Beberapa hari kemudian, Inaya melakukan aktifitas seperti menyapu, memasak, dan memberi makan ayam.
"Bosen ah, mending aku baca novel dulu. Biar hilangin rasa lelahku ini. Dinoveltoon kan ceritanya seru-seru semua. Tapi aku belum selesaikan tulisanku. Entah kenapa, sekarang aku lagi enggak mood nulis. Udah ah, mending aku baca novel aja," Gumam Inaya sembari membuka ponsel dan mengklik Noveltoon. Dia mulai menscrool mencari novel yang menurutnya menarik.
"Wah, ada novel-novel kerajaan. Aku baca ah, pasti seru. Dari judulnya aja udah bagus," Gumam Inaya mulai membaca novel.
Beberapa jam kemudian, Inaya menyelesaikan bacaannya. Ia tampak puas dengan endingnya.
"Hahaha, rasain Lo, Khina. Siapa suruh mau terhasut sama rubah macam Izzatun. Mati kan lo. Aku senang sama endingnya, Putri Irha hidup bahagia bersama Putra Mahkota Ilyas," Gumam Inaya dengan senyum mereka puas.
"Astaga, udah jam sebelas. Aku harus masak, biar nanti mama gak marahin aku lagi," Gumam Inaya yang melihat kearah jam dinding.
○○○○○○○○○
Beberapa bulan kemudian, tepatnya hari idul fitri. Inaya dan Mama Nurmin bersiap-siap pergi ke rumah Nenek Daute yang berada di desa Ulutedong. Andin dan Aldi berada dirumah berdua. Mereka tidak ikut ke Desa Nenek.
"Nak, kamu jaga rumah baik-baik. Kunci pintu, jangan sembarangan membuka pintu jika ada orang asing yang berkunjung. Jangan biarkan adikmu pergi kemana-mana, jaga adikmu," Ucap Mama Nurmin.
"Siap, Ma," Ucap Andin.
Inaya mengeluarkan motor di pekarangan rumah. Mama Nurmin naik ke atas motor. Motor pun melaju pergi.
Di perjalanan menuju desa Ulutedong, lebih tepatnya ditikungan tajam, tiba-tiba sebuah mobil melaju ke arah depan Inaya.
"INA, AWAS!" Teriak Mama Nurmin.
Inaya terkejut dan berusaha membanting stir kesamping, namun kalah telat karena mobil lebih dulu menghantam motor Inaya dari arah depan. Motor dan mobil lainnya ikut bertabrakan.
"BRUAKKK...BRIGHHH.....CIIITTTTT."
Inaya melayang dan terguling-guling di jalan menuju ke arah Empang.
'Tuhan....apa ini akhir dari hidup hamba. Pertemukanlah Hamba dengan Nenek dan Kakak Hamba, Oh Tuhan. Nenek...tunggu aku di akhirat, aku mungkin tidak bisa masuk surga, tapi setidaknya aku bisa melihatmu dari bawah neraka,' Batin Inaya tersenyum. Ia melihat gelang kuno pemberian Nenek yang pernah di tolongnya.
"Bluarrr(bunyi suara Inaya jatuh ke dalam air empang).
Sebuah mobil yang menabrak Inaya terbalik, pintu mobil terbuka dan Dua gadis di dalamnya terguling-guling keluar dijalan dan akhirnya tercebur ke dalam Empang.
`````````````````
Disebuah kamar klasik bernuansa mewah, namun tampak kuno. Seorang anak kecil menangis di samping seorang wanita yang terbaring tak sadarkan diri.
"Hiks, hiks, Ibunda...tolong bangun. Aku janji tidak akan nakal lagi. Hiks, hiks, Ibunda boleh memukulku tiap hari, aku siap. Bangun Ibu, hiks," Tangis Seorang anak kecil yang berusia sekitar 5 tahun.
"Akhrhhtt.....kepalaku sakit sekali," Ucapku.
"Ibunda," Ucap Anak kecil itu. Dia langsung memelukku.
"Akhrthh, sakit...," Ucapku.
"Maafkan atas kesalahan Saya yang mulia," Ucap Anak kecil itu. Dia melepaskan pelukannya.
