Dirgan mengusap suraynya Frustasi saat Sahan berteriak di hadapannya.Sabun cuci tangan pun menetes lengket dari seragam Dirgan ketika Sehan melemparnya dengan sebotol cairan tersebut.
Untung saja,guru Novia yang berada di sekitar Sanah pun langsung menghampiri dan memeluk Sahan yang menangis histeris.
"Dirgan,bawa dia ke UKS"titahnya,Sahan menggeleng cepat serta berteriak tatkala Dirgan menyentuhnya.Dia bahkan tak menghindarkan apapun selain mengangkat Sehan yang memberikan tamparan serta pukulan kuat pada dadanya.
Sehan sudah menggila tiga kali di sekolah.Semua siswa hampir mengira Sahan gila seba hanya dia satu-satunya yang tahu kenapa intan meninggal.
Rahasia yang di pendam sendiri atas kematian intan,jelas merupakan beban berat bagi Sahan.Meski bukan hanya dia yang mendengarkan apa yang terlontar dari mulut Intan.
Degun pun si anak baru mendengarnya dengan jelas, hanya saja dia menunggu Sahan mengatakan nya terlebih dahulu.
Bila memang Sahan tidak kunjung mengatakan nya,itu berarti memang di rahasiakan.
"Bagai mana Degun"tanny Bu Novi.Degun menghela napasnya berat,ia menatap sejenak,kontak yang menjadi sebab kenapa dirinya ada di sini.
Degun merupakan siswa pindahan sebab ia di duga sudah melakukan penindasan, pelecehan,merokok,mabuk dan melakukan tindakan keriminal.
Bu Novi sebagai wakil kepala sekolah serta merupakan walikelas sosial dua ini,telah mengundang Degun untuk menyelidiki perkara yang terjadi di sekolah purple winter.
Degun berpenglaman dalam penyelidikan.Ia sudah membantu para detektif memecahkan kasus di kompleks rumah nya.
Meski beberapa bulan kemudian kasus-kasus yang mencoreng nama baik Degun pun,telah membuatnya telah di cap menjadi siswa yang harus di keluarkan.
Untung saja Bu Novi pandai mencari orang,dan mau menampung Degun di sini.
"Aku tidak ingin terlibat lagi dalam masalah Bu guru,biarkan aku lulus dengan tenang.Atau lebih baik aku gasekolah lagi saja"jelas Degun
"Aku akan membuatmu lulus dengan cepat,itu persyaratan dari Ayah mu agar kau bisa pulangkan"sahut Bu Novi.Daegun mematri atensi intens kepada Bu Novi yang mengulas senyuman samar.
Dia benar-benar tahu apa yang sedang di hadapi Dageun sampai memangpaat kannya seperti ini.
"Mabuk?merokok?pelecehan?Aku akn menghapus semu rumor itu untuk mu dan mengganti nya untuk Ziya"tegas Bu Novi.Degun mengeraskan rahangnya ia mengepal erat takala Bu Novi beranjak bangkit dan menyodorkan kontak keduanya semakin dekat kontrak perjanjian keduanya.
Di mana Degun akn menyelidiki tentang korupsi serta kematian intan yang membawa nya kemeja hijau.
Guru Novi terlihat sibuk,lantaran ia pun harus kembali ke ruangan UKS di mana Sahan masih merintih pelan dan di temani teman-temannya.
Sahan tidak kuat kala bayang-bayang intan menghantuinya.
"Kamu bisa gila Sahan,jangan memendam nya sendiri"ucap Lisa.Iya memeluk Sahan yang melirih.Likiran nya kacau Karan hanya Dirgan yang ia lempar hanya pakay botol sabun ini pun berkecamuk menjadi satu.Sudah jelas,peria itu akan sangat marah besar.
"Sudah cukup Sahan,tidak masalah membaginya dengan kami"lontar Bu Novi.Ia menutup pintu UKS serta mendudukkan diri di hadapan Sahan yang sesegukan lemas.
"Tidak masalh membicarakan nya dengan kami, karna jika kamu mengatakan apa yang kamu tahu,ini akan mempermudah para penyelidikan untuk mengungkap kan kematian intan"jelasnya
Bu Novi mengusap kedua pipi Sahan dengan mata bengkak nya.Sahan terlalu banyak menangis.Ia di hantui tau wajah intan sebelum dia berakhir hancur di kolam ikan.
"Orang tuanya membutuhkan kejelasan Sahan.Mereka haru tau,kenapa mereka bisa kehilangan putri mereka.kami harus tahu agar intan tenang di sana.jelas Bu Novi
"Tapi intan hanya ingin membicarakan ini dengan ku.Dan,aku.......tidak mendengarkan dia.Aku menghindarinya karna aku sedang emosi"rintih Sahan
Ia memejamkan matanya yang terasa perih,tapi tidak bisa nenagis kepergiannya.Belasan menit Sahan sesegukan hingga air mata nya kering.
Dirgan pun ikut masuk ketika Sahan sudah dalam keadaan tenang dan dia sudah berganti pakai baju olah raga.
