DENGAR

Sehan mengucek matanya,mendengar suara piring berdentum pelan,telah membuat nya sadar serta kembali dari alam mimpi.

Ia beranjak bangkit ketika melihat ibu nya tengah mempersiapkan makan siang bagi putri serta pacar nya.

Dirgan pernah datang kesini beberapa kali.Itu pun jaman mereka kelas sepuluh.ibu Sehan tidak merestui hubungan mereka sebab Sahan masih menginjak sekolah menengah.

Namun,sekarang mereka sudah beranjak dewasa.Tidak papah menjalani hubungan,lagi pula sekolah mereka hampir selesai.

Sehan menghela napas nya takala Dirgan tertidur dengan posisi yang Sahan pikirkan sangat tidak nyama.

Ia tersandar kaku pada sandaran sofa dengan kedua lengang ber otot nya yang melipat di depan dada.Sejak kapan Dirgan sejauh ini sekekar ini.Ia tidak cocok menjadi ank SMA dengan tubuh atletisnya.

Kancing-kancing seragamnya pun harus berusaha kuat untuk menutupi tubuh Dirgantara yang belum membeli seragam baru.Entahlah,setatus Ayah nya yang menjadi kepala sekolah,sudah menjamin kehidupan Dirgan ia berasal dari orang berbeda.

Tidak mungkin,tidak mampu membeli seragam.

Sahan mengusap lembut pipi Dirgan yang sepontan membuka maniknya perlahan.

"Tidur yang benar nanti lehermu sakit"ucap Sahan.Bisa repot juga urusan nya,bila Dirgan nanti mengamuk karna Sahan tidak membenarkan posisi tidur nya.

Ia juga duku pernah mendapat cubitan karena Dirgan keseleo Karan Mai basket,namun peria ini menyalahkan nya karna Sahan menggangu pokus Dirgan ketika ia berinteraksi dengan peria lain.

"Usap lagi...."lirih Dirgan

"HM"

"Pipiku"pinta nya.Sahan menggulirkan pandangan kaku,kepada ibu nya yang sudah kembali kedapur.Sahan memperhatikan Dirgan yang memejamkan mata hitbat saat perasaan nya bergemuruh.Dirgan berusaha untuk memendamnya.

Sahan kemudian mengusap pipi Dirgan dengar napas yang berat.

"Kamu di dinding masalah?"tanya Sahan.Sikap Dirgan membuat Sahan sedikit khawatir,sebab Dirgan belum menunjukan sipat aslinya seperti dulu.

Sahan takut,membuat dirinya keliru memberikan penilaian kepada Dirgan yang cukup memberikan perhatian dan waktu sela dua hari ini.

"Banyak"Sahan segera bergeser ketika ibunya kembali kedapur.Beliau menenteng paperbeg berisi makanan untuk makan siang semuanya.

"Nak ibu pergi dulu kekantor Ayah,kamu makan yah dengan Dirgan setelah ia bangun,ibu sudah siapkan makanan"jelasnya

"Ibu masak apa"tanya Sahan.Ia beranjak pergi saat ibunya mau pergi keluar dan mengantarkan makanan untuk ayahnya. Sehan menengok isian di meja makan yang ibunya cukup pedas ia hingga narik napas.

Keluarga mereka memang suka makanan tersebut. Namun Dirgan merupakan manusia yang kekar dan garang yang sensitif terhadap cabai dan merica.

"Baiklah, makasih banyak bu"ucap Sahan.Ia mengantar ibu nya sampai depan pintu,wanita paru baya ini menaiki taxi online setiap hari untuk mengantarkan makanan untuk suami nya di kantor polisi.

Ayah Sahan sedikit kesulitan bila harus memakan makanan yang di luar,setelah seseorang pernah berusaha meracuni nya.

Alhasil istrinya yang khusus terus memasak untuk nya, meski beliau ada di luar kota sekalipun ketika bertugas.

Sahan dan adiknya Serena memang sering di tinggalkan.Namun mereka tahu kesibukan orang tuanya dan sudah mandiri.

Ia melihat jam yang sudah menjukan pukul satu siang.Dirgan pun belum sarapan serta hanya memakan kacang almon yang hanya tersisa setengah toples.

"Kamu mau memesan makanan?ibu memasak makanan yang pedas semuah"tanya Sahan.Dirgan menarik napasnya takala ia menegakan badan serta meraih air minum.