"Ini dimana....apa ini surga? Bukankah aku harusnya masuk neraka? Kenapa ini seperti kamar. Aneh, kok ada neraka yang semewah ini?" Ucapku memerhatikan sekeliling.
"TABIB...TABIB," Teriak Anak kecil itu berlari keluar kamar.
"Eh tunggu, kamu mau kemana. Ini dimana, kenapa aku ada disini," Ucapku sedikit berteriak. Namun suaraku sedikit lemah.
"Ini dimana? Bukankah tadi aku kecelakaan gara-gara ada mobil yang menabrakku," Gumamku.
"Tap..Tap..Tap," Suara langkah kaki.
Seseorang memasuki kamar, Dia berjalan ke arah Inaya berada.
"Ilham," Ucapku menatap terkejut ke arah pria itu.
"Cukup kau berpura-pura, wanita licik," Ucap Pria itu memegang bahuku dengan keras.
"AUHH...SAKIT GOBLOK," Teriakku sembari melayangkan pukulan ke arah wajah Pria itu.
"PLAK."
"YANG MULIA PUTRA MAHKOTA," Teriak seseorang berpakaian panglima di belakang Pria itu.
"Kau sudah berani rupanya, wanita murahan," Ejek Pria itu.
"Ilham, kenapa aku ada disini? Apa kamu menculikku? Bebaskan aku, biarkan aku pergi. Aku udah capek denger perkataanmu yang terus menghinaku. Aku muak liat tampangmu yang sok baik," Ucapku sembari berdiri dari ranjang.
Tiba-tiba seseorang Pria dan Wanita paruh baya memasuki kamar.
"Salam yang mulia Raja. Salam yang mulia Ratu," Ucap Pria itu dan Panglima dibelakangnya, membungkukkan badan.
"Siapa meraka? Kenapa pakaian mereka seperti pakaian kerajaan-kerajaan yang biasa aku baca di novel online?" Gumamku bertanya-tanya.
"Dimana sopan santunmu Putri Mahkota? Apa Kau kehilangan kesopanan semenjak terjatuh di dalam sumur," Ejek Wanita Paruh baya.
"Putri Mahkota? Siapa?" Tanyaku sembari menengok kebelakang dan kesamping kiri dan kanan.
"Daya ingat Putri Mahkota semakin berkurang rupanya," Ejek Wanita Paruh Baya.
"Putri Mahkota Kina, ada apa dengan engkau?" Tanya Pria paruh baya.
"Putri Mahkota Kina? Siapa dia?" Tanyaku bingung.
"Anda Putri Mahkota Kerajaan Majahpahit," Ucap Panglima.
"Putri mahkota....aku?" Tanyaku semakin bingung.
'Masa iyya aku jadi putri mahkota? Enggak mungkin kan aku berpindah dimensi ke zaman kerajaan? Ini pasti prank, mereka pasti bercanda,' Batinku.
"Kalian lagi syuting atau apa? Tolong biarkan aku pergi. Aku enggak kenal sama Bapak dan Ibu," Ucapku.
"Apa itu Syuting?" Tanya Pria Paruh baya.
"Hah," Aku melongo heran, 'Bapak ini dari planet mana? Masa Syuting saja tidak tau?'
"PANGGILKAN TABIB SEGERA!" Titah Pria Paruh Baya menatap kearah panglima.
"SIAP LAKSANAKAN, YANG MULIA RAJA," Ucap Panglima Ansya.
"Tunggu dulu...tabib? Apa ini jaman kerajaan?" Tanyaku.
"Ini kerajaan Majahpahit, Putri Khinasari ," Ucap Pria Paruh Baya.
"Khina? Namaku bukan Khina, namaku Inaya," Ucap Inaya.
"Panggil Tabib segera!" Titah Pria Paruh Baya.
"Siap laksanakan yang mulia," Ucap Panglima Ansar.
'Wajahnya mirip Irmanyah? Apa dia orang yang sama?' Batinku.
Tiba-tiba datang seorang anak kecil dan seorang tabib.