"Bagaimana?"tanya Dirgan
"Belum,Sahan baru berhenti nangis"ucap Agus.Keempat temannya tahu persis bagai mana,Sahan menderita waktu kelas sepuluh dahulu oleh Dirgan.Mereka jelas,tidak menyukai peria itu.
"Biar aku yang berbicara dengan nya,kalian boleh tunggu di luar,Sahan butuh ketenangan"ucap Dirgan.
Dia memegang kedua bahu Sahan yang bersandar pada Ceristal.Sahan celingukan sebab temanya termasuk guru Novi pergi keluar dari ruangan yang menyisakan dirinya dengan seorang iblis.
"A-aku minta maaf mengenai tadi"ucap Sahan gugup.jangan sampai,ia menambah kepelikan dalam hubungan dirinya dengan Dirgan serta memburuk berbagai keadaan.
"Tidak masalah"sahut Dirgan.Ia mengusap kedua sudut mata Sahan yang semakin membengkak dan tambah besar.
"Aku akn menyuci baju seragamu nanti"ucap Sahan
"Deil"Dirgan menundukkan kepalanya di hadapan Sahan.Menggeserkan kursi tersebut mendekat serta mengungkung Sahan serta menggenggam samping kasur pasien.
"Ayah intan kemarin mengamuk di ruang guru,dia ingin penjelasan soal kematian ank nya.ibu nya sering pingsan karna ia tidak terima putri nya meninggal tanpa sebab.Ini bukan mengenai sebuah rahasia Sahan,melainkan kebenaran.Mereka ingin tahu apa yang terjadi dengan intan,supaya ia bisa beristirahat dengan tenang"jelas Dirgan
Ia mengulas senyum nya tatkala melihat bibir bergetar Sahan yang tak bisa menahan bulir airnya mengalir deras.
"Aku sedang emosi....I-intan mendatangiku dengan pipi merahnya,dia.......Dia seperti habis di pukul-pukul.Tapi.......tapi aku menghindarinya"ucapan Sahan sesegukan
"Kapan itu"
"Empat hari....sebelum dia******"Sahan memperkuat suara Iskan nya setelah mengucapkan kata yang cukup menyeramkan untuk di lontarkan.
Di mana akhirnya Dirgan pen berdiri serta menangkup wajah Sahan yang terlalu banyak menangis.
"Apalagi"Desak Dirgan
"Roknya berdarah,tiga hari sebelum ia pergi.Aku juga menghindarinya.ku pikir dia datang bulan"lirih Sahan
"Sahan katakan semuanya"
"E-sok nya ia kerumah untuk bicara,tapi....tapi lagi-lagi aku menghindar.Harusnya aku dengarkan dia............Harusnya aku bicra dengan nya"
"Sahan"
"Seharus nya aku gangabaikan dia,ini semua salahku"
"Sahan!"
"Dia tidak punya teman karna-"
"Sahan!"
"Dia hamil"teriak Sahan.Agus dan yang lainnya termasuk.Bu Novi kaget untuk pengakuan Sahan
"Dia mengaku saat mau menjatuhkan diri,dia bilang........Andai saja aku mendengarkan dia.Seharus nya aku tidak boleh emosian dan menghabisi nya seharusnya aku-"Sehan merintih kembali ketika beban di pundaknya tiba-tiba runtuh.
Bersamaan dengan dekpan Dirgan yang mengusap pucuk kepalanya.
"Tidak masalah....ini bukan salahmu"
********
Keesokan harinya,perkara intan pun kembali merebak,kali ini mereka mempertanyakan,siapa periya yang mempertanggung jawab terhadap intan.
Investigasi kembali di buka,semua teman intan mendapat investasi termasuk Sahan yang lemas.
Ia akhirnya ia tidak masuk sekolah,serta di lanjutkan untuk beristirahat di ruamah.Dirgan pun menemani Sahan ketika dia kedatangan tamu yang tak di undang.
Polisi tersebut terus mengorek informasi apa saja yang Sahan ketahui tentang intan, mereka harus cari penanggung jawab dari ank yang intan kandung.
Mungkin,Sahan bisa memberikan informasi lebih"Hanya itu......yang aku tahu"lirih Sahan
"Nona Sahan anda harus memberikan jawaban yang sefesipik untuk kami.Tolong jangan memper sulit katakan yang-"
"Cukup,dia bilang hanya itu"potong Dirgan,ia menatap datar polisi yang baru mendapatkan catatan sedikit dari Sahan.
"Maaf nak Dirgan kami harus-"
"Dia bilang hanya itu,kau tida dengar?Sahan pun masih sakit harus mengingat kesehatannya"Tegas Dirgan
Kemudian polisi tersebut menggulirkan pandangan kepada Sahan yang wajah pucat nya.Ia sudah mengedipkan mata nya perlahan saking berat nya untuk terjaga.
"Baiklah,kami akan kembali bila membutuhkan informasi tambahan,semoga anda lepas membaik"pamitnya.Polisi tersebut akhirnya beranjak bangkit dan pergi setelah dua jam lama nya terus menghujami Sahan dengan pertanyaan.
"Terimakasih...."ucap Sahan
"Tidak masalah aku pun,sama tidak sukanya melihat tatapan nya kepada mu.Terlalu intens."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments