"Ma, kembalikan ponselku. Atau aku enggak bakal membersihkan rumah dan memasak!" Ancam Inaya.
"KAMU MENGANCAM MAMA, HAH. KAMU PIKIR KAMU SIAPA, HAH. KALAU KAMU TIDAK MAU MELAKUKAN PEKERHAAN RUMAH, LEBIH BAIK KAMU ANGKAT KAKI DARI RUMAH INI. JANGAN BAWA SEMUA BAJU-BAJUMU KARENA SEMUA BAJUMU ITU, MAMA YANG BELI. SEKALIAN KAMU LEPASKAN BAJU, CELANA DAN DALAMANMU YANG KAMU GUNAKAN ITU, ITU JUGA MAMA YANG BELI. MAMA TIDAK PEDULI MAU KAMU PERGI DENGAN KEAADAAN TELANJANG SEKALIPUN, ATAU APALAH. BUKAN URUSAN MAMA LAGI. PERGI KAMU SEKARANG" Bentak Mama Nurmin.
'Kalau aku pergi, mau kemana aku. Tidak mungkin aku jadi gelandangan di jalan. Hiks, hiks, aku sangat ingin pergi dari rumah ini. Dia sudah mengusirku berkali-kali, tapi aku enggak mau pergi. Sebelum aku punya uang dan membeli rumah untukku tinggal. Hiks, hiks, aku harus apa,' Batin Inaya.
"Kenapa diam, kamu takut jadi pengemis di luaran sana? Makanya ikuti peraturan Mama dan jangan pernah memancing emosi Mama. Ingat baik-baik, rumah ini masih atas nama Mama. Bukan nama Papa-mu yang tidak bertanggung jawab itu. Jika kamu masih mau tinggal disini, jangan membantah atau melawan setiap perkataan Mama!" Ucap Mama Nurmin sembari mengarahkan jari telunjuk ke dekat wajah Inaya. Kemudian Dia meninggalkan Inaya yang masih diam tak bergeming.
'Apa aku salah kalau aku bicara. Tidak mungkin aku diam saja saat dia menyita ponselku. Aku sangat membutuhkan ponselku untuk menulis online. Aku tidak bermaksud melawan dia. Hiks, hiks, aku tidak sanggup lagi. Aku lelah dengan semua ini, hiks,' Batin Inaya.
□□□□□□□□
Satu minggu telah berlalu, tepatnya hari ini hari minggu. Inaya, Aldi, Andin, Lila, Alfat dan Salman berada dirumah. Mama Nurmin, Tante Irma dan Om Yahya pergi ke Bulukumba untuk membeli stok barang yang kosong, berupa Seragam sekolah, Sarung dan lain-lain. Andin memasuki dapur dan terlihat Inaya sedang mencuci piring.
"Din, kamu pergi beli telur satu butir dan Mie Intermie satu bungkus. Kakak mau buat omlet untuk kita makan bersama," Ucap Inaya yang baru menyelesaikan cucian piringnya.
"Oke Kak, uangnya mana?" Tanya Andin.
"Kamu pakai uang yang Mama berikan pada Aldi tadi," Ucap Inaya.
"Kalau Aldi gak mau, gimana?" Tanya Andin.
"Kamu mau kan makan omlet, kan?" Tanya Inaya.
"Iya mau banget," Ucap Andin.
"Makanya itu, kamu harus bujuk Aldi biar mau serahkan uangnya. Biar kita bisa makan omlet bersama-sama," Ucap Inaya.
"Oke, sip, bastie," Ucap Andin.
"Aku bukan bestie-mu. Ogah banget bestie-an sama Bolbol kayak kamu," Ejek Inaya.
"Terserah, aku masih punya bastie yang lain," Ucap Andin sembari meninggalkan Inaya dan berjalan ke arah ruang keluarga, dimana Aldi, Lila, Alfat dan Salman berada.
"Hallo Dek Aldi, boleh Kakak minta uangmu?" Tanya Andin.
"Tidak mau," Ucap Aldi.
"Ayolah Aldi, nanti Kak Inaya bakal hotspot kamu kalau kamu mau berikan uangmu untuk beli telur," Bujuk Salsa.
