Mobil Tuan Dominic sudah terparkir di sebuah taman yang begitu cantik dengan bunga yang sedang bermekaran pagi itu. Letak Taman tidak jauh dari kampus Gadis, jadi Gadis tidak takut jika akan kesiangan.
Beberapa kali Tuan Dominic mencuri pandang pada gadis yang ada duduk disampingnya.
"Sekarang kau pasti sangat sibuk, setelah pindah ke apartemen Theodor?."
"Iya, Tuan Dominic. Seperti yang sudah Tuan Dominic ketahui."
"Apa kau betah bekerja pada adik ku?."
"Saya harus betah dimana pun bekerja, Tuan Dominic!."
Hening sesaat di dalam mobil itu, hingga Tuan Dominic mengambil sebuah paper bag kecil dari kursi belakang, lalu menyerahkannya pada Gadis.
"Apa ini, Tuan Dominic?." Gadis menerima sebuah paper bag kecil di atas pangkuannya.
"Pakai lah gaun itu, Minggu depan ada jamuan makan malam di rumah."
"Kenapa saya harus memakai gaun?, biasanya Nyonya Mireya sudah menyiapkan pakaian seragam untuk para pelayan."
"Kau lebih dari sekedar pelayan di rumah kami. Kau sudah seperti keluarga sendiri. Mama tidak akan keberatan kalau kau memakai gaun itu, justru Mama akan suka."
Gadis menatap paper bag yang belum di buka itu, karena Tuan Dominic sudah memberitahukan isinya adalah sebuah gaun yang pastinya sangat cantik.
Tidak berselang lama, pertemuan mereka harus berakhir, karena Gadis sudah harus masuk kampus. Hanya ucapan terima kasih yang sanggup Gadis ucapkan pada kebaikan Tuan Dominic.
.
.
.
Sore ini, Gadis sudah sampai di apartemen sebelum Tuan Theodor. Gadis segera menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.
Setelah makanan tertata di meja makan dengan rapi, Gadis segera masuk ke dalam kamar dengan membawa makanan dan minuman untuk dirinya.
Dia tidak ingin menunjukkan wajahnya di depan Tuan Theodor dan dia juga yang lebih berharap untuk tidak melihat wajah pria menyebalkan itu.
Hingga pukul satu dini hari, Gadis terbangun karena kebelet mau buang air kecil. Dia membuka pintu lalu keluar kamar menuju kamar mandi yang ada di dapur. Cukup lama juga Gadis berada di sana, hingga kini sudah ada yang menunggunya di depan pintu.
"Tuan Theodor!." Ucapnya terbata, dia cukup kaget dangan pria yang selalu memamerkan tubuh seksinya.
"Ada apa?." Tanya Gadis menatap Tuan Theodor yang ada didepannya. Tuan Theodor masih diam dengan pandangan mata yang tidak tertuju pada wajahnya. Melainkan pada....
"Astaghfirullah..." Kini Gadis tahu kemana arah tatapan mata tajam Tuan Theodor.
Sudah terlanjut basah, mau ditutupi bagaimana pun jika dia memakai pakaian yang pas body, ya begini hasilnya. Apa yang menjadi kebanggaannya harus di tatap oleh pria yang bukan siapa-siapa. Tapi Gadis berusaha bersikap acuh sambil kembali bertanya pada Tuan Theodor.
"Ada apa Tuan di sini?. Apa Tuan menginginkan sesuatu?."
"Itu!."
Gadis menyesali kecerobohannya hingga harus terjadi hal yang sangat memalukan seperti ini.
"Lupakan tentang itu!. Kalau tidak ada yang Tuan inginkan atau bicarakan dengan saya, saya permisi."
Gadis hendak melangkahkan kakinya, namun tangan kekar itu mencekal pergelangan tangan Gadis. Tapi Gadis tidak ingin membalik tubuhnya.
"Cepat katakan, Tuan!." Gadis menyentak tangannya kuat supaya bisa lepas dari tangan Tuan Theodor. Namun belum juga terlepas.
"Ini ada hadiah dari Mama. Kau bisa membukanya nanti." Perlahan Tuan Theodor melepaskan tangan Gadis dengan senyum yang tidak bisa di lihat oleh Gadis. Lalu meletakkan paper bag berukuran sedang pada telapak tangan Gadis yang terbuka.
"Terima kasih." Setelah mengucapkan kata itu, Gadis segera pergi dengan membawa paper bag tersebut.
Tuan Theodor masih diam terpaku ditempatnya. Menatap pintu kamar Gadis yang baru saja tertutup.
