja yang ada di depan kamarnya.
Karena Gadis yang hampir terjaga satu malam ini, dia kembali bangun lebih awal. Dia langsung menuju dapur dan mulai menyiapkan sarapan. Sangat berharap jika dia tidak melihat pria yang kejam itu.
Semua hidangan untuk sarapan sudah tersaji di atas meja makan ketika waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Dia segera ke kamar dan mengambil tasnya.
"Ponsel ku?. Terpaksa Gadis harus mengingat kejadian tadi malam karena ponselnya.
Dering ponsel dari luar kamar membuyarkan lamunannya, dia membuka pintu dan melihat ponselnya sudah ada di atas meja.
"Tuan Dominic...." Gumamnya lirih tanpa berniat untuk menjawab panggilan teleponnya.
Gadis menutup pintu dengan pelan.
Tuan Theodor keluar dari balik dinding, dia melihat Gadis yang sudah pergi. "Apa yang tadi menelepon itu, Dominic?."
Sampai di bawah, saat hendak menaiki ojek yang dipesannya, tiba-tiba Tuan Dominic turun dari dalam mobilnya.
"Gadis, kita akan berangkat bersama ke kampus!."
Tuan Dominic menyerahkan uang 100.000 lalu menyerahkannya pada tukang ojek sebagai ganti rugi atas orderan yang akan di cancel oleh Gadis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Erna Wijayanti
sukaaa ceritanya
2023-06-01
0
Astri
lanjut
2023-05-31
0