Happy reading....
Rika melihat banyak sekali korban yang terdampak dari gempa tersebut, yang mengakibatkan beberapa rumah hancur dan beberapa dari mereka harus kehilangan tempat tinggal.
Bahkan ada satu keluarga yang kehilangan suaminya, Yang sedangkan ibu tersebut mempunyai bayi yang masih berusia 8 bulan.
Rika yang melihat itu tentu saja sangat iba, apalagi bayi tersebut terus saja menangis. Kemudian dia pun mendekat. "Maaf Bu, kenapa bayinya terus saja menangis? Apakah sudah diberi susu?" tanya Rika pada ibu tersebut.
"Sudah, tapi air susu saya sedikit, soalnya saya kurang makan sayur ditambah makanan di sini juga terbatas," jawab ibu tersebut.
Rika benar-benar merasa iba, kemudian dia berjalan menjauh meminta temannya yang di kota bernama Denis untuk mengirimkan susu formula beserta beberapa vitamin untuk orang-orang yang ada di sana.
Selesai dari posko, Rika dan juga Mela pun pulang ke rumah, dan sesampainya di sana dia melihat Adi sedang duduk di teras bersama seorang pria.
"Sudah De, dari poskonya?" tanya Adi.
"Sudah Mas, oh iya, Mbak Rika ini kan dari kota dan dia mencari penginapan di sini, tapi di desa kita kan tidak ada Mas? Boleh kan Mbak Rika sementara waktu tinggal di rumah kita? Lagi pula, ada kamar kosong juga yang tidak ditempati," ujar Mela pada sang kakak.
Adi terdiam sejenak dia nampak ragu, lalu melihat ke arah Rika, akan tetapi hati nuraninya mengatakan jika dia memang harus membantu gadis itu. Akhirnya Adi pun menganggukan kepalanya menyetujui permintaan Mela.
"Baiklah, boleh. Memangnya Mbak Rika mau sampai kapan ada di desa ini?" tanya Adi pada gadis tersebut.
"Kira-kira 2 mingguan, atau mungkin paling cepat satu minggu," jawab Rika.
.
.
Pagi ini Rika akan ke Posko, namun cuaca di sana sedikit buruk, di mana hujan dari semalam tidak henti mengguyur. Membuat wanita itu bingung harus ke Posko menggunakan apa? Sebab dia tidak membawa jas hujan.
"Mbak Rika, mau ke posko?" tanya Adi.
"Iya Mas, tapi hujan nih," jawab Rika sambil mengusap lengannya yang terasa dingin, sebab Ia juga lupa membawa jaket.
Entah kenapa kebiasaan cerobohnya tak pernah tertinggal dari diri Rika. Di mana dia selalu saja melupakan hal-hal yang begitu penting, jika sedang bepergian jauh.
Melihat wanita itu kedinginan, Adi mengambil jaketnya dari kamar, kemudian dia memakaikannya ke tubuh Rika, membuat wanita itu terpaku dan tatapan mereka terkunci satu sama lain untuk beberapa detik.
"Eekhm!" Rika berdehem kecil untuk menetralkan kegugupan di dalam hatinya. "Terima kasih ya Mas, tapi nanti kamu pakai apa?"
"Saya masih ada jaket lagi kok Mbak, tenang aja. Ya sudah, kalau begitu saya antar ke Posko yuk! Kebetulan saya juga mau ke sana," jawab Adi.
Rika menganggukkan kepalanya, kemudian Adi mengeluarkan sebuah payung yang dimilikinya, dan payung itu adalah satu-satunya di rumah.
"Apa tidak ada payung lagi?" tanya Rika, namun Adi menggelengkan kepalanya.
Akhirnya mereka pun berjalan beriringan, bahkan jarak keduanya terkikis, sebab Rika takut jika nanti kehujanan. Dia tidak mempunyai pilihan lain, selain berdekatan dengan pria tersebut.
Namun, Rika merasakan sesuatu hal yang beda. 'Kenapa aku merasa nyaman ya, saat berada di sisinya?' batin Rika sambil tersenyum tipis.
Duuar!
Tiba-tiba saja petir menggelegar, membuat wanita itu seketika memeluk tubuh Adi dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang pria tersebut.
DEGH!
Adi terpaku, jantungnya berdetak dengan kencang saat tiba-tiba saja dipeluk oleh seorang wanita. Dia mencoba untuk menenangkan Rika, mengusap punggungnya dengan lembut.
"Mbak takut sama petir ya?" tanya Adi, dan Rika langsung menganggukkan kepalanya.
"Iya Mas, saya boleh kan meluk Mas sebentar aja? Saya benar-benar takut," jawab Rika dengan wajah sedikit gugup.
Adi menganggukkan kepalanya dengan ragu, kemudian mereka kembali berjalan. Namun jantungnya benar-benar tidak bisa dikondisikan, sedari tadi terus saja berdetak dengan keras tanpa bisa ia hentikan.
'Astaga Adi! Kalau sampai Mbak Rika mendengar detak jantungmu, bagaimana? Bisa malu aku.' batin Adi menggerutu, apalagi saat ini dia merasakan sesuatu yang berdesir di dalam tubuhnya. Sebab baru pertama kali dia dipeluk oleh seorang wanita selain Mela.
Sesampainya di posko, Rika langsung mengecek semua korban yang ada di sana. Dia melihat jika makanan yang dipesannya dari kota belum datang, dan saat ditelepon ternyata masih ada kendala di jalan, apalagi dengan cuaca yang sekarang sedang buruk.
"Mbak, ini minum teh dulu. Diangatkan badannya." Adi menyodorkan teh hangat dan langsung diterima oleh Rika.
"Terima kasih ya Mas," jawab Rika sambil tersenyum, kemudian mereka duduk di kursi sambil menatap rintik-rintik hujan yang mengguyur membasahi desa.
"Sepertinya jaket tidak membuat Mbak hangat ya," ucap adik saat melihat Rika masih sedikit menggigil kedinginan.
"Iya nih Mas, aku nggak nyangka ternyata di desa kalau hujan bisa sedingin ini ya? Kalau di kota sih, walaupun hujan tidak sedingin seperti di sini. Mungkin karena masih Asri kali ya Mas, banyak pepohonan?"
Adi menganggukkan kepalanya, kemudian mereka pun bercengkrama banyak hal. Dan lama-lama Rika merasa nyaman saat berada di sisi Adi, begitu pula dengan pria tersebut.
.
.
Hari-hari berlalu begitu saja Dua Insan itu pun semakin dekat dan akrab.
Saat ini Rika bersama dengan Mela sedang memasak makan siang, dan rencananya Rika yang akan mengantarkan ke posko, sebab Mela harus bekerja kembali.
"Mas, makan dulu yuk!" Panggil Rika saat sudah sampai di sana.
Adi menggangguk, kemudian berjalan ke arah wanita itu. "Ya ampun, repot-repot. Seharusnya biar Mela aja yang mengantarkan," ujar Adi merasa tak enak takut jika merepotkan Rika.
"Tidak repot kok Mas. Lagi pula, Mela juga mau kerja. Memangnya kenapa? Mas Adi nggak suka ya, kalau aku yang mengantarkan makan siangnya aku?" tanya Rika dengan tatapan sendu.
Melihat wajah sedih dari wanita itu, Adi menggeleng dengan cepat. "Tidak, bukan seperti itu. Hanya saja, aku tidak mau merepotkan Mbak. Lagi pula, Mbak kan bukan ---"
"Bukan apa, Mas? Bukan pacarnya? Atau bukan istrinya?" potong Rika
"Ah, tidak, bukan seperti itu. Ya sudah, kalau gitu kita makan yuk!" ajak Adi mengalihkan pembicaraan, sementara Rika hanya tersenyum tipis melihat kegugupan dari pria tersebut.
Bagi Rika melihat wajah Adi membuatnya candu, karena wajah pria tampan dengan kulit sawo matang itu begitu teduh dipandang.
"Oh iya Mas, jangan panggil aku Mbak kek! Panggil aja Rika. Rasanya kalau mbak terlalu tua," pinta Rika.
"Tapi kayaknya kalau nama, tidak sopan," jawab Adi sambil mencuci tangannya
"Ya sudah, panggil apa gitu, tapi jangan Mbak. Aku tidak biasa soalnya."
Adi terdiam sejenak sambil menatap ke arah wanita itu, dan membuat Rika menunduk malu.
"Bagaimana kalau Adek? Dek Rika."
Mendengar ucapan dari Adi, Rika mengangkat wajahnya, kemudian dia mengangguk dengan antusias. "Boleh Mas, itu panggilan yang sangat cocok," jawab Rika sambil tersenyum malu.
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
momy ervina
lanjut
2023-07-05
1