Episode 2

Pekatnya malam tak menghalangi laju mobil berjenis sedan mewah hitam mengkilap. Kendaraan besi itu melesat mulus sempurna menembus jalanan aspal dengan warna pekat senada.

Hening. Tak ada suara yang keluar dari penghuni yang berada di dalam mobil. Helena dan Kevin duduk berjauhan di kursi penumpang belakang. Sementara itu, Arvan memegang posisi sebagai pengendali kemudi.

Setelah insiden paparazi di pelataran Hotel Diamond, mobil yang dikemudikan Arvan datang tepat waktu menjemput sepasang suami-istri yang tengah bersandiwara dihadapan media.

Meskipun mati-matian Helena menyembunyikan, raut kesal masih terlihat jelas dari wajah wanita dengan rambut tergerai kecoklatan. Tak pernah sedikitpun ia alihkan pandangan dari jendela yang berada tepat di sebelah kanannya.

Marah, kesal, bahkan jijik kembali harus ia rasakan malam itu. Sudah tak terhitung pula berapa kali dirinya berada dalam situasi seperti ini. Mem-back up perilaku tak terpuji sangat suami di hadapan media.

Bukan tanpa alasan, Kevin harus selalu ber-image baik di hadapan publik karena tuntutan keluarga besar. Singkatnya, Kevin sedang dalam masa percobaan berkelakuan baik sebelum sang ayah resmi mewariskan seluruh bisnis perhotelan kepada pria bertahi lalat diatas bibir kanannya.

Sayangnya, rumor Kevin merupakan seorang billionaire kasar dan juga playboy kelas berat terlalu dekat sehingga paparazi kerap mengincarnya karena berita apapun tentang pria parlente itu selalu berakhir viral.

..."Lain kali, jangan membawa-bawa nama cinta. Itu terdengar menjijikkan. Kau tidak ingin aku muntah saat kita bersandiwara, bukan?" tutur Helena sarkas memecah hening....

..."Hahaha."...

Tawa lepas Kevin pun menguar. Tawa yang terdengar sangat puas, seolah perkataan Helena hanya sebuah lelucon untuknya.

..."Tentu saja itu hanya sandiwara, Helena sayang,"...

tegas Kevin sembari mengusap singkat sudut mata yang mengeluarkan cairan bening imbas tertawa lepas.

..."Ah... jangan bilang kau terbawa perasaan lagi? kau sungguh ingin aku mengatakan cinta padamu?" Kevin melanjutkan semua cemoohan....

"Cih! cinta? darimu? jangan bercanda! "

Hazel berdecih muak.

..."Hanya ada kebencian untukmu, Vin"....

Kali ini Helena menatap tajam lawan bicara nya. Tak dapat dipungkiri, ucapan Helena membuat pria berpenampilan necis itu tersulut emosi. Dengan raut murka, Kevin mendekati wajah sang istri dan berkata,

..."Kalau begitu, tetap jalani peranmu dengan benar sampai aku mencapai tujuanku"....

Telunjuk pria itu bahkan melakukan gerakan angkuh mendorong bahu kanan Helena dua kali. Kevin lebih lanjut mengingatkan kesalahan Helena yang sejak awal terlalu tinggi bermimpi menikah dengan pria tampan dan kata raya seperti diri ya.

"Kau seharusnya menolak perjodohan dari nenekku, Hel. Kau pikir aku akan jatuh cinta kepada seorang perawat seperti mu? " Kevin kini merendahkan Helena

.

" Kalau begitu, ceraikan aku. Kau bisa mendapatkan wanita mana pun untuk dipermainkan ," tegas Helena dengan tatapan menukik tajam.

..." Ckck! Bermain dengan mu sudah terlalu menyenangkan, Hel. Kita sudah menjadi tim yang solid. Untuk apa aku mencari wanita bodoh lainnya."...

BAJING*N!!!

CITTTtttt....

Mobil yang dikendarai oleh Arvan tiba-tiba berhenti mendadak, membuat penumpang didalam nya pasrah jika terbentur. Namun anehnya, Helena tak merasakan sakit akibat benturan dimana seharusnya ia rasakan.

"Apa ini?" Helena menerka dalam hati ketika merasakan tubuhnya sedikit sesak, seolah didekap.

"KAU BISA MENYETIR,TIDAK!?" bentak Kevin kepada Arvan sembari posisi mendekap tubuh Helena. Benar saja, Kevin secara spontan melindungi kepala dan tubuh mungil sang istri yang nyaris bertubrukan dengan jok depan mobil.

" Maaf, tuan. Tadi ada kucing lompat mendadak," kilah Arvan yang sebenarnya mengada-ngada

^^^Maafkan aku, Hel. Dadaku panas mendengar bedebah ini tak berhenti mencemooh mu. Arvan membatin geram. Maksud hati ingin memberi pelajaran kepada Kevin, sang asisten lupa kalo Helena pun ada di dalam Mobil.^^^

..."Kau tidak apa-apa?...

..."Entah disadari atau tidak, Kevin bertanya penuh kekhawatiran kepada Helena. Berbeda dengan beberapa menit yang lalu, dimana perilaku sang suami sangat memuakkan....

..."Lepas!"...

Alih-alih menjawab, Helena mengibas kasar dekapan Kevin. Wanita itu tak ingin terbuai akan sikap perhatian dadakan suaminya. Helena menganggap segala perilaku Kevin hanyalah sandiwara semata.

..."Ekhem. Kau jangan salah paham, ya. Itu ku lakukan karna reflek sebagai bentuk kemanusiaan."...

Kevin berkilah seraya menjauh kan tubuh nya, menjaga jarak dengan Helena sampai mentok ke pintu mobil.

Helena memutar bola matanya malas. Ia tidak peduli dengan alasan Kevin. Kedua nya kini kompak memalingkan wajah ke arah jendela pada sisi masing-masing. Beberapa saat kemudian, mobil yang mereka tumpangi telah sampai ke pelataran mension kediaman Kevin dan Helena. Sempat berdebat lagi dengan sang suami, Helena yang sudah muak memilih turun dari mobil lebih dahulu, mengambil langkah seribu memasuki mansion.

𝙂𝙍𝙀𝘽!

"Helena, Sayang! Akhirnya kau pulang."

Sarah, mertua perempuan_ibu kandung Kevin mendadak sudah ada dalam mansion tanpa pemberitahuan sebelumnya. Wanita yang masih terlihat cantik meski berusia 50 tahun itu langsung memeluk erat menantu kesayangan nya.

..." Aku belum selesai bicara berengs*k"...

"APA KAU BILANG? BERANINYA MENGATAI ISTRIMU BERENGS*K! "

𝘽𝙪𝙜𝙝!

Sarah yang sedang memeluk Helena spontan beralih melayang kan bogem mentah ke bahu Putra nya dengan keras. Kevin yang datang belakangan tidak menyadari bahwa sang ibu sudah ada di sana. Pasalnya, tak hanya di depan publik, Kevin dan Helena harus melakukan sandiwara di depan keluarga besar.

..."Aaa! mana kenapa memukulku?Aku dan Helena hanya bermain-main."...

Gabriel merajuk, mengusak kasar pundak yang dipukul Sarah.

..."Tetap saja kau tak boleh berkata kasar kepada istri mu."...

Sejurus itu, Sarah mengeluarkan serentan ceramah. Kevin pasrah tak dapat menimpali ataupun mengelak. Sarah diibaratkan pawang nomor satu yang dapat dengan mudah menjinakkan seorang Kevin. Beruntung nya Helena, Sarah tidak ikut bersandiwara seperti sang putra. Sang mertua begitu tulus menyayangi Helena seperti menantunya. Melihat interaksi Sarah dan sang Putra di hadapannya, sedikit mencuil hati Helena. Pikirannya melayang jauh. Pasalnya, wanita itu sudah lama kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sang ayah meninggal akibat gagal ginjal saat usia Helena remaja sedangkan ibunya kini terbaring, akibat ulah oknum tak bertanggung jawab.

"Aku minta maaf, Sayang. Kita hanya main-main saja, bukan?"

tutur Kevin lembut kepada Helena membuatnya sedikit terhenyak.Tanpa disadari, tangan suaminya sudah bertengger di bahu wanita bermanik hitam kecoklatan itu. Lagi-lagi, Gabriel memainkan peran sandiwara sebagai suami idaman.

"Aku melihat kalian di laman berita tadi. Apa benar kalian sedang melakukan bulan madu lagi di Hotel Diamond?"

tanya antusias Sarah dengan menata penuh binar. Kevin dan Helena sontak saling bertatap sejenak, mereka terlihat kebingungan, tak tahu bagaimana harus merespon Sarah. Nyatanya, kepentingan mereka di Hotel Diamond jauh dari kesan manis.

"Ah, maaf jika aku terlalu antusias." Sarah terkekeh kecil." Meskipun usia pernikahan kalian baru empat bulan aku berharap dan berdoa agar Helena segera diberi momongan," timpal sang mertua yang kini menatap Helena penuh kasih sayang serta harapanmu

Dulu, semua yang kau ucapkan adalah impianku, Ma. tapi sekarang, rasa benci terhadap anakmu telah mengalahkan cinta tulus yang pernah tumbuh. Maafkan menantumu ini karena harus meruntuhkan harapanmu.

𝘽𝙡𝙖𝙢

Terpopuler

Comments

atataha

atataha

ceritanya seru semangat, jangan lupa mampir keceriaan ku juga thor

2023-06-01

1

Windy

Windy

Bestie setia nihh

2023-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!