Di depan rumah Tari membawa koper di bantu oleh Andra suaminya, mereka akan pergi meninggalkan orang tuanya.
Memulai hidup baru di rumah mereka sebagai suami istri.
"Pak bu, Tari pasti bakal kangen banget sama bapak dan ibu." Isak Tari sambil memeluk ibu dan bapaknya.
"Sudahlah nak, tidak perlu menangis.
nanti kalo ada waktu luang kemari lah, menginap disini." tutur Bu Sumi.
"Iya nak, lagian tidak jauh kan dari sini ke rumah kalian, masih satu kota.
Yasudah tuh kasian suamimu dari tadi nunggu." tambah pak Syarip.
Andra memasukan koper Tari ke dalam mobilnya, dan berpamitan kepada kedua mertuanya.
"Pak Bu, kami berangkat yah.
Ibu sama bapak sehat sehat yah, kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi kami."
"Iya nak, titip Tari yah jaga dia baik-baik, bimbing dia nak." pesan pak Syarip, matanya berkaca-kaca hatinya terasa hampa karena akan melepas putri kesayangannya.
Tapi pak Syarip yakin pilihan nya menjadikan Andra sebagai suami Tari tidak salah.
"Iya pak, Andra akan berusaha semampu Andra." jawab Andra.
Di dalam mobil tidak ada pembicaraan sama sekali Andra fokus menyetir dan Tari fokus memperhatikan jalan.
"Kenapa diem aja?" sejak tadi dia melihat Tari murung,Andra berpikir mungkin karena Tari berpisah dengan orang tuanya.
"Maafin gue tar." batin Andra
"Dra kenapa sih kita pindah ke rumah loe? kenapa gak tinggal di rumah bapak sama ibu aja sih?" sungut Tari.
"Bukannya kalau tinggal di rumah kita, loe bisa bebas manggil gue Tar.
gak perlu manggil mas karena takut sama bapak.
Hahaha geli tau." tawa Andra, dia merasa geli dengan panggilan itu karena yang memanggil mas adalah sahabatnya sendiri teman konyolnya.
"Iya juga sih, hmm termasuk kita bebas bisa tidur terpisah kamar kan?" seru Tari dengan mata berbinar.
"Kalau itu kayaknya gak bisa deh, soalnya loe tau sendiri kan di rumah kita kamar cuma satu.
Ya kecuali kalau loe mau tidur di ruang tamu." tukas Andra.
"Jadi kita tetap tidur satu kamar?" tanya Tari cemberut.
"Jangan cemberut gitulah, cuma tidur doang juga kenapa mesti di permasalahkan sih?
sama temen sendiri gitu amat." tutur Andra.
Tari menatap Andra jengah "Ya masalah temen gue itu sekarang udah jadi suami."
"Salah nya dimana coba? suami istri tidur satu kamar? loe tuh aneh Tar." Andra mengerutkan dahi nya.
"Ya..yaa gue takut aja." gugup Tari
"Takut kenapa? loe gak akan gue makan tar,paling icip-icip dikit hehehe." tanya Andra ambigu.
"Apa sih dra? loe kira gue makanan apa di icip?" Tari marah.
"Yaelah Tar canda gue, kayak ga tau aja temen loe tuh suka banget bercanda. Jangan marah dong tar gue beliin es cream, mau?" goda Andra sambil menaik turunkan alis nya.
"Tau ah, males gue dra" jawab Tari sambil memejamkan matanya dan terdengar dengkuran halus.
"Jiaaahh dasar *****." gerutu Andra sambil menatap wajah Tari yang terpejam, tatap yang sulit di artikan.
Andra menghentikan mobilnya di depan rumahnya,dan membangunkan Tari.
Andra menyuruh Tari membukakan gerbang rumah nya.
"Tar bangun Tar." ucap Andra sambil menggoyangkan bahu Tari.
Tari terbangun dan menggeliat "udah sampe yah? ngantuk banget gue."
"Iya, bukain gerbang nya gih!" titah Andra.
"Siap tuan muda." jawab Tari meledek dan keluar dari mobil untuk membuka gerbangnya.
Di rumah mereka tidak ada satpam karena mereka bukan CEO CEO konglomerat (hihihi)
Andra mengeluarkan koper milik Tari dan membawanya ke dalam rumah.
Rumah sederhana milik Andra, terdiri dari ruang tamu, dapur, satu kamar mandi, dua kamar tidur dan satu kamar lainya beralih fungsi menjadi ruang kerja Andra.
Halaman cukup luas bisa menyimpan mobil dan jemuran.
sambil membukakan pintu Andra mempersilahkan Tari masuk "silahkan tuan putri." Andra mempersilahkan Tari masuk.
Tari menjulurkan lidah nya "wew 😛
betah juga rumah loe dra, rapih bersih." gumamnya
iya rumah kecil sederhana hanya cukup untuk keluarga kecil seperti mereka, akan tetapi Andra merawatnya dengan apik, Andra tipikal laki-laki yang cukup rajin dan menyukai kebersihan.
Tari menyusuri setiap ruangan,melihat lihat seluruh ruangan rumah Andra.
karena meskipun mereka berteman dari kecil tapi tari baru pertama kali masuk ke rumah Andra, hanya memperlihatkan potret rumahnya saja ketika pertama kali Andra berhasil membangun rumahnya, menunjukkan pada Tari bahwa ia berhasil membangun rumah dengan hasil kerja kerasnya sendiri.
Bukannya Andra tidak mau mengajak Tari berkunjung ke rumahnya, hanya saja Andra takut menjadi fitnah karena telah mengajak seorang wanita ke rumah nya sebab Andra hanya tinggal sendirian di rumah itu.
Andra mengajak nya masuk ke kamar dan menunjukan satu lemari besar miliknya "Disini cuma ada satu lemari, tapi baju-baju gue juga gak terlalu banyak sih.
Kayaknya Muat deh baju loe masukin sini juga, tinggal atur-atur aja deh gimana loe." imbuh Andra
"Oh yasudah gue beres-beres baju dulu." jawab Tari
Tari mulai membongkar kopernya dan mengeluarkan isinya, dia memasukan baju-bajunya kedalam lemari itu.
Satu per satu iya lipat dan di tata dengan rapih, tak lupa ia juga merapihkan baju-baju Andra, karena terlihat berantakan, tak sengaja iya menyentuh segitiga bermuda milik Andra 😄.
Pikiran Tari jadi melayangkan kemana-mana,
dulu ketika mereka masih kecil suka mandi bersama ketika sedang darurat.
Berhubung ibu Sumi ibu nya Tari pengurus panti asuhan tempat dimana Andra di rawat sejak kecil, Bu Sumi sering membawa Tari bekerja di panti karena di rumah Tari tidak ada yang menjaga, pak Syarip ayah Tari pun bekerja di luar kota.
Bu Sumi terpaksa membawa anaknya bekerja di panti asuhan.
Di situlah Andra dan Tari mulai berteman, karena dalam satu asuhan yang sama.
Andra dan Tari sudah seperti adik kakak, ketika Bu Sumi sedang repot mengurusi anak-anak yang lainnya, tak jarang Bu Sumi memandikan Andra dan Tari bersama, karena Bu Sumi pikir mereka masih kecil, umur Andra lima tahun sedangkan Tari empat tahun.
Mereka selisih satu tahun.
"Iiihh apaan sih loe tar, kok otak loe jd ngeres gini, gak gak gak fokus Tari fokus loe jangan mikir macem macem." dalam hati Tari bercakap sendiri sambil geleng-geleng kepala.
"Hayo mikirin apaan loe, pasti lagi mikirin jorok ya?" tiba-tiba Andra datang
"Enggak kok, suudzon aja jadi orang." elak Tari.
"Lha itu apa? ngapain loe pegang-pegang segitiga bermuda gue? loe pasti mirin yang jorok-jorok kan?
iya kan? iya dong?" goda Andra.
wajah Tari tampak merah menahan malu "Kok dia bisa tau ya? aneh" batinnya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments