Aurora bergegas pulang, Dengan melajukan motornya cepat. Setelah sampai di rumah, Aurora langsung berlari untuk mencari keberadaan sang ibu.
"Non, sudah pulang?" Tanya suster di hadapan Aurora.
"Hm, Mana mama?"
"Ibu di kamar non.." Jawab sang suster dengan takut.
Aurora langsung bergegas menuju kamar ibunya, Yang ternyata sedang melempar semua barang yang ada di kamar, Sampai membuat kamar itu menjadi berantakan, Seperti kapal pecah.
Aurora yang melihat keadaan ibunya dengan kamar yang berantakan hanya menghela nafas kasar. Ia memberanikan diri untuk menghampiri ibunya.
"Ma, Sudah jangan marah-marah terus. Ini Ara datang mah" Ucap Aurora yang duduk menghadap di depan ibunya.
Tanpa di duga, Ternyata ibunya malah menjambak rambut Aurora dengan kuatnya, Sampai kepala Aurora mendongak ke atas.
Plak,,, Plak
"Anak kurang ajar, Sialan kamu. Dasar Bodoh!"
Bughh,,,
Setelah di tampar, Dan di jambak. Aurora lagi-lagi mendapat benturan di kepalannya dengan keras, Sampai membuatnya jatuh tersungkur ke bawah.
Aurora hanya diam, Tanpa meringis merasakan sakitnya kekerasan yang ibunya lakukan, Ataupun menangis. Karna percuma saja, Mau menangis sekuat apapun ibunya akan tetap memukulnya, Untuk melampiaskan rasa amarahnya.
Suster dan Mbok Mina, Yang melihat semua perlakuan sang majikan pada anaknya pun, Merasa iba pada Aurora. Mbok Mina yang akan masuk menolong Aurora pun, Di hentikan oleh Aurora, Dengan mengangkat sebelah telapak tangannya.
Aurora terus-menerus, Menerima pukulan dan tendangan dari ibunya. Dia hanya diam, Dengan menatap sang ibu sendu.
"Jika dengan aku terluka, Bisa buat Mama lega. Aku ikhlas mah," Batin Aurora yang hanya terus diam, Mendapat pukulan dari sang ibu.
Setelah di rasa cukup puas, Menyalurkan amarahnya. Lina langsung diam duduk termenung, Dengan kepala menunduk.
Aurora yang melihat sang ibu, Sudah tidak memukulinya pun langsung menghampirinya, Dengan duduk bersimpuh dan menggenggam tangan sang ibu.
"Mah, Sudah ya. Ayo mamah makan dulu, Trus minum obat ya" Ucap Aurora dengan pelan, Menahan sakit di sekujur tubuhnya.
Lina langsung menatap Aurora dengan tatapan nanar.
"Kamu, Kamu Mira kan. Mira anak mamah, Sayang,,, Hiksss"Ucap Lina dengan menangkup wajah Aurora, Yang lina kira itu adalah Mira adiknya Aurora.
"Ini Ara mah, Bukan Mira. Ini Ara anak mamah juga!" Seru Ara yang merasakan sakit hatinya, Karna selalu saja tidak di anggap oleh ibunya.
Lina langsung menatap tajam Aurora, Lalu mencengkram kuat wajah Aurora dengan kuat, Dan gigi bergelamatuk.
"Mah, Udah. Cukup mah!, Maafin Ara jangan marah lagi" Ucap Aurora dengan merasakan panas di pipinya, Karna cengkraman yang kuat dari sang ibu. Dengan kuku-kuku tajamnya yang menancap di pipi Aurora.
Lina langsung tersadar, Dan menghempaskan Aurora dari genggamannya dengan kasar.
Aurora langsung bangkit, Dan mengambil obat untuk di minum Lina, Agar tenang tidak mengamuk lagi.
"Minum dulu obatnya, Yah mah. Trus mamah istirahat" Seru Aurora dengan menyodorkan pil obat serta air minumnya ke hadapan wajah lina yang sedang termenung.
Lina hanya diam tidak menjawab, Lalu mengambil obat dan meminumnya.
Aurora langsung tersenyum tipis, Dan membopong sang ibu menuju tempat tidur, Untuk istirahat.
"Sekarang mama tidur dulu yah, Istirahat yang cukup" Ucap Aurora dengan mengelus-ngelus tangan sang ibu.
Lagi-lagi Lina hanya diam tak menjawab pernyataan Aurora.
Setelah melihat sang ibu tertidur pun, Aurora bergegas keluar kamar. Lalu menghampiri Mbok Mina.
"Ibu sudah tidur ya non?"
"Hmm, Mbok beresin aja yah, Kamar mama. Aku mau ambil minum dulu"
"Non tunggu, Itu luka non. Biar Mbok obati yah?" Tanya Mbok Mina, Yang prihatin melihat keadaan Aurora yang berantakan, Sampai lebam-lebam di wajahnya.
Aurora hanya menggelengkan kepalanya, Dia malah menanyakan kemana suster Ema pergi.
"Gak usah Mbok, Ara bisa sendiri kok. Oh ya, Dimana suster Ema Mbok?"
"Itu non, Katanya suster Ema undur diri. Karna gak kuat hadapin ibu"
Aurora hanya menghembuskan nafas kasarnya, Ia sudah tahu kenapa suster Ema mengundurkan diri. Karna ini bukan yang pertama kali baginya, Jika semua suster tidak sanggup menjaga sang ibu yang dalam keadaan mengamuk.
Di sisi lain, Kini Ares masih penasaran dengan sosok Aurora. Yang menurutnya telah menarik perhatian nya, Ia kini sedang menuju kelas Aurora yaitu kelas,11ipa 2.
"Heeh tunggu, Maaf gua mau nanya. Lo murid kelas ini kan?" Tanya Ares, Yang langsung di