"Salam Yang Mulia Raja. Salam Yang Mulia Ratu. Salam Putra Mahkota. Salam Putri Mahkota," Ucap Tabib membungkukkan badan kearah nama-nama yang dia sebut.
"Periksa keadaan Putri Khina, segera!" Perintah Pria Paruh baya yang bernama Raja Dayat.
"Baik Yang Mulia," Ucap Tabib mulai berjalan mendekatiku.
"Eh, anda mau apa? Saya baik-baik saja," Ucapku.
Tabib mulai memeriksa denyut nadi dan mengoleskan obat kebeberapa luka goresan di tangan Inaya.
"Sepertinya Yang Mulia Putri Mahkota mengalami cidera di bagian kepala. Yang mengakibatkan semua ingatan Yang Mulia Putri Mahkota hilang," Terang Tabib.
"Apakah ingatan Putri Mahkota bisa pulih?" Tanya Raja Dayat.
"Untuk saat ini, kondisi Yang Mulia Putri Mahkota masih belum pulih total. Sebaiknya Yang Mulia Raja tidak boleh mengingatkan masa lalu Putri Mahkota. Karena itu akan sangat membahayakan bagi kesehatan Tuan Putri," Terang Tabib.
"Saya sudah meresepkan obat, tolong obat ini diminum oleh putri mahkota tiap dua hari sekali. Saya pamit undur diri Yang Mulia Raja, Yang Mulia Ratu," Ucap Tabib.
'Obat? Pasti itu rasanya pahit kayak obat jaman modern. Tunggu dulu...jaman moderen? Astaga berarti aku beneran berpindah dimensi dan masuk ketubuh orang lain. Gak bisa di percaya, ternyata Zaman Kuno itu beneran ada. Aku pikir itu cuman ada di dunua novel. Kira-kira wajahku kayak apa ya? Tapi kok aku heran ya, nama mereka kayak familiar gitu. Khina? Namanya kok kayak pernah kudengar?Entahlah, aku pusing. Sebaiknya aku istirahat biar cepat pulih,' Batinku penasaran.
Terdengar suara keributan di luar kamar Inaya.
"Suara apa itu?" Tanya Raja Dayat.
"Saya tidak tau yang mulia," Ucap Ratu Helena.
"Sebaiknya kita melihat apa yang terjadi diluar, Ayahanda, Ibu suri," Ucap Putra Mahkota Ilyas.
Mereka berjalan keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi.
'Mumpung mereka keluar, aku liat wajah baruku dulu ah,' Batinku mulai beranjak dari ranjang, menuju kearah kaca.
'Wah, cantik sekali wajah ini. Iris mata yang bewarna Abu-abu, alis yang tebal, hidung yang mancung, bibir yang tipis dan rambut warna coklat. Ini sih kalah cantik sama wajahku yang dulu,' Batinku penuh kagum.
••••••••••
Diluar kembali terdengar keributan.
"PERGI LO SEMUA, JANGAN MENDEKAT," Teriak seorang wanita dari luar kamar Inaya.
"Siapa yang teriak-teriak gitu sih," Ucapku kesal. Aku pun bergegas keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Diluar, tampak banyak orang yang berkumpul.
"Siapa yang teriak-teriak tadi ya?" Gumamku penuh rasa penasaran. Aku berjalan masuk ke dalam kerumunan.
"Putri Irha, tolong jangan melukai dirimu sendiri, demi aku," Ucap Putra Mahkota dengan penuh rasa khawatir. Ia menatap sendu ke arah Putri Irha.
"Gue kagak kenal Lo, ya. Jangan sok akrab sama gue. Atau gue tusuk tangan Lo pakai pedang ini," Ancam Putri Irha.
"Tolong tenang, dengarkan aku lebih dulu putri...." Ucap Putra Mahkota sembari mendekat ke arah Putri Irha.
"Srekkk (suara pedang menggores pergelangan tangan Putra Mahkota)."
"Arhkktt," Jerit Putra Mahkota.
"Putra mahkota," Ucap Raja Dayat penuh rasa cemas.
"Yang Mulia Putra Mahkota," Ucap Para pengawal dan pelayan saat melihat Putra Mahkota terluka.
"Sudah gue bilang menjauh, Lo keras kepala sih. Kalain siapa sebenarnya? Apa kalian dari planet pluto? Pakaian kalian itu aneh dan jelek sekali. Ini juga siapa yang memasang pakaian jelek ini pada gue," Ucap Putri Irha mulai melepas selendang di punggungnya.
"PUTRI IRHA!" Teriak Marah Raja Dayat.
"HUKUM CAMBUK PUTRI IRHA SEBANYAK 100 KALI," Titah Raja Dayat.
"Jangan hukum Putri Irha, Ayahanda," Ucap Putra Mahkota.
"Yang salah akan tetap dihukum. Kau jangan buta karena cinta. Ingat, kamu sudah memiliki seorang Istri dan putri," Ucap Raja Dayat memperingati.
"Ayahanda....," Ucapan Putra Mahkota terhenti.
"LAKSANAKAN HUKUMAN CAMBUK PUTRI IRHA," Titah Raja Dayat.
"SIAP LAKSANAKAN YANG MULIA," Ucap Para pengawal dengan suara tegas.
"Eh, eh, kalian mau apa hah! Menjauh, gue bilang menjauh," Ucap Putri Irha mengayungkan pedang. Namun ditahan oleh beberapa prajurit.
"LEPAS OIII, JANGAN MACAM-MACAM KALIAN ATAU GUE LAPORIN KALIAN KE POLISI," Teriak Putri Irha memberontak.
'Lo, gue, polisi? Atau jangan-jangan dia dari dunia modern kayak aku,' Batinku.
"WOII LEPAS SETAN," Teriak Putri Irha.
"HENTIKAN," Ucapku menghadang para prajurit yang memegang tangan Putri Irha disisi kanan dan kiri.
"APA YANG KAU LAKUKAN PUTRI MAHKOTA?" Tanya Raja Dayat dengan intonasi suara sedikit tinggi.
'Mampus aku, harusnya tadi aku tidak teriak. Habislah aku jika Raja itu marah padaku. Bisa ilang leherku ini,' Batinku meneguk air liur dengan susah payah.
"Ya..ng Mu..lia," Ucapku gugup, 'Aku enggak boleh gugup, bisa-bisa aku juga dapat hukuman karena melawan titah raja.'
"Begini Yang Mulia, Putri Irha sedang mengalami fase hilang ingatan. Dengan itu tingkahnya menjadi seperti tadi," Ucapku.
"Fase hilang ingatan? Dari mana Kau tau, Putri Mahkota, kalau Istriku hilang ingatan?" Tanya Pangeran ketiga bernama Adrian, suami dari Putri Irha.
"Itu...itu jelas dari tingkah lakunya," Ucapku, 'Matilah aku, ketahuan bohong.'
"Yang dikatakan Putri Mahkota benar, liat saja tingkah Putri Irha yang jadi aneh semenjak bangun dari koma," Bisik-bisik para pelayan.
"Yang Mulia Raja, boleh saya bicara berdua dengan Putri Irha?" Tanyaku.
"Kau jangan macam-macam, lepaskan Putri Irha dari tangan kotormu," Ucap putra mahkota melepaskan tanganku dari tangan putri Irawati. Dia menatap tajam kearahku.
'Tatapannya gitu amat, kayak mau telan aku hidup-hidup,' Batinku ngeri.
"Ilh....Maksud saya Putra Mahkota, saya tidak berniat jahat dengan Putri Irha. Saya hanya mau bicara sesuatu hal yang penting. Mungkin dengan saya bicara berdua dengan putri irha, bisa membuat ingatan putri pulih," Ucapku beralasan.
...¤BERSAMBUNG¤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
sahabat pena
jgn2 ibu nya inaya transmigrasi jg jd putri Irawati ya?
2024-11-11
1
Alizeee
iya, aku senang sama endingnya
2024-04-05
1
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ𖤍ᴹᴿˢ᭄𝓐𝔂⃝❥AyJinda❀∂я
Yap bener banget Inaya mana mungkin di jaman kuno ada istilah loe gue dan polisi dah fix itu asalnya sama kaya dirimu Ina
2023-11-21
0