Seketika mulut itu bungkam setelah mengetahui siapa sosok pembuat makanan yang super lezat itu. Bahkan Tuan Theodor menyebutnya seorang chef. Mulut yang beberapa menit lalu yang terus saja memuji kelezatan Paella, kini kembali terdengar pedas di telinga Gadis yang menghidangkan Churros di depan Nyonya Mireya.
"Sebenarnya rasanya sangat biasa saja, Ma. Mungkin orang yang baru belajar juga bisa membuat makanan ini. Mungkin juga akan jauh lebih enak dan lebih baik lagi dari pada yang ini."
Dahi dari Nyonya Mireya dan Ramona berlipat-lipat, merasa heran dengan perkataan Tuan Theodor yang sangat tidak konsisten.
"Tadi Kakak..."
"Aku sudah selesai makannya, aku mau ke ruang kerja, Papa." Sela Tuan Theodor lalu bangkit berdiri dan segara meninggalkan ruang makan.
"Nanti malam kau pulang bersama Theodor. Jangan lupa bawa bahan makanan yang sudah aku siapkan."
"Baik, Nyonya Mireya."
Gadis kembali ke dapur dengan perasaan sedikit dongkol. Namun itu tidak berselang lama, karena Bibi Dolores membawakan dia makanan kesukaannya, pecel ayam.
Gadis segera mengambil nasi dan mereka langsung makan bersama yang lainnya juga.
Dari mereka, hampir semuanya membicarakan ketampanan yang nyaris sempurna yang dimiliki oleh Tuan Theodor Oliver. Yang menurutnya masih kalah jauh tampan dengan Tuan Dominic, adik dari Tuan Theodor. Tapi sayang, Tuan Dominic sudah memiliki tunangan yang sebentar lagi akan dinikahinya. Bukan tanpa alasan Gadis sangat mengangumi sosok Tuan Dominic Diaz Fidal.
Malam pun tiba, saat ini sudah pukul sembilan malam. Gadis sudah memasukkan semua bahan makanan yang sudah disiapkan oleh Nyonya Mireya, ke dalam bagasi mobil Tuan Theodor hingga selesai.
"Kau ajak Gadis pulang bersama!."
"What?."
"Kenapa?. Kalian kan tinggal di apartemen yang sama."
"Suruh naik taksi saja, Ma."
"Kau harus membawanya pulang!."
Perdebatan yang dimenangkan oleh Nyonya Mireya pun tidak lantas membuat Gadis senang. Karena penolakan yang sebelumnya.
"Aku bukan supir!." Ucapnya ketus dengan tangan menyilang di dada, kala Gadis membuka pintu bagian belakang. Kalau bukan di belakang, lalu dimana dia harus duduk. Tapi tadi katanya Tuan Theodor bukan supirnya, apa itu artinya dia harus duduk di depan. Tapi masa iya.
Gadis menutup pintu bagian belakang, lalu beralih membuka pintu depan. Namun Tuan Theodor mengingatkan status dan kedudukannya di rumah mereka.
"Kau itu hanya pembantu!."
Brak
Cukup kencang Gadis menutup pintu, lebih kearah membanting sih tepatnya. Membanting pintu hingga Nyonya Mireya dan Tuan Patricio keluar dan melihat mereka.
"Ada apa?." Tanya Tuan Patricio pada keduanya.
"Maaf Nyonya Mireya, Tuan Patricio. Lebih baik saya naik ojek saja. Karena saya bingung harus duduk dimana. Kalau saya duduk di belakang, Tuan Theodor bukan supir saya. Kalau saya duduk di depan, saya hanya pembantu di rumah ini. Jadi biar kita sama-sama enak, mohon izin saya memesan ojek online saja, Tuan Patricio." Dengan berani dan lantang Gadis mengatakannya. Tidak sudi juga dirinya harus satu mobil dengan orang yang begitu menyebalkan dan sangat sombong.
"Tidak, Gadis!. Kau duduk saja di depan. Dari sini ke apartemen kan dekat. Theodor tidak akan mempermasalahkan hal itu." Perintah Nyonya Mireya sambil membuka pintu mobil bagian depan untuk Gadis.
Tuan Theodor hanya mampu mengusap wajahnya kasar kala tidak bisa menolak keinginan dari sang Mama.
Mobil mewah milik Tuan Theodor mulai melaju kencang, meninggalkan kediaman Nyonya Mireya.
Bisa dipastikan, mobil pun melaju dengan sangat kencang. Supaya perjalanan singkat ini cepat selesai.
Benar saja, perjalanan yang di tempuh dengan kecepatan penuh mobil itu hanya kurang dari lima belas menit. Mobil sudah terparkir di basemen VVIP apartemen.
Gadis membawa semua barang itu dengan menggunakan kedua tangannya. Supaya dirinya tidak harus kerja dua kali, turun naik lift apartemen.
Sesampainya di dalam unit apartemen, Gadis sudah tidak menemukan Tuan Theodor yang sudah sampai terlebih dahulu. Gadis segara ke dapur dan memasukkan barang bawaannya ke dalam kulkas. Setelahnya dia juga masuk ke dalam kamar untuk mandi.
Tuan Theodor keluar dari kamar hanya dengan lilitan handuk sepinggang. Memamerkan tubuh atletis nan seksinya. Dia berjalan menuju dapur dan menatap sekilas pintu kamar yang ditempati oleh Gadis. Kemudian dia membuka kulkas lalu mengambil beberapa cemilan untuk menemaninya menonton film drama laga.
Sekitar pukul empat pagi, Gadis sudah bangun dan dia harus segera menyiapkan sarapan untuk Tuannya sebelum dirinya berangkat ke kampus.
Gadis tidak menyadari jika ada yang memantau kegiatannya di dapur. Dengan begitu cekatannya, Gadis mulai mengerjakan semuanya dan memang sepertinya dia cukup terlatih untuk membuat makanan negara Tuannya.
Namun tiba-tiba suara dering ponsel sedikit memperlambat kegiatannya dan Gadis segera menekan tombol spiker. Supaya Gadis tetap bisa sambil memasak.
"Iya, Galang. Ada apa?."
"Kau ke kampus hari ini 'kan?."
"Iya, aku pasti ke kampus."
"Aku jemput ya?."
"Tidak, Galang. Terima kasih. Aku naik ojek online seperti biasa. Kita bertemu di kampus saja kalau ada perlu."
"Memangnya kenapa kalau aku mau menjemput?."
"Iya tidak kenapa-kenapa, boleh-boleh saja. Tapi lebih enak saja kita bertemu di kampus. Maaf ya, Galang. Aku lagi membuat sarapan untuk Tuan Theodor, jadi kita akhiri percakapan ini."
"Baik lah, Gadis. Mungkin lain kali kita bisa berangkat bersama."
"Iya, Galang. Terima kasih."
Percakapan pun berakhir dan Gadis membiarkan Galang yang mematikan sambungan telepon. Sebab dia fokus pada masakan yang sebentar lagi matang.
"Cih!. Sok mau pamer pada ku. Aku mau lihat pria seperti apa yang bisa suka dangan gadis seperti kau itu?. Pasti bukan pria tampan, karena pria tampan seperti ku tidak mungkin suka pada gadis seperti itu." Batin Tuan Theodor yang mendengar percakapan Gadis dan Galang.
Cukup lama juga Tuan Theodor betah berada di sana, tapi Gadis tetap tidak menyadarinya, sampai Tuan Theodor pergi dari sana bersamaan dengan Gadis yang baru saja menyelesaikan masakan untuk sarapan Tuan Theodor.
Gadis sudah rapi saat keluar dalam kamar, dia sudah akan keluar dari apartemen Tuan Theodor. Tapi tiba-tiba saja terdengar Tuan Theodor memanggilnya.
"Hei...kau!." Gadis yang hendak membuka pintu terpaksa harus berputar dan menghadap lawan bicaranya, dimana itu adalah Tuannya.
Deg
Gadis menelan saliva nya dengan susah payah, kala disuguhkan pemandangan yang begitu indah dan sanggup melemaskan persendiannya.
Hanya mengenakan boxer saja, Tuan Theodor berjalan kearahnya lalu menyodorkan kemeja beserta dasi dan celana panjangnya.
"Sebelum pergi, terlebih dahulu kau harus memasangkan semua ini di tubuh ku!."
"Apa?." Ucap Gadis begitu kaget sampai dia harus mundur karena bersamaan dengan tubuh Tuan Theodor yang semakin dekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ririn
idiyalahhh lama2 suka lo sm gadis
2024-09-09
0
Ririn
power of mamah
2024-09-09
0
Erna Wijayanti
klo jd bucin gmn ya pasti lucu tuh si Theodor 🤣🤣🤣🤣
2023-06-01
0