"Tidak mau," Ucap Aldi lagi.
"Gini aja deh, Kakak nanti pinjamkan ponsel Kakak ke kamu. Kamu bisa main Mobile legends sepuasnya," Bujuk Andin lagi.
"Mau, mau, mau," Ucap Aldi cepat.
'Punya adek, gini amat. Kalau mau main Mobile Legends, baru mau nurut,' Batin Andin.
"Mana ponsel Kakak, aku mau main Mobile Legends," Ucap Aldi.
"Iya-iya, tunggu Kakak ambil ponsel Kakak dikamar dulu," Ucap Andin.
Setelah berhasil mendapat uang dari Aldi, Andin bergegas pergi membeli sebutir telur. Setelah membeli sebutir telur dan satu bungkus Intermie, Dia segera memasuki dapur dan menyerahkan bahan yang di belinya.
"Gimana, apa berhasil?" Tanya Inaya.
"Berhasil lah, Andin gitu loh. Ini telur sama Mie-nya," Ucap Andin.
"Good job," Ucap Inaya mengambil telur dan Mie. Dia mulai membuat omlet.
Tak lama, omlet buatan Inaya siap saji. Ia mulai membawa omlet ke ruang tamu.
"Lah, Andin, Lila, Aldi, Alfat dan Salman, pada kemana? Kok jadi sepi gini? Pergi kemana mereka semua? Televisi juga masih menyala. Aku matikan dulu daripada tetap menyala baru tidak ada yang nonton, mending ku matikan," Gumam Inaya mulai mematikan TV. Lalu berjalan menuju ruang tamu.
"Pintu kok terbuka lebar....mereka sebenarnya pergi kemana sih. Kenapa pintu dibiarin terbuka gini. Apa mereka jajan? Tapi mereka kan enggak punya uang, mau pakai apa belinya coba? Enggak mungkinkan pakai daun. Apa mereka pergi ke rumah Tante Irma? Tapi kan disebelah gak ada orang, Tante Irma dan Om Yahya kan lagi ke Bulukumba. Dan kalau mereka ke rumah Tante Nangnang kan enggak mungkin. Tante Nangnang pasti sudah tidur siang, mana mungkin mereka ke sana. Apa mereka sengaja sembunyi kalik ya. Aku cari mereka dulu, siapa tau mereka sengaja ngeprank aku," Gumam Inaya mulai mencari keberadaan mereka di setiap ruangan.
"Andin, Lila, kalian dimana. Jangan bercanda gini, kalian tidak mau makan omlet. Ayo keluarlah dari persembunyian kalian," Ucap Inaya.
Inaya kembali keruang keluarga setelah Ia tidak mememukan mereka disetiap ruangan.
"TV kok tiba-tiba nyala lagi? Perasaan sudah ku matikan tadi. Omlet dipiring kok sisa separuh? Siapa yang makan? Disini kan tidak ada siapapun. Aku kok jadi merinding gini ya," Gumam Inaya mulai takut. Ia memberanikan diri mematikan Televisi.
"Ini rumahku sendiri, kenapa aku malah takut. Sudah bertahun-tahun aku tinggal dirumah ini, mana ada hantu disini. Lebih baik aku fokus cari mereka. Tapi mereka kemana sih, atau jangan-jangan mereka diculik. Andin kan udah remaja, mana mungkin dia ikut di culik. Tapi kalau mereka beneran di culik, gimana? Penculikan anak lagi marak-maraknya beredar di Sulsel. Aku harus apa?" Cemas Inaya.
"Aku harus beritahu Tante Nang-nang," Gumam Inaya mulai mengambil kunci rumah dan mengunci pintu. Ia berlari ke arah rumah Tante Nangnang
"Tok, tok, tok......NANGNANG,NANGNANG," Teriak Inaya memanggil Tante Nangnang.
"Siapa yang ganggu waktu tidurku?" Tanya Tante nangnang dari dalam kamar. Di beranjak turun dari ranjang. Dia bergegas menuju ke arah ruang tamu dan membuka pintu rumah.
"Ada apa, kenapa kamu teriak-teriak. Tante masih ngantuk, jangan ganggu tidur Tante," Ucap Tante nangnang.