"Aku tidak suka pesan makanan,rasanya berubah dijalan"timpal Sahan.ia mendengus sebal satu lagi yang merupakan hal rumit dari seorang Dirgantara,dia selalu beralasan agar Sahan memasak.

Ia lantas membuka kulkas yang isi nya telor, wortel yang tersisa ibu Sahan belum berbelanja.

"Cuma ada telur kamu mau?"tanya Sahan

"Boleh"ucap Dirgan.Ia masuk kedalam dapur takala Sahan dengan sigap membersihkan wortel serta memotongnya tipis.

Ia akn mengolah makanan yang ada,masa bodi jika Dirgan tidak memakan nya nanti.

Meski Sahan kaget Kalla Dirgan .memeluk nya dari belakang.sontak saja hal tersebut membuat Sahan berbalik hingga akn mendorong dada Dirgan,meski ia terpaku diam ketika dirinya merasakan atmosfer yang cukup mengerikan

Bagai mana cara Dirgan menatap nya tajam dengan manik merah sehabis bangun tidur ini berhasil menyergap Sahan dalam perasan yang tidak menyenangkan.

"Kamu tidak menayakan masalahku?"tanya Dirgan

"A-akan ku tanyakan gausah begini"ucap Sahan gugup.Ia meraih lengan Dirgan yang melingkar di pinggang nya.Mencoba untuk melepaskan otot tersebut sebab ini terlalu jauh dari intens bagi mereka yang baru ketemu.

Namun lengan Dirgan malah memperkuat semuanya. Raga Sehan semakin mendekat,pada Dirgan yang terus menyudutkan dirinya dengan meja kitchen set.

"Aku sudah ingin menayakan nya dari kemarin,namun keadaan tidak memungkinkan itu.kurasa,sekarang kau sudah membaik,dan aku pun sudah tidak sabar"jelas Dirgan

Sehan hanya bisa menatap dada Dirgantara saat dirinya bisa merasakan napas peria ini yang sedang menderu tengah menutut sebuah kebenaran yang ingin Seaha hindari.

Tentu saja Dirgan pasti tahu,walupun Sahan menutupi nya hubungan dengan orang lain.

"Kamu berselingkuh dengan ku Sahan!?"ucap Dirgan

"Ti-tida"ucap Sahan

"Kenapa kau terlihat gugup?"

"Karna kamu terlalu dekat......"timpal Sahan

"Tatap aku"pinta Dirgan.Sahan mencengkram kedua tangan Dirgan yang memberikan penekanan kuat padanya hari ini.Sahan belum sembuh sepenuhnya dari luka yang intan torehkan.

"A-aku seperti nya harus istirahat"

"Tatap aku!"tegas Dirgan.Napas Sahan menderu ketika ia sungguh untuk mengikuti apa yang Dirgan katakan.Peria ini mencengkram rahang Sahan hingga pemiliknya berserobok pandangan dengan Dirgan.

"Kau meragukan sekali......jadi yang mereka katakan itu benar!"

"Tidak"sahut Sahan

"Jangan membodohi ku!"

"Aku tidak melakukan yang salah Dirgan"sahut Sahan.Nada nya meninggi bersama dengan emosinya yang ia pendam.

Dirgan emang masih salah memilih waktu,karna sampai sekarang pun,Sehan belum tenang untuk teragedi temanya intan.

Emosinya yang belum setabil yang hanya karna tidur singkat yang menenangkan

"Aku ......... memang berpacaran dengan seseorang beberapa waktu lalu.Tapi aku pikir ini tidak masalah,karna memang aku ingin bersama nya"jelas Sahan

Ia pun pada akhirnya melawan tatapan Dirgan karna Sahan mulai muak dengan peria ini.Emosi nya ikut tumpah dengan bersamaan dengan ingatan lain yang bercampur aduk dalam ingatannya.

Andai saja Sahan tidak memikirkan Dirgan serta mendengarkan intan, mungkin kejadiannya tidak akan sejauh sekarang.

"Berbeda dengan mu aku merasa kita punya hubungan yang perlu aku jaga.Selama ini pun kamu yang selalu memaksa.Aku tidak berselingkuh.Kamu tidak berhak mengekang ku,karna selama ini aku tidak pernah menganggap mu pacar Diraga"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!