Happy reading....
Mela melihat kedekatan antara kakaknya dan juga Rika, itu membuatnya sangat senang. Sebab Mela juga setuju jika Rika bersanding dengan Adi.
Walau dia dan juga Rika baru mengenal beberapa hari. Namun wanita itu merasa, jika Rika adalah wanita yang sangat baik dan patut untuk menjadi kakaknya.
"Oh ya Mbak, apa tiga hari lagi Mbak benar akan kembali ke kota?" tanya Mela yang seakan tidak rela, saat tengah terbaring di depan ruang tv bersama dengan Rika.
Wanita itu mengangguk, "Ya, mau gimana lagi. Soalnya kerjaan Mbak di sana masih banyak, jadi nggak bisa lama-lama di sini. Tapi kamu tahu tidak? Mbak tuh sangat beruntung sekali, karena bisa kenal kamu sama Mas Adi. Kalian itu orang-orang yang baik," jawab Rika sambil memeluk tubuh Mela.
Terlihat wajah wanita itu sangat sedih saat mendengar kepulangan Rika, namun apa yang bisa mela lakukan? Dia juga tidak bisa menahan untuk Rika tetap berada di sana.
.
.
Malam ini Rika masih berada di posko, sedangkan Adi sedang bersiap-siap untuk menjemput wanita itu, karena jam juga sudah menunjukkan pukul 19.30 malam
Saat akan pergi, tiba-tiba saja tangannya ditahan oleh Mela. "Mas, Mela ingin bicara sebentar sama Mas!"
"Bicara apa, Dek?"
Kemudian Mela meminta Adi untuk duduk di kursi yang ada di teras, dan pria itu hanya mengangguk menuruti ucapan adiknya.
Adi melihat raut wajah Mela yang begitu serius, namun menyimpan kesedihan. "Kamu kenapa?" tanyanya.
"Mas, sebaiknya jujur deh sama Mela! Apakah Mas itu punya rasa sama Mbak Rika? Maksud Mela, apa Mas mencintai Mbak Rika? Karena jujur, Mela merasa iya. Sebab tatapan Mas tidak bisa berbohong?" tanya Mela langsung to the point.
Adi sedikit terkejut saat mendengar pertanyaan sang adik. "Kamu kenapa bertanya seperti itu?"
"Sudahlah Mas, tinggal jawab saja. Ya atau tidak?"
Terlihat Adi hanya diam saja. Sejujurnya Ia juga merasa ragu, apakah mencintai Rika atau tidak. Tapi setiap berdekatan dengan wanita itu, jantungnya selalu berdetak dengan kencang, bahkan rasa nyaman pun mengalir begitu saja.
"Kok malah diem sih? Jawab dong," ujar Mela yang sudah tak sabar mendengar jawaban dari sang kakak.
"Apalah daya Mas, Dek. Walaupun Mas punya rasa sama Mbak Rika, tetap saja tidak bisa. Dia siapa, kita siapa. Bagaikan langit dan bumi." Adi menundukkan wajahnya dengan tatapan lesu.
Mendengar hal itu, Mela tersenyum bahagia, kemudian dia menggenggam tangan sang kakak, membuat pria itu seketika menatap ke arahnya.
"Ayolah! Mas ini kan cowok, kasta itu tidak terlalu penting bagi Mbak Rika. Kalau Mas memang mencintainya, ya Mas perjuangan dong! Gini ya Mas, cinta kalau tidak diperjuangkan bagaimana mereka akan bersatu? Kalau Mas cuma jalan saja di atas takdir dan tidak berniat untuk merubahnya, bagaimana mungkin bisa kalian bersama?nMela juga dapat melihat kok, kalau Mbak Rika itu mempunyai rasa yang sama Mas. Cuma kalian itu sama-sama malu untuk mengungkapkan satu sama lain. Jadi menurut Mela sih, karena Mbak Rika sebentar lagi akan pergi ke kota, jadi sebelum dia pulang sebaiknya Mas nyatakan perasaan Mas sama dia. Daripada keduluan sama pria lain? Memangnya Mas mau? Setidaknya kita berusaha dulu, soal diterima atau tidak itu urusan belakangan. Karena wanita itu sukanya cowok yang gentle," jelas Mella panjang lebar memberikan semangat kepada sang kakak.