"Ini gawat, Nang," Ucap Inaya.
"Gawat kenapa?" Tanya Tante Nangnang.
"Andin, Lila, Aldi, Alfat dan Salman hilang Nang," Ucap Inaya.
"Hilang kemana? Kamu jangan bercanda," Ucap Tante Nangnang.
"Aku tidak bercanda Nang, mereka beneran hilang. Aku takut mereka di culik. Bagaimana kalau penculiknya mengambil organ tubuh mereka. Aku pernah liat di facebook, disana ditemukan mayat anak kecil tanpa organ. Gimana kalau mereka mengalami hal.....," Ucapan Inaya terpotong.
"Hus, jangan ngomong sembarangan. Mereka pasti baik-baik saja. Kamu sudah cek di rumah Niswati? Kali saja mereka jajan di sana," Ucap Tante Nangnang.
"Belum Nang, tapi mana mungkin mereka jajan. Mereka enggak punya uang, masa mereka ngutang, gak mungkin-kan," Ucap Inaya.
"Ayo kita coba cek ke rumah Niswati dulu," Ajak Tante Nangnang. Dia mulai mengunci pintu dan berjalan menuju rumah Niswati, diikuti oleh Inaya dari belakang.
"Assalamu'alaikum," Ucap Tante Nangnang.
"Wa'alaikumusalam. Eh ada Tante Nangnang dan dek Inaya, mau beli apa?" Tanya Niswati.
"Kami tidak mau beli, kami kesini mencari Andin, Lila, Alfat, Aldi dan Salman, mereka ada disini atau tidak?" Tanya Tante Nangnang.
"Mereka tidak ada disini," Ucap Niswati.
"Gimana nih, Nang. Mereka tidak kesini, kita cari mereka kemana?" Tanya Inaya cemas.
"Ayo kita cari di tokoh Alizar Jaya, mungkin mereka jajan disana," Ucap Tante Nangnang.
Inaya mengangguk, mereka berdua bergegas berjalan menuju ke tokoh Alizar. Sesampainya disana, mereka sama sekali tidak menemukan keberadaan Andin, Lila dan lainnya.
"Nang, kita harus cari kemana lagi?" Tanya Inaya cemas.
'Bagaimana ini, kalau mereka beneran diculik, Mama pasti bakal marah besar dan kemungkinan besar aku di usir dari rumah. Aku harus apa sekarang. Aku enggak mau diusir, dimana aku mau tinggal kalau sampai itu terjadi. Hiks, mereka pergi kemana,' Batin Inaya.
"Coba kita kembali kerumahmu, siapa tau mereka sudah ada disana," Ucap Tante Nangnang.
"Bisa jadi, Nang. Ayo kita liat disana," Ucap Inaya.
Mereka bergegas menuju kerumah Inaya. Sesampainya didepan rumah, mereka tidak melihat keberadaan anak-anak.
"Mereka tidak ada, Nang," Cemas Inaya.
"Buka pintu rumahmu, siapa tau mereka ada didalam!" Perintah Tante Nangnang.
"Aku sudah cek mereka disetiap kamar dan mereka sama sekali tidak ada" Ucap Inaya.
"Coba kamu buka pintunya dulu, kali saja mereka ada dihalaman belakang rumah," Ucap Tante Nangnang.
"Tapi kayaknya enggak mungkin deh, Nang. Dari tadi aku berada didapur, kalau mereka kebelakang rumah, pasti aku liat," Ucap Inaya.
"Coba kamu buka pintu rumahmu!" Perintah Tante Nangnang.
Inaya mulai membuka pintu. Mereka berdua berjalam memasuki ruang tamu.
"Siapa yang nonton?" Tanya Tante Nangnang yang mendengar suara Televisi diruang keluarga.
"Entahlah Nang, tadi sudah kumatikan. Tak tau kenapa, TV itu tiba-tiba menyala dengan sendirinya. Apa mungkin ada setan dirumah ini?" Ucap Inaya.
"Hus, jangan asal ngomong, kita coba liat didalam," Ucap Tante Nangnang.
Mereka berjalan menuju ruang keluarga.