"Gaun yang sangat cantik." Gumam Gadis saat mengetahui isi papar bag tersebut.
Satu Minggu kemudian...
Sebelum pergi ke rumah Nyonya Mireya, Gadis tetap pergi ke kampus. Karena jamuan makan malam akan diadakan malam hari sekitar pukul delapan.
Masih ada waktu sekitar enam sampai tujuh jam bagi Gadis untuk menyiapkan makanan khas negara mereka. Dan itu tidak membutuhkan waktu lama dalam pengerjaanya.
Saat ini Gadis sedang bersama Galang, Galang mengajak Gadis untuk berbincang sebentar sebelum datang ojek online yang di pesan Gadis.
"Kau harus buat makanan yang banyak, supaya aku bisa membawanya pulang."
"Ok, aku akan buat yang banyak, sampai kau merasa kekenyangan."
Keduanya tertawa kencang. Hingga tatapan keduanya kini fokus pada Abang ojek yang berhenti di depan mereka.
"Sampai bertemu nanti malam, Gadis."
"Ok, Galang." Galang tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya pada Gadis, sebelum Gadis naik ojek dan di bawa pergi oleh Abang ojek.
Jalanan sang ini sangat lancar, sehingga hanya kurang dari tiga puluh menit Gadis sudah sampai di rumah Nyonya Mireya. Dan dia langsung menuju dapur.
"Halo, Bibi Dolores."
"Halo, Gadis."
Gadis langsung menggantung tas di dekat pintu kamar Bibi Dolores. Lalu mulai menyiapkan bahan makanan yang diperlukannya untuk membuat makanan yang super lezat.
"Semua orang sudah menantikan apa saja yang akan kau buat untuk memuaskan rasa lapar mereka akan makanan khas negara mereka."
"Bibi Dolores bisa saja. Semua ini juga karena tangan ajaib Bibi Dolores yang membuat makanan menjadi sangat lezat."
Sudah hampir empat jam lamanya, Gadis berkutat di dapur. Menyelesaikan makanan untuk jamuan makan malam.
Bibi Dolores hanya sesekali saja membantu, 99% yang menyelesaikan semuanya tetap Gadis.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 19.45 menit. Semua pelayan sudah cantik dengan balutan dress sopan yang diberikan oleh Nyonya Mireya.
Bibi Veronica, Tiara dan Bibi Dolores yang menghidangkan semua hasil masakan Gadis, di atas meja yang ada di halaman rumah yang sudah di sulap seperti pesta kebun.
Sementara Gadis sedang membersihkan diri, di kamar mandi yang ada di kamar Bibi Dolores. Tubuh yang terasa sangat lengket dengan aroma yang kurang sedap.
Sementara itu, sanak saudara dari Nyonya Mireya dan Tuan Patricio sudah mulai berdatangan. Sebagian memenuhi dalam rumah Nyonya Mireya ada juga yang lebih senang di luar, menikmati keindahan malam yang begitu cerah dengan aneka hidangan yang sangat menggugah selera.
Tuan Theodor dan Tuan Dominic baru sampai di rumah dengan mengendarai mobil yang berbeda, setelah meeting dari luar bersama para klien perusahaan.
Kedua pria tampan itu memasuki rumah dan mendapati Nyonya Mireya dan Tuan Patricio dengan berbincang dengan kakak kandung dari Tuan Patricio yaitu Tuan Mauricio dan Nyonya Imelda, istri dari Tuan Mauricio.
"Halo pria-pria tampan ku!" Nyonya Mireya menyambut kedatangan kedua putra kesayangannya.
"Halo, Ma." Balas keduanya memeluk Nyonya Mireya secara bergantian.
Nyonya Mireya memicingkan mata kala melihat kedua putranya seperti mencari seseorang di dalam sana.
"Siapa yang sedang kalian cari?."
"Tidak ada, Ma." Jawab keduanya kompak. Namun sejurus kemudian tatapan Tuan Theodor dan Tuan Dominic tertuju pada gadis cantik yang datang dengan balutan dress yang sangat pas pada tubuh indahnya.
Gadis dan Bibi Dolores berjalan melewati mereka dengan nampan yang berisi roti baguette sebagai pelengkap makanan dari makan malam mereka malam ini.
Tuan Dominic mengerutkan keningnya kala bukan dress darinya yang di pakai oleh Gadis. Dan dia pun tidak tahu siapa yang sudah memberikan dress sebagus dan begitu pas dangan tubuh Gadis.
Akan tetapi berbeda dengan Tuan Theodor yang tersenyum tipis nyaris tidak terlihat oleh siapa pun ketika melihat Gadis begitu cantik dengan dress nya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments