BAB 2

Tiba di kamar mereka tampak canggung,karena status mereka kini telah berubah menjadi suami istri.

"Biasa aja kali tar loe gak usah tegang gini, hahaha." ucap Andra mencoba mencairkan suasana.

"Hmmm dra, gue tau sekarang loe udah jadi suami gue tapiiii..." menggantung perkataanya

"Loe tenang aja, gue gak akan minta hak gue sebagai suami sebelum loe siap.

Tapi inget Tar gue laki-laki normal." ucapnya sambil menaik turunkan alis nya

"Ih apaan sih loe." ucap tari sambil merebahkan dirinya di tempat tidur,tidak lupa menyimpan guling di tengah-tengah mereka sebagai pembatas

"Sekalian aja loe bikin benteng disini Tar, pake pembatas segala, tidur sama suami sendiri juga." gerutu Andra

"Biarin !" seru Tari sambil memejamkan mata berusaha untuk tidur

Malam semakin larut namun Tari masih tetap terjaga, entah kenapa dia tidak bisa terpejam. Pikirannya melayang.

Di sebuah restoran mahal dua orang insan sedang duduk menikmati hidangan mewahnya.

Tiba-tiba sang pria mengeluarkan kotak merah yang berisi cincin berlian.

"Tari mau kah kamu menjadi pendamping hidupku,menjadi calon ibu dari anak anak ku nanti?" ucap Gery pria yang tidak jadi menikahinya,ya laki laki brengsek itu namanya Gery. Laki laki yang tega menghancurkan harapan Tari dan keluarganya.

Dengan bahagia Tari menerima lamarannya.

"Iya mas aku mau." jawab Tari dengan perasaan berbunga bunga.

Harapan Tari menjadi istri Gery laki-laki yang ia cintai kini telah sirna.

"Sialan laki-laki brengsek, tega-tega nya bohongin gue, aaarrghhh." gumam Tari sambil memukul mukul kasur yang ia tiduri

Andra pun terbangun "Ngapain sih loe, berisik tau.

Gue ngantuk ni."

"Yasudah kalau loe mau tidur ya tidur aja sana, ngapain loe ngurusin gue." ucapnya pada Andra

"Bukan ngurusin loe, masalah nya loe gangguin gue tidur, apa loe maaaauu...?" menggantung pertanyaannya sambil menaik turunkan alis.

"Ih apaan sih loe ngeres aja otak loe, ogah yah.

Sana sana gue mau tidur." jawab Tari bergidik ngeri sambil membayangkan ritual malam pertamanya dengan Andra.

"Gak gak iiihh gak mau gue." batin nya

"Hahaha otak loe tuh yang ngeres, emang gue bilang mau apa coba?" tawa Andra.

"Loe tuh yah, gak tau ah cape ngomong sama loe." Tari marah membalikan tubuhnya membelakangi Andra.

Pagi hari ketika Tari bangun tiba-tiba perutnya terasa berat, setelah menyadarinya ternyata ada lengan kekar yang melingkari di perutnya.

Tari melihat ke arah belakang ternyata ada Andra yang sedang tidur nyenyak dan memeluknya.

Refleks Tari berteriak dan menendang Andra sampai terjatuh ke bawah tempat tidur.

"Aaarrgghhhh."

"Aaawww." Andra mengaduh sambil mengusap bokongnya.

"Loe kenapa sih Tar? sembarangan nendang orang,sakit nih."

"Sembarangan sembarangan, loe tuh yang sembarangan.

Tidur sembarangan ! ngapain loe tidur di kamar gue?

main peluk peluk segala." omel Tari

Andra menyentil kening Tari "Loe lupa ya?

kita kan udah jd suami istri, ya jelaslah kita tidur sekamar."

"Hehehe, iya iya gue minta maaf.

Gue lupa." sambil nyengir kuda Tari meminta maaf.

"Eh tapi meskipun kita tidur satu ranjang gak usah peluk peluk gitu dong." protesnya.

"Emang kenapa hm? gue suami loe,gue berhak dong peluk loe bahkan lebih dari itu.jl" ucap Andra,jarak mereka sangat dekat menyisakan jarak beberapa centi.

deg

entah perasaan apa yang menggelenyar di hati Tari, tiba-tiba pipinya terasa panas

"Ta..tapi gue belum siap dra." Tari menunduk malu

"Baaaaahahaaha loe aneh tau,kenapa loe jadi gini.

canggung tau gak?" sejak tadi Andra berusaha menahan tawanya.

bugh

Tari melempar bantal ke kepala Andra

"Loe tuh yah ! eeeugghhh." geram Tari dan pergi meninggalkan Andra.

