Dokter mulai membuka ikatan kain di lutut Nurza lalu berkata, " Dek tahan sebentar ya, saya keluarkan dulu getah kudo, setelah ini kaki kamu akan saya jahit," Ucap Dokter Baya. Dengan perlahan Dokter Baya mengeluarkan getah kudo di lutut Nur. Setelah itu, lutut Nurza di beri obat cair antiseptik pada luka menganga di lutut Nurza. Dokter mulai menjahit luka sayatan Nurza.
Selama proses penjahitan sedang berlangsung, Nurza merasakan sakit yang luar biasa di lututnya, sampai-sampai Nur ingin menghentikan Dokter Baya.Dengan sabar Dokter Baya mencoba menenangkan Nurza dengan berkata, "Sebentar lagi dek, ini hampir selesai, tinggal beberapa jahitan."
Padahal Nurza sudah di beri obat tidur melalui lukanya. Mungkin obatnya tidak mampan di Nurza hingga membuat Nurza menangis meraung-raung disertai teriakan. Begitu berisiknya Nurza di ruangan tersebut, sampai ada yang menutup kuping, ada juga yang mencoba menenangkan Nurza agar tidak teriak. Mama Urmi juga menenangkan Nurza dengan mengigatkan janjinya agar Nurza diam dan tidak mengganggu pasien yang lain. Nurza pun diam sampai pada akhirnya proses penjahitan luka sayatan selesai. Setelah selesai Nurza,Mama,kakak dan adik segera bersiap pulang. Sebelum itu, Mama mengurus biaya penjahitan Nurza serta menebus resep dokter.
...----------------...
"Sebenarnya aku...", ucapan Nurza terhenti, 'Apa aku cerita aja sama mereka, TAPI...,' Batin Nurza.
"Plak," Vira memukul lengan Nurza yang sedang melamun.
"Auh, sakit tau," Ucap Nurza manyun.
"Kamu sih di tanya, malah melamun. Nanti kesambet setan baru tau rasa, puptsss," Ucap Vira menahan tawa sambil memegang perutnya.
"Bener tuh, nanti kamu kesambet nanti kami yang repot," Ucap Risma mengiyakan ucapan Vira.
"Huuh, kalian ini malah bicara yang tidak-tidak, mana ada setan yang berani padaku, hahaha. Seumur-umur aku gk pernah tuh dirasuki ama yang namanya setan, hahahahaha," Ucap Nurza tertawa terpingkal-pingkal.
"Hahaha," Ucap tawa Risma dan Vira
"Sudah berhenti ketawa, kita ke lapangan sekarang, udah lama kita ngobrolnya," Ucap Nurza mengalihkan perhatian kedua temannya.
"Lah...kamu yang lama ngelamun, kita aja sudah nunggu cerita kamu dari tadi," Ucap Vira menatap Nurza.
"Nurza, ngak usah alihkan pembicaraan, kamu tinggal jawab aja, apa susahnya, sesulit itukah kamu cerita kekita," Ucap Risma
"Itu...aku terjatuh dari motor, jadinya lutut aku dijahit deh," Ucap Nurza berbohong. Nurza tidak ingin masalah keluarganya di ketahui orang lain, termasuk teman baiknya. Walaupun Nurza tau kalau teman-temannya pandai menyimpan rahasia, tetap aja Nurza tidak mau menggumbar masa lalu dirinya dengan keluarga.
"Lah...kenapa kamu bisa jatuh?" Tanya Vira belum bisa percaya dengan kata-kata Nurza.
"A..ku...saat itu ngantuk, tanpa sadar aku lepaskan tangan aku dari pelukan Tante Yani. Itulah yang membuatku jatuh karena ngantuk berat," Ucap Nurza berusaha tidak gugup, agar mereka percaya.
"Oooooo...gitu," Ucap Vira dan Risma bersamaan.
"Ayo, kita ke lapangan sekarang," Ajak Nurza. Vira dan Risma mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju lapangan. Terlihat semua teman sudah berkumpul. Ketiganya turut ikut bergabung ke barisan.
Siswa kelas 11 IPA 2 sedang melakukan pemanasan, berlari keliling lapangan sebanyak 10 kali putaran. Setelah pemanasan mereka lanjutkan dengan permainan Bola basket. Bel pun berbunyi, pertanda jam pelajaran telah usai. Mereka kini bubar, menuju ke kantin. Sesampainya dikantin, Nurza,Vira, dan Risma berpapasan dengan seseorang pria.
Pria itu menyapa Nurza, "Hai Nurza, apa kabar?" Tanya Ilham.
"Hai juga Oppa, aku baik-baik aja. Oppa tidak usah terlalu khawatir gitu," Ucap Risma Mendekkat ke arah Ilham. Bukannya Nurza yang menjawab malah Risma yang lebih dulu jawab.
Melihat itu Nurza hanya bersikap cuek dan pergi begitu saja tanpa menoleh.
"Haha...kasian amat di cuekin gitu," Ucap Vira mengejek Ilham. Lalu Vira pergi menyusul Nurza.
"Jangan dianggap ucapan Vira, Oppa. Dia emang gitu orangnya," Ucap Risma sambil menyentuh bahu Ilham.
"Jangan sentuh aku!" Ucap Ilham menepis tangan Risma, "Dan satu lagi, tidak usah sok akrab. Aku nggak suka sama kamu, jadi menjauhlah", sambungnya lalu meninggalkan Risma begitu saja sambil berjalan menuju kursi kantin.
"Ada apa, Bro?" Tanya Ari penasaran.
"Haha, palingan di cuekin lagi sama Nurza," Ucap Aqsal.
"Huuuuh," Ilham membuang napas kasar
"Sabar Bro jangan pantang menyerah, gini aja gimana kalau kamu coba deh kesana temui Nurza, terus kamu nyanyiin lagu yang nyertain perasaanmu, Bro. terus kalau sudah selesai kamu nyatakan perasaan kamu secara langsung," Usul Ari
Sedang Aqsal bangkit dari kursi kemudian mengambil sapu, "Nih bro MIC nya, silahkan nyanyi...putpppp..," berusaha menahan tawa.
"Hah! Kamu gila ya, sapu dibilang MIC. Kalau aku pakai sapu itu, yang ada image yang ku jaga selama ini, hancur. Dasar teman nggak ada akhlak," Kesal Ilham.
"Kayaknya seru jika kamu pakai sapu ini buat nyanyi. Kamu pakai aja, Bro. Tidak ada salahnya juga, lagi pula nggak ada MIC disini toh, anggap saja itu MIC," Ucap Ari menimpali.
"Lah bro, kenapa malah ngedukung dia sih, bukannya memberi solusi yang lain ini malah....," Kesal Ilham yang di potong Aqsal.
"Santai bro, jangan marah-marah gitu nanti cepat tua...hahaha," Ucap Aqsal tertawa.
"Nye...nye...nye, kamu tuh yang tua," Ucap Ilham kesal.
Saat ketiganya asyik mengobrol, di sisi lain tampaknya Nurza sedang mengobrol dengan Risma dan Vira.
"Nurza, kenapa kamu cuek gitu sama Ilham, padahal dia kan suka sama kamu. Liat aja tatapanya itu kayak berharap banget sama kamu," Ucap Vira.
"Iya aku tau, sebenarnya aku juga...," Ucap Nurza langsung di potong Risma.
"Vir, kalau Nurza tidak suka sama Ilham, seharusnya kamu jangan maksa dia suka," Ucap Risma kesal.
"Yeeee...bilang aja cemburu, nggak usah ngegas gitu kali. Biasa aja, atau jangan-jangan kamu...," Ucap Vira penuh selidik namun dipotong Risma.
"Aa...ku, tidak pernah maksa Nurza. Dia jauhi Ilham karna keinginanya sendiri," Ucap Risma gugup membuat Vira heran.
Melihat Risma gugup Nurza pun ikut bicara, "Ayo kita makan saja, tidak baik makan sambil bicara," Ucap Nurza.
"Tapi...," Ucap Vira.
"Iyya bener kata Nurza, kita makan saja dulu, nanti aja bicaranya," Ucap Risma.
Vira sudah tidak bicara lagi, mereka makan dengan tenang. Tiba-tiba ada seorang cowok yang menghampiri Nurza. Cowok yang mamakai kacamata itu menyapa Nurza.
"Hai Nurza, aku boleh nggak duduk disini?" Ucap Alif.
"Hmm, duduklah. Ak...," Ucapan Nurza dipotong Risma.
"Nggak boleh. Kamu mending pergi dari sini, ganggu nafsu makanku aja. Sana cepetan pergi, kenapa masih berdiri disitu," Usir Risma sembari menatap tajam Alif.
...《BERSAMBUNG》...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments