Happy reading.....
Setelah kepergian sang Mama, Rika terduduk di balkon kamarnya sambil menatap ponsel yang memperlihatkan fotonya bersama dengan Adi.
Dia ingin sekali menelpon pria tersebut, akan tetapi Adi tidak memiliki ponsel sama sekali. Dan lagi Mela pun sama, karena memang keluarga Adi bukan dari kalangan menengah ataupun dari kalangan atas.
Akan tetapi, Rika tidak perduli. Walaupun setelah menikah nanti dia dan juga Adi akan tinggal di sana dan menjalani hidup yang sederhana, bagi Rika tidak masalah asalkan dia bisa hidup bahagia bersama dengan suaminya, itu sudah cukup.
"Aku berharap Mas Adi lusa ke sini, membuktikan ucapannya. Jika tidak, maka aku akan dijodohkan dengan Galang, dan aku tidak ingin itu terjadi. Aku harap kamu ke sini Mas, menepati janjimu," gumam Rika penuh harap.
Sementara itu di lantai bawah, setelah kepergian keluarga Om Baskoro saat ini Tante Cantika dan juga Om Renal sedang duduk sambil membicarakan tentang perihal perjodohan yang dilakukan beberapa waktu yang lalu.
"Bagaimana, Mah? Apakah Rika mau dijodohkan dengan Galang?" tanya papa Renal pada istrinya.
Mama Cantika menggeleng, "Tidak Pah! Dia tetap menolak. Rika bilang kalau dia sudah mempunyai pasangan atau calon suami, dan lusa pria itu akan datang ke sini untuk melamar Rika."
Terlihat raut wajah kaget dari Papa Renal, saat mendengar jika Putrinya sudah memiliki calon suami.
"Apa! Calon suami? Kenapa selama ini Papa tidak tahu kalau dia sudah mempunyai calon?" Papa Renal menghentikan ucapannya sejenak, kemudian dia menghela nafasnya dengan pelan. "Ya sudah, kita lihat besok lusa bagaimana calon suaminya Rika, baru kita pertimbangkan!" Kemudian mereka pun masuk ke dalam kamar untuk tidur, karena hari juga sudah larut malam.
.
.
Dua hari telah berlalu, saat ini Adi baru saja tiba di kota Jakarta. Pandangannya mengarah pada setiap sudut kota, dengan hiruk pikuk kendaraan yang begitu sangat padat berlalu lalang di hadapannya.
'Sudah lama sekali aku tidak menginjakkan kaki di kota ini.' batin Adi sambil tersenyum.
Akan tetapi tiba-tiba saja wajahnya terlihat begitu sendu, seperti menyimpan kesedihan yang begitu dalam. Lalu pria itu pun menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia berjalan menaiki taksi menuju ke sebuah alamat yang diberikan oleh Rika.
Satu jam setengah perjalanan dia pun sudah sampai di sana, terlihat rumah yang begitu megah nan luas di hadapannya.
"Aku pasti bisa! Adi, kamu harus berjuang dulu, untuk keputusan biar nanti kita lihat!" gumam Adi menyemangati dirinya sendiri.
Setelah itu dia memencet bel dan terlihat satpam berjalan ke arahnya. "Maaf Mas, mau mencari siapa?" tanya satpam tersebut.
"Saya Adi, Pak, mau mencari Mbak Rika. Kebetulan saya dan dia sudah ada janji. Apa Mbak Rika ada di dalam?" tanya Adi pada satpam tersebut.
Terlihat satpam itu diam sejenak memperhatikan Adi dari ujung rambut sampai ujung kepala. Dia terlihat ragu apakah Rika mempunyai teman seperti Adi atau tidak? Karena dari penampilan Adi sepertinya dia bukan dari kalangan jabatan.
"Sebentar ya Mas, saya telepon Mbak Rika nya dulu," ucap satpam tersebut kemudian dia mulai menelpon Rika.
"Halo Nona Rika, di depan gerbang ada seorang laki-laki yang bernama Adi. Katanya sudah ada janji dengan Nona Rika, apakah itu benar?" tanya satpam tersebut saat telepon tersambung.
"Oh iya pak, benar, tolong dibawa masuk ya!" jawab Rika, setelah itu telepon pun terputus.
Di lantai atas Rika segera menuju ke arah balkon dan dia melihat Adi masuk diantar oleh satpam. Wanita itu begitu sangat bahagia, kemudian dia segera berjalan mengetuk kamar orang tuanya mengabarkan jika Adi sudah datang.
