"Maksud gue? Hahaha...gue sudah lama suka sama Kevin. Gara-gara Lo hadir, Kevin menolak cinta gue," Ucap Dilla.
"Gue sudah bilang berkali-kali, kalau gue gak cinta sama Lo," Ucap Kevin.
"Jadi...Lo suka sama Kevin? Dan Lo Kevin, sudah tau kalau Dilla suka sama, Lo?" Ucap Tina.
"Dengarkan dulu sayang, sudah berkali-kali aku menolaknya. Namun dia tetap mengejarku. Cuma kamu cinta pertama dan terakhirku," Ucap Kevin.
"Kalau gue gak bisa dapatin Lo, kevin. Tina juga gak bakal bisa dapatin Lo," Ucap Dilla maju kedepan dan membuat stir mobil belok kanan dan kiri.
"Hentikan Dilla....Kita semua bisa celaka," Ucap Tina takut.
"Hahaha, Lo takut masuk neraka ya. Tapi sayangnya, itu yang gue inginkan. Gue mau kita semua celaka dan rencana kalian berdua untuk kawin lari gagal," Ucap Dilla.
"KEVIN...AWAS ADA MOTOR DI DEPAN," Teriak Tina. Kevin menoleh ke depan dan berusaha menghindar. Namun Dilla masih tetap menggoyangkan tangan Kevin dan membuat setirnya bergerak kiri kanan.
"AAAAAAAAAAA," Teriak Tina dan Kevin bersamaan.
"Brakkkk."
...Flasback On....
○○○○○○○
"Tina," Ucap Putri Andini yang tak lain ialah Dilla.
"Lo sudah ingat gue? Gara-gara Lo, gue terlempar.....," Ucapan Tina terpotong.
"Sudah-sudah, ayo kita bicara bertiga," Ucapku menarik tangan Putri Irha dan Putri Andini. Ditempat yang cukup jauh dari para orang-orang kerajaan. Aku mulai berbicara dan menjelaskan.
"Lepas," Ucap Andini mengibaskan tangan Inaya.
"DIAM. Jangan berisik, gue bawa kalian kesini untuk membahas masalah jaman kerajaan kuno ini. Kalau sikap kalian terus begini, mereka bisa-bisa menganggap kalian gila. Dan kalian bakal di masukkan ke dalam penjara bawah istana karena mereka menganggap kalian gila," Ucapku.
"Gue gak peduli," Ucap Putri Andini atau Dilla. Sekarang nama Dilla kita ganti Putri Andini, begitupula nama Tima kita ganti Putri Irha.
"Terserah Lo, kalau Lo gak mau balik ke jaman moderen, silahkan pergi. Tapi jangan menyesal jika Lo jadi gembel di luaran sana. Di luar istana banyak penjahat berkeliaran, apalagi pasti bakal banyak musuh dari kerajaan ini," Ucapku.
"Inaya, Lo dari mana tau tentang penjara istana?" Tanya Putri Irha.
"Gimana Lo tau, kalau istana ini memiliki musuh?" Tanya Andini.
"Gue sering baca di novel soal Kerajaan Kuno. Disana tertulis kalau ada penjara bawah tanah dan penjara dingin di setiap kerajaan. Gue juga baca kalau setiap kerajaan ada yang bermusuhan, ada musuh dalam selimut dan adapula teman kerajaan," Ucapku.
"Sekarang gue mau tanya, apa kalian berdua mau tetap tinggal di kerajaan kuno atau balik ke jaman moderen?" Tanyaku.
"Disini ada Ponsel gak?" Tanya Putri Andini.
"Tidak ada lah, namanya juga kerajaan kuno, mana ada alat-alat canggih kayak di dunia modern," Ucapku.
"Yah, gak asik dong tinggal di kerajaan. Mending gue pulang ke jaman moderen," Ucap Putri Andini hendak meninggalkanku dan Putri Irha.
"Lo tau jalan pulang?" Tanyaku.
"Yah, tidak. Apa Lo tau?" Tanya Putri Andini menghentikan langkah dan berbalik menatapku.
"Gak tau lah, kalau gue tau sudah lama gue keluar dari zaman kerajaan kuno ini," Ucapku.
"Lah, terus gimana cara pulangnya?" Ucap Putri Andini.
"Ini semua gara-gara Lo, kita berada disini gara-gara Lo. Karena kecemburuan Lo yang buta, Lo menjadi gila dan mencelakai kita semua. Entah apa yang terjadi dengan Kevin, entah dia sudah mati atau ikut masuk ke tubuh seseorang, gua gak tau," Ucap Putri Irha menyalahkan Putri Andini.
"Sorry, karena kecemburuan gue yang berlebih, kita semua celaka," Ucap Putri Andini.
"Harusnya Lo sadar dari awal. Sekarang sudah terlambat, kita tidak bisa balik ke jaman moderen," Ucap Putri Irha.
"Pasti ada jalan," Ucapku.
"Bagaimana Lo tau?" Tanya Putri Irha dan Putri Andini bersamaan.
"Gue pernah baca di cerita novel, disana tertulis kalau seseorang berpindah dimensi dan masuk ke tubuh seorang putri, disana putri tersebut mencari jalan pulang ke zaman moderen dengan mendatangi lokasi pertama saat dia di temukan. Kita juga harus mencari cara agar kita tau dimana terakhir kita ditemukan," Ucapku.
"Kita bertanya kesiapa?" Tanya Putri Andini.
"Ke orang-orang tolol," Ejek Putri Irha.
"Gue tadi dengar, kalau gue terakhir di temukan di dalam sumur....berarti kita harus mencari tau dimana sumur itu berada," Ucapku.
"Lo tau nama sumurnya?" Tanya Putri Irha.
"Enggak, kalau gue tau, kita bisa langsung pulang ke zaman moderen," Ucapku.
"Dasar Bego," Sinis Putri Andini menatap Putri Irha.
"Lo bilang apa?" Ucap Putri Irha mulai marah.
"Sudah-sudah, kita kembali ke sana. Nanti mereka bisa curiga sama kita. Bisa-bisa kepala kita di penggal oleh mereka," Ucapku.
"Jangan buat gue takut bodoh," Ucap Putri Andini.
"Itu kenyataannya bodoh," Ucapku.
"Inaya, gue takut. Mereka semua menatap ke arah kita," Ucap Putri Irha.
"Jangan takut, nanti mereka curiga," Ucapku.
"Uuuu, alay Lo," Ucap Putri Andini.
"Lo juga takut kan, buktinya Lo sembunyi di belakang Inaya," Ucap Putri Irha.
"Gue gak takut, hanya gugup saja," Ucap Putri Andini.
"Sama aja tolol," Ucap Putri Irha.
"Sudah-sudah, Lo berdua gaje bener. Yuk kita cepat kesana," Ucapku.
Kami bertiga menghampiri Raja, Ratu dan Putra Mahkota.
"Salam Yang Mulia Raja. Maafkan saya karena tidak meminta izin saat berbicara bertiga dengan Putri Irha dan Putri Andini," Ucapku.
"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Raja Dayat.
"Bisa saja ketiga saurada itu merencanakan tipu muslihat," Ejek Ratu Helena menatap kearah kami bertiga.
"Kami sedang membicarakan mengenai di mana terakhir kali kami di temukan saat kecelakan terjadi pada kami," Ucapku.
'Gercep juga nih orang, dengan begitu kami bisa tau di mana sumur itu berada dan kami bisa langsung pulang ke Zaman Moderen,' Batin Putri Andini.
'Baguslah kalau Inaya mulai mengorek informasi tentang keberadaan sumur itu. Tunggu dulu, tadi dia bilang apa...kita bertiga saudara?' Batin Putri Irha.
'Ini kesempatanku buat tau jalan pulang. Sebenarnya aku gak mau pulang, tapi aku takut tinggal di kerajaan. Banyak peperangan didalamnya. Aku nggak mau lah mati konyol di kerajaan ini,' Batinku.
"Maksud ketiga bersaudara itu, apa?" Tanya Putri Irha menatap Ratu Helena.
"Kalian bertiga bersaudara, beda ibu," Ucap Pangeran Bobby.
"HAH," Ucapku melongo. Begitupula dengan Putri Irha dan Andini.
'Dia saudara gue, ihhh ogah banget saudaraan sama si penghianat,' Batin Putri Irha.
'Saudara? Ih jijik gue. Dia yang telah merebut Kevin dari gue. Gue gak bakal mau saudaraan sama dia,' Batin Putri Andini.
"Kalian tidak perlu mengetahui hal itu," Ucap Raja Dayat tiba-tiba.
"Haa, kenapa?" Tanyaku, Putri Irha dan Putri Andini bersamaan.
"Putri Irha, sebaiknya kau beristirahat. Jangan berusaha mengingat kecelakaan yang menimpamu. Itu bisa membahayakanmu sendiri, jika berusaha mengingat kejadian saat kau terjatuh ke dalam sumur," Ucap Ratu Helena.