Adi terdiam, dia menimbang ucapan dari adiknya. Namun saat melihat jam yang kian larut malam pria itu pun pamit untuk menjemput Rika.
Sepanjang perjalanan pria itu terus saja memikirkan ucapan sang adik karena apa yang dikatakan Mela memang benar. Dia harus berusaha dan mencobanya.
"Ya, Mela benar. Aku harus mengungkapkan semuanya kepada Rika. Tentang hasilnya nanti, itu terakhiran saja. Diterima syukur, tidak diterima ya sudah, yang penting aku sudah berusaha," gumam Adi dengan semangat.
.
.
Selama satu minggu itu Rika tinggal di rumahnya Adi dan juga Mela, dia bahkan sudah dekat dengan keduanya. Dan selama satu minggu itu pula, Adi selalu mengantarkan Rika bolak-balik ke posko, sehingga mereka pun merasakan sesuatu getaran yang aneh di dalam hatinya.
Hingga tiba saatnya Rika pulang besok dan malam ini Adi bersama dengan Rika baru saja pulang dari posko, mereka berjalan kaki sambil menuntun sepeda.
"Mbak Rika, apa kamu akan kembali besok ke kota?" tanya Adi dengan raut wajah yang sedih.
Rika menganggukkan kepalanya. "Iya Mas, Papa menyuruh aku untuk segera balik ke Jakarta," jawab Rika.
Terlihat raut wajah Adi yang begitu sedih saat mendengar jika wanita yang berada di sampingnya harus kembali lagi ke Jakarta.
Kedekatannya selama satu minggu itu membuat Adi merasakan sesuatu yang tumbuh di dalam hati, dan dia sangat yakin jika saat ini Adi sudah menyimpan rasa atau jatuh cinta kepada Rika.
Pria itu pun menghentikan langkahnya, membuat Rika menatapnya dengan heran. "Ada apa, Mas?" tanya Rika.
Terlihat Adi menghela nafasnya terlebih dahulu, kemudian dia menggenggam tangan wanita itu, membuat Rika seketika menjadi deg-degan. Bahkan jantungnya sudah berdetak dengan kencang.
Entah kenapa, setiap berada di samping pria tersebut, Rika selalu merasakan desiran yang aneh. Rasa yang membuatnya selalu ingin terus berada di sisi Adi, di mana pria itu selalu melindunginya, bahkan memperlakukannya dengan lembut.
"Saya tidak tahu sejak kapan rasa ini ada, tapi saya sangat yakin, jika saya sudah jatuh cinta kepada kamu. Saya sadar, saya bukanlah pria yang sempurna. Saya tidak memiliki apapun, tapi saya tulus mencintaimu. Apakah kamu mau menjadi istriku?" Adi mengutarakan perasaannya kepada Rika, membuat wanita itu terkejut dan menatapnya dengan tak percaya.
"Maksudnya Mas, kamu ngelamar aku? Apa ini benar-benar nyata? Kamu mencintaiku?" Rika bertanya untuk memastikan perasaan Adi.
Pria itu pun mengangguk dengan pasti dan juga yakin dengan perasaannya. "Iya, aku sangat yakin. Tapi Inilah aku yang tidak mempunyai apapun, aku hanyalah orang biasa dari kalangan bawah, sebagai seorang petani dan hanya memiliki satu petak sawah," ujar Adi.
Hatinya berbunga bahagia saat mendengar pernyataan Adi. Dia pikir, selama ini cinta nya tak terbalas. Ternyata Ai juga diam diam menyimpan rasa padanya.