"Itu mereka ada disini, kenapa kamu bilang mereka hilang?" Heran Tante Nangnang menunjuk ke arah Andin, Lila dan lainnya.
"Lah, darimana mereka masuknya?" Tanya Inaya bingung.
"Kalian dari mana saja, kok tiba-tiba kalain ada disini? Tadi Kakak kesini, kalian tidak ada," Ucap Inaya.
"Kami dari tadi disini, tidak kemana-mana," Ucap Lila.
"Kakak yang kenapa jadi aneh tadi?" Tanya Andin.
"Aneh gimana?" Tanya Inaya bingung.
"Iya aneh, tadi kami liat Kakak bawa omlet kesini, tapi kok Kakak enggak melihat kami. Kami pikir Kakak lagi ngeprank, sengaja pura-pura tidak melihat kami. Saat kami menyapa Kakak, Kakak malah matikan televisi dan pergi kekamar. Jadi kami memilih makan omlet buatan Kakak," Ucap Andin.
"Kakak juga bicara sendiri dari tadi. Ku pikir Kakak lagi belajar akting," Ucap Lila.
"Saat kakak keluar dari kamar dan kembali kesini, kami menyapa Kakak. Tapi Kakak enggak melihat kami. Kakak malah matikan televisi lagi," Ucap Andin.
"Masa sih?" Tanya Inaya.
"Iya, aku nggak mungkin bohong. Kalau tidak percaya, Kakak bisa tanya sama Alfat," Ucap Andin.
"Bener kata Kak Lila dan Kak Andin, tadi Kakak berbicara sendiri," Ucap Alfat.
'Ada apa denganku? Kenapa aku jadi kayak gini? Mana mungkin aku saah fokus, aku tidur teratur kok. Tapi kenapa ada kejadian aneh seperti ini? Kemarin juga saat aku bangun tidur, aku melihat Mama tidur di ruang keluarga. Saat aku ke ruang tamu, aku kanget melihat Mama yang lagi menjahit Baju. Aku menengok ke arah ruang keluraga, aku tambah kaget karena tidak ada siapapun yang tidur disana. Kenapa aku jadi begini? Tunggu dulu.....aku jadi berhalusinasi semenjak memakai gelang pemberian Nenek yang ku tolong waktu hari senin yang lalu,' Batin Inaya mulai curiga.
"Kamu pasti kurang tidur, makanya kamu halusinasi," Ucap Tante Nangnang.
"Aku tidur tepat waktu, Nang. Aku selalu tidur siang karena mama yang maksa," Ucap Inaya.
'Padahal aku pengen selesaikan tulisanku disiang hari, biar aku tidak begadang lagi di malam hari. Tapi Mama malah memukulku dan menyuruhku tidur. Dia juga menyita ponselku. Giliran aku begadang dimalam hari untuk selesaiin nulis, dia malah memukulku jika tidak segera tidur. Kadang kalau aku menolak untuk tidur sebelum menyelesaikan tulisanku. Dia pasti bakal pukul kepalaku berkali-kali dan menarik rambutku dengan keras. Aku masih bisa merasakan rasa sakit saat Dia memukul kepalaku dengan keras,' Batin Inaya.
"Kamu sebaiknya istirahat atau tiduran. Mungkin kamu kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah sendiri," Ucap Tante Nangnang.
'Aku tidak merasa lelah, bahkan aku merasa energiku bertambah. Beberapa hari ini aku tidak pernah merasakan lelah. Entah apa yang terjadi padaku.......apa gelang ini yang membuatku enggak gampang lelah?' Batin Inaya bertanya-tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Alizeee
ini real ibuk-ibuk, sih/Shy/
2024-04-05
1
🟡ᴳᴿ🐅⍣⃝ꉣꉣ𝕬ⁿᶦᵗᵃ🤎𓄂ˢᵐᴾ࿐
ada rahasia apa dengan gelang yg km pakai Inaya🤔
2023-11-21
1
🟡ᴳᴿ🐅⍣⃝ꉣꉣ𝕬ⁿᶦᵗᵃ🤎𓄂ˢᵐᴾ࿐
kok seorang ibu ngomong ky gitu sih ama anak y, gimana anak y gk makin ngelawan ama ibu y😤
2023-11-21
2