"Eh mau kemana loe?" tanya Andra.

"Mandi." jawab Tari singkat

"Ikuuuuttttt." ucap Andra dengan nada manja

"Ogaaaahhhhh."

Di dapur sederhana tempat kekuasaan ibu Sumi ibunya Tari.

Tari menghampiri ibunya yang sedang memasak.

"Bu ada yang bisa Tari bantu?"

"Ini sudah hampir selesai,kamu panggil suamimu aja ajak dia makan." jawab ibunya

ketika Tari akan menuju kamarnya untuk memanggil Andra ternyata sang suami sudah ada di meja makan sedang mengobrol dengan bapaknya.

"Baru aja mau gue panggil,udah ada disini aja loe dra." seru Tari

"Tari yang sopan kalau bicara sama suami !" bentak pak Syarip ayahnya Tari.

"Maaf pak, Tari udah kebiasaan.

lagian kenapa sih pak? Andra kan temen Tari,ya Tari sama Andra biasa bicara seperti ini" jelas Tari

"Iya bapak tau, tapi kan sekarang Andra udah jadi suami kamu nak, kamu harus menghormatinya.

Jangan panggil nama gak sopan." tutur pak Syarip.

"Terus Tari harus manggil Andra apa?" tanya Tari pada bapaknya.

"Panggil mas aja, gak sopan kalo panggil nama." jawab pak Syarip.

"Hah? mas?" Tari merasa geli sendiri memanggil sahabatnya itu mas.

"Kenapa?" pak Syarip melotot.

"Tiii..tidak pak." Tari menunduk takut,dari sejak Tari kecil Tari paling takut ketika bapaknya sudah melotot.

Karena sejak dulu bapaknya selalu tegas dalam mendidik anak.

Apalagi Tari anak semata wayangnya, pak Syarip tidak mau sampai gagal mendidik anak.

Ibu sumi pun datang membawa masakannya dan di hidangkan di meja makan.

Dengan cekatan Tari membantu ibunya menghidangkan masakannya.

Masakan sederhana yang di masak ibu Sumi sayur asem, ikan asin, tempe goreng dan sambal terasi (yummmyyy) meni sarapan yang sangat berat tapi menggugah selera.

Merekapun makan dengan lahap.

Selesai sarapan pagi mereka berkumpul di ruang keluarga.

"Pak Bu,rencananya Andra mau ajak Tari tinggal di rumah Andra.

Apa bapak dan ibu mengijinkannya?" ijin Andra.

Tari merasa keberatan dalam hati ia berbicara "Sialan Andra, dia gak ngomong dulu sama gue langsung main ijin ke bapak sama ibu aja." dengan raut wajah yang kesal

"Jelas bapak sama ibu ijinkan nak, itu sudah kewajiban Tari sebagai istri mengikuti kemanapun kamu bawa nak, iya kan bu? jelas pak Syarip.

"Iya pak benar, kapan rencana nya kalian akan pindah ke rumahmu nak Andra?" tanya Bu Sumi.

"Rencananya sih besok bu." jawab Andra.

"Kok besok sih dra? eh mas?" tanya Tari kepada sang suami, namun sebutan itu berubah ketika melihat tatapan tajam dari ayahnya.

"Emang kenapa? gak ada yang salah kan?

mau besok atau kapanpun juga kamu harus tetap mengikuti suamimu." tanya pak Syarip.

"Iya Tar, lusa kan kita mulai masuk kerja.

Jadi besok kita harus pindah ke rumah kita, jarak tempat kerja kita tidak terlalu jauh dari rumah kita.

Iya rumah kita, begitulah Andra menyebutnya.

Rumah yang dulu iya susah payah bangun dengan hasil keringatnya sendiri sekarang adalah rumah Tari juga.

Andra adalah pejuang, bukan pewaris karena Andra sejak kecil Andra tinggal di panti asuhan yang tak tau orang tua nya dimana,apakah masih hidup atau tidak.

"Yasudah kalau begitu, ibu bantu kalian berkemas biar besok tidak repot ya."

"Iya bu terimakasih." tutur Andra sambil

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!