'Bukankah itu yang di katakan tabib waktu memeriksaku? Kenapa Ratu mengatakan seolah-olah tau kondisi Putri Irha?' Batinku penuh tanda tanya.
"Kembalilah ke kediaman kalian masing-masing," Perintah Raja Dayat menatap kami satu persatu. "Pelayan! Antar mereka ke kediaman," Titah Raja Dayat.
"Baik Yang Mulia," Ucap Para pelayan serentak.
Putra Mahkota hendak mengikuti Putri Irha, namun terhenti saat Raja meyuruhnya berhenti.
"Berhenti, Putra Mahkota. Ayah perlu bicara denganmu. Cepat ikut ke ruangan Ayah sekarang!" Perintah Raja Dayat.
"Tap...," Ucapan Putra Mahkota terhenti saat melihat tatapan tajam Raja Dayat. "Baiklah Ayahanda."
'Tuh Putra Mahkota ngebet banget mau ikutin Putri Irha, apa segitu bucinnya dia sama Putri Irha,' Batinku merasa sedih. 'Astaga aku mikirin apa sih, masa iya aku cemburu. Enggak, enggak, gue gak boleh cemburu. Dia dan Ilham pasti sama saja. Awalnya baik, ujung-ujungnya jahat juga.'
○○○○○○○
Keesokan harinya, Inaya bangun lebih awal. Ia berniat mandi pagi, saat membuka baju yang sedikit ribet. Inaya mulai mengeluh.
"Ini baju susah banget dilepas. Banyak banget pengaitnya," Kesalku.
"Biar saya bantu, Putri Mahkota," Ucap Pelayan muncul secara tiba-tiba.
"Hee, sejak kapan Kau di situ?" Tanyaku.
"Semenjak Putri Mahkota terbangun," Ucap Pelayan.
"Siapa namamu?" Tanyaku.
"Nama saya Sari, Tuan Putri," Ucap Sari, seorang pelayan pribadi Putri Kina.
"Ooo, bantu aku melepaskan ini pengait!" Pintahku.
"Baik, tuan putri mahkota," Ucap Sari.
Setelah pengait bajuku terlepas, aku bergegas keruang permandian. Aku berhenti saat melihat Pelayan itu mengikutiku.
"Kenapa kau mengikuti saya?" Tanyaku.
"Saya akan membantu Tuan Putri, mandi," Ucap Sari.
"Eeee, enggak usah. Saya bisa mandi sendiri. Kau tunggu saja di luar," Ucapku.
"Tapi Tuan Putri....," Ucapannya terhenti.
"Keluar, ini perintah!" Ucapku.
"Baik tuan Putri," Ucap Sari mundur beberapa langkah kebelakang dan berbalik kearah pintu keluar kamar.
"Ada-ada saja, emang aku bayi hingga harus dimandikan. Enak aja main bilang mandikan, apa dia enggak punya malu. Aku aja malu kalau mendengar kata dimandikan," Gumamku.
Setelah mandi, aku mulai memakai pakaian dengan dibantu oleh Sari. Lalu wajahku didandani olehnya.
Beberapa menit kemudian, aku terkejut saat melihat dandananku yang menor.
"Astaga...wajahku jadi badut gini. Kau bisa gak sih mendanani seorang putri. Masa Kau membuat wajahku jelek gini," Kesalku.
"Bukankah Tuan Putri menyukai dandanan ini?" Tanya Sari.
"Tidak. Aku sama sekali tidak suka. Kau keluar sekarang juga!" Pintahku mengusir Sari dari kamar.
"Tapi Tuan Putri," Ucap Sari.
"Tidak ada tapi-tapian. Keluar sekarang juga atau kau bakal dapat hukuman dariku," Ancamku.
"Baik Tuan Putri," Ucap Sari. 'Mati aku, apa yang harus ku katakan pada putri Izza? Dia pasti akan marah besar padaku karena tidak berhasil membuat dandanan Putri manja itu rusak.'
Aku lihat Sari masih berdiam diri di depan pintu. Aku mulai kesal melihatnya.
"Apa lagi yang kau tunggu, keluar sekarang!" Pintahku.
Sari keluar dari kamarku. Aku mulai mencuci wajahku dan melap dengan selimut. Aku mulai berdandan sendiri.
"Entah kenapa, perasaanku mengatakan kalau Sari bukan orang baik. Entah ini hanya perasaanku saja atau apa. Aku nggak tau....sudahlah buat apa aku mikirin tuh pelayan," Gumamku.
...¤BERSAMBUNG¤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments