Episode 3

Helena segera menutup pintu sesaat setelah masuk ke dalam kamar. Bibir ranumnya bergetar disertai netra yang berkaca-kaca, emosi dalam dirinya sedang bergejolak tak terkendali. Mengingat sang ibu yang masih terbaring koma dan tentu saja perlakuan Kevin langsung makin semena-mena padanya hanya menambah kepedihan di hati saja. Tak sanggup beranjak, tubuh mungil yang terlalu lelah itu memilih bersandar dibalik pintu kamar. Cairan bening di pelupuk mata mulai meluncur deras tanpa seizin pemilik seiras dengan tubuh yang perlahan luluh lantah, jatuh ke lantai. Helena sebenarnya masih ingin bercengkrama lebih lama dengan Sarah, ibu mertua yang tulus menyayanginya, melepaskan rindu terhadap sang ibu kandung yang sedang tidak bisa bersama Helena imbas kondisi koma. Namun, fakta bahwa sosok Kevin turut dalam percakapannya dengan Sarah membuat wanita itu muak. Cukup, Helena tak sanggup lagi bersandiwara terlihat baik-baik saja malam di hadapan keduanya.

Nenek Rossie, aku yakin kau mendengar ku. Mengapa kau menjodohkan ku dengan cucumu yang hanya mempermainkan ku saja, Nek? salahkah aku yang hanya ingin dicintai olehnya?

Helena membatin pilu beberapa kali isakan menguar, mengiringi hati yang pedih teriris mengingat masa lalu di mana seorang nenek bernama Rossie Andara yang tak lain adalah nenek dari Kevin_wanita paruh baya yang telah menjodohkannya dengan sang cucu.

6 Bulan lalu

Helena merupakan gadis berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai perawat di Rumah Sakit Central pusat kota. Saat itu, ia kebetulan sedang bertugas merawat pasien wanita lansia berumur 65 tahun bernama Rossie Andara yang dirawat di Bangsal VVIP_Bangsal khusus kaum Crazy Rich dengan biaya perawatan yang terbilang sangat fantastis. Nenek Rossie, begitu panggilannya. Wanita paruh baya itu divonis mengidap penyakit komplikasi yakni darah tinggi, gagal ginjal dan jantung koroner. Suatu hari, hampir 1 minggu anggota keluarganya tak bisa datang menjenguk. Hanya satu asisten yang diutus untuk melayani segala kebutuhan sang nenek.

"Di luar sedang cerah tapi kenapa wajahmu mengabu, wahai sang ratu?"

celetuk Helena berusaha menghibur Rossie yang sedang mengawang, menatap jendela di atas kursi rodanya. Gadis berseragam putih ala perawat itu kebetulan mendapat jadwal untuk memeriksa di kamar Anyelir_ruang rawat VVIP yang dihuni Rossie saat itu.

"Ratu apanya? kalau aku adalah ratu, mereka akan memperlakukanku dengan baik dan tak lupa mengunjungi ku."

Rossie mengeluhkan anak dan cucu nya yang terhitung satu minggu sudah tak kunjung menjenguk. Meskipun dirawat di ruang VVIP dengan segala fasilitasnya, tetap saja Rossie merasa kesepian. Sejurus itu, Helena mencoba menjadi pendengar yang baik sembari menjalankan tugasnya, memeriksa tensi darah sang nenek yang masih mengoceh. Sikap Helena yang sabar dan setia mendengarkan setiap sang nenek bercerita berhasil mengambil atensi dan hatinya.

Rossie yang haus akan perhatian merasa senang apabila tiba jadwal Helena memeriksa dirinya. Bahkan sang nenek hafal Kapan jam Helena datang untuk memeriksa. Namun, dua minggu berlalu, Helena mendadak tidak datang sesuai jadwal pemeriksaan ke kamar rawat Rossie. Terhitung tiga hari berturut-turut, tak ada kabar dari sang perawat yang biasanya menyapa dengan senyuman serta gurauan ketika memasuki ruang rawat Anyelir

𝙋𝙍𝘼𝙉𝙆!

"Ibu, apa yang kau lakukan? Kenapa kau menumpahkan semua makanan ini?" Sarah Putri kandung Rossie yang saat itu sedang berkunjung terkejut ketika ibunya tiba-tiba mengibas kasar satu set makanan di hadapannya, menyebabkan makanan berserakan di lantai. Air muka sang Ibu pun terlihat masam.

"Aku mau Helena yang merawat ku. Kenapa sudah tiga hari dia tidak memeriksa ku?"

respon Rossie ketus.

"Helena? siapa maksud ibu?"

Merasa kebingungan dengan pernyataan ibunya, Sarah berusaha menenangkan Rossie. Sang Putri bertanya lebih lanjut perihal siapa sosok Helena yang dimaksud. Tak lama kemudian, Rossie langsung menjelaskan sosok Helena yang merupakan perawat kesayangannya. Setelah mendengar penjelasan sang Ibu, tanpa membuang waktu, Sarah segera mencari informasi mengenai perawat bernama Helena dengan segala koneksi yang ia miliki di rumah sakit.

Sayang, Sarah harus kecewa. Pasalnya, Ia mendapat informasi bahwa Helena sedang mengalami musibah. Mega Wijaya, ibu kandung Helena sedang terbaring koma selama tiga hari imbas ditabrak lari oknum tak bertanggung jawab.

"Helena."

Tubuh Helena membeku, netranya membola sempurna, kantong plastik yang ia genggam bahkan terjatuh ketika melihat sosok yang memanggilnya di lorong rumah sakit_di mana ia hendak menuju ruang ICU tempat ibunya dirawat.

"Ne-nek Rossie?"

Helena merespon terbata-bata melihat sosok Rossie mengenakan pakaian khusus pasien sudah ada di sana ditemani oleh Sarah.

"Kemari lah, Sayang."

Sarah membantu ibunya yang duduk di atas kursi roda untuk bangkit. Netra wanita paruh baya itu berkaca-kaca seolah turut merasakan kesedihan yang sedang mendera Helena. Ia lalu bergestur merentangkan kedua tangan, ingin memeluk sang dara. Seakan tersihir oleh gestur Rossie, Helena melangkahkan kedua tungkai cepat, menyambut pelukan sang nenek.

"Hiks!"

Cairan bening tumpah ruah seketika sesaat setelah Helena masuk ke dalam dekapan hangat Rossie. Kesedihan yang mati-matian ditahan, kini luruh tak terbendung dalam pelukan. Sang perawat menangis jadi-jadinya sementara Rossie hanya diam sembari membelai surai panjang bergelombang milik Helena. Tak tahan dengan situasi penuh emosi di hadapan nya, air mata Sarah turut mengalir, merasakan kepiluan yang mendalam seorang Helena. Satu minggu setelahnya, Helena harus kembali menelan pil pahit. Pasalnya, kondisi sang ibu yang sedang koma belum juga menemukan titik terang. Kini, masalah baru sudah menunggunya. Helena harus berhadapan dengan biaya perawatan yang mulai membengkak untuk sekedar menopang kehidupan Lisa dengan alat-alat medis. Kesulitan Helena ternyata sampai ke telinga Rossie. Dengan segala kekuatan serta koneksi yang dimiliki, Rossie diam-diam membayar dan menjamin seluruh biaya Ibu Helena sampai ia tersadar dan pulih nanti.

Beberapa hari setelahnya Helena sebagai wali satu-satunya sang Ibu sangat terkejut setelah mengetahui bahwa Rossie lah yang membayar seluruh tagihan Rumah Sakit. Dengan penuh urgensi, detik itu juga Ia berlari menuju ruang rawat Anyelir hendak meminta penjelasan wanita paruh baya itu.

"Nenek apa yang kau... "

Sepertinya, Helena datang di waktu yang kurang tepat. Ucapannya terjeda kala ia membuka pintu, ruangan Anyelir tengah dipenuhi oleh sekumpulan orang sedang mengelilingi sang nenek yang terbaring lemah di atas brankar.

"Ha-zel ke-marilah," pinta suara terbata-bata milik Rossie dengan maksud agar Helena mendekati brankar miliknya. Walau sedikit ragu, gadis itu pun manut. Ketika Helena perlahan berjalan mendekat, netra gadis itu menangkap sosok pria tinggi, berjanggut tipis yang cukup menarik perhatiannya. Berbeda sendiri pria itu memakai jas berwarna maroon, sementara anggota keluarga lain kompak memakai outfit serba hitam. Tak lama, sang pria turut menoleh ke arah Helena dan mata mereka saling bertemu. Cukup lama saling bertatap intens terjadi, seakan terselip makna lain di dalamnya.

Terpopuler

Comments

Tika Woy

Tika Woy

.

2023-05-31

0

Tika Woy

Tika Woy

Up

2023-05-31

0

Windy

Windy

Author yang terbaik👍💯

2023-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!