Tentu saja kedua orang tua Rika sangat antusias, karena mereka begitu penasaran dengan calon suami dari putrinya tersebut.
Sesampainya di lantai bawah, tante Cantika dan juga Om Renal terdiam saat melihat seorang pria dengan pakaian yang sederhana memakai kemeja biru dan juga celana jeans sedang duduk di sana.
Sementara itu Rika begitu sangat bahagia melihat kedatangan Adi. Dia pikir pria itu tidak benar-benar serius dengan ucapannya, tapi ternyata Adi memang pria yang bertanggung jawab.
"Mas Adi?" panggil Rika.
"Dek Rika," jawab Adi dengan lembut. Dia begitu sangat terpukau setiap kali melihat kecantikan calon istrinya.
"Rika, apakah dia pria yang kamu maksud?" tanya papa Renal pada putrinya.
"Iya Pah, kenalkan ini Mas Adi, dan Mas Adi kenalkan, ini Mama dan Papa." Rika memperkenalkan kedua orang tuanya kepada Adi.
Pria itu tersenyum, kemudian dia bangkit lalu mengulurkan tangannya untuk mencium kedua tangan orang tua dari Rika.
"Saya Adi, Om, Tante," ucap Adi memperkenalkan diri. Kemudian Papa Renal meminta Adi untuk duduk.
Tak lama pelayan membawakan minuman dan beberapa cemilan. "Terima kasih," ucap Adi pada pelayan tersebut.
"To the point saja ya! Apa kamu ingin melamar putri saya? Kamu ingin mempersuntingnya dan menjadikannya istrimu?" tanya papa Renal pada Adi dengan tatapan mengintimidasi.
Terlihat pria itu sangat tenang, walaupun sebenarnya jantungnya saat ini berdetak dengan kencang saat melihat ketidaksukaan dari tatapan kedua orang tua Rika. Namun, itu tidak melunturkan semangat Adi untuk melamar Rika.
"Iya Om, Tante, saya ingin melamar Putri Anda untuk menjadi istri saya," jawab Adi dengan tutur kata yang lembut.
"Apa yang kau punya untuk melamar putriku, hah?! Apa yang akan kau berikan, dan apa kerjamu serta pendidikanmu?" tanya papa Renal sambil melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan meremehkan ke arah Adi.
"Pah, kenapa bertanya seperti itu sih?" protes Rika saat melihat papanya yang bertanya hal demikian, karena dia takut Adi nanti akan tersinggung.
"Loh, kenapa Rika? Wajar dong Papa bertanya seperti itu padanya. Kita ini dari keluarga terpandang, harus tahu bibit, bebet dan bobotnya. Papa juga harus mengetahui dong calon menantu Papa ini pendidikannya apa? Kerjanya apa? Untuk menunjang kehidupan kamu di masa depan," jawab Papa Renal sambil menatap ke arah putrinya.
Adi tersenyum, dia mengerti dan dia juga sudah menyiapkan mental untuk pertanyaan seperti ini, karena Adi sangat yakin pasti kedua orang tua Rika tidak akan setuju. Sebab dia hanya kalangan orang biasa, bahkan bukan pendidikan tinggi.
Rika ingin menyela kembali, akan tetapi tatapan sang Mama mengisyaratkan jika dia harus diam. Akhirnya Rika pun hanya bisa terdiam, dan dia berharap jika Adi bisa menjawab pertanyaan Papanya dan tidak tersinggung.
"Saya hanya orang biasa Pak, pekerjaan saya petani. Saya hanya memiliki sepetak sawah, tidak mempunyai harta benda yang berharga. Tapi Insya Allah saya bisa membahagiakan Putri Anda, dan saya mungkin tidak bisa memberikan kemewahan kepada Rika, tapi Insya Allah saya akan selalu mencukupi kebutuhannya, walaupun tidak dengan barang-barang branded," jawab Adi dengan tenang.
"Ciih! Apa kamu pikir hanya bermodalkan cinta saja, putriku itu bisa bahagia, Hah?! Apa kamu pikir, semua itu tidak perlu dengan uang? Kamu hanya memiliki sepetak sawah, berani kamu melamar Anak saya, hah!" bentak Papa Renal saat mengetahui jika Adi bukan dari kalangan orang atas.
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
momy ervina
semangat adi
2023-07-05
1