Tentu saja hal itu tidak di sia siakan oleh Rika.
"Bagiku tidak masalah Mas, mau kamu hanya memiliki satu petak sawah atau kamu seorang petani. Karena bagiku berada di sisi kamu membuatku sangat nyaman, dan kalau kamu memang serius ingin menikahiku, maka kamu harus ke kota melamarku kepada kedua orang tuaku!" jelas Rika.
Mendengar jawaban dari Rika, membuat Adi tersenyum bahagia. Matanya berbinar, kemudian dia mengangguk dengan cepat. "Baiklah, aku akan ke kota untuk melamarmu. Nanti berikan Alamatmu ya! Aku akan ke sana," jawab Adi.
Rika menggangguk dengan senang, kemudian mereka kembali melanjutkan langkahnya menuju rumah.
Kedua hati dua insan tersebut tengah diliputi rasa bahagia dan cinta, bahkan senyum terus terpantri di wajah mereka satu sama lain.
Bagi Rika tidak masalah mau Adi dari kalangan bawah ataupun kalangan atas, karena cinta tidak memandang harta dan tahta, karena cinta itu tulus dari hati.
Apalagi perlakuan Adi yang membuatnya selama ini nyaman, dan Rika yakin Adi bisa memberikan kasih sayang serta bertanggung jawab untuk keluarganya kelak.
.
.
Pagi telah menyambut, Rika sudah siap dengan setelannya, dan dia akan segera pulang ke Jakarta. Terlihat wajah Adi yang begitu sedih saat melepas kepergian Rika, begitupun dengan wanita itu.
Sejujurnya dia juga tidak ingin meninggalkan Adi, namun sebelum pergi Rika menuliskan sepucuk Surat untuk pria yang berhasil mencuri hatinya itu.
Dear Mas Adi.
(Jujur saat pertama kali bertemu denganmu, entah kenapa hatiku terasa nyaman. Perlakuanmu yang begitu lembut selalu membuatku merasa terlindungi. Kasih sayang dan juga perhatian yang kamu berikan, membuat aku benar-benar sudah jatuh cinta kepadamu.
Aku tidak melihatmu dari segi harta. Aku juga tidak melihatmu dari segi fisik. Yang kulihat adalah ... kamu orang yang baik, pria bertanggung jawab, pekerja keras dan mampu melindungi wanita. Apalagi melihat kasih sayangmu kepada Mela membuatku sangat yakin untuk menjadikanmu Imamku.
Mas Adi, aku menunggumu di rumah! Datanglah. Ini alamatnya dan kamu harus datang tepat waktu. Aku menunggumu. Apapun yang terjadi nanti, bagaimanapun keputusan orang tuaku, kita harus berjuang bersama-sama! Kita buktikan kepada mereka kalau cinta kita itu murni dan suci).
Adi begitu tersentuh saat melihat tulisan dan kata-kata yang teruntai di dalamnya. Dia memeluk kertas tersebut dan berjanji di dalam hati dengan tekad yang kuat, bahwa Adi akan membahagiakan mereka.
'Aku berjanji, aku akan datang ke rumah orang tuamu. Akan ku lamar kamu dan menjadikanmu bidadari di dunia dan akhirat ku. Dan kita akan mengarungi bahtera rumah tangga bersama keluarga kecil kita. Aku juga akan berjuang apapun itu badai yang menghalangi jalan Cinta kita.' batin Adi penuh tekad.
Mela yang melihat sang Kakak sedang duduk sambil memeluk kertas khirnya dia pun duduk di samping Adi. "Jika Mas memang mencintai Mbak Rika, maka perjuangkan, jangan lepaskan! Aku mendukung 100%, karena Mbak Rika orang yang sangat baik. Walaupun dia dari kalangan atas, tapi pribadinya tidak sombong dan itu membuat poin plus bagi dirinya," jelas Mela,.kemudian dia kembali masuk ke dalam rumah untuk memasak makan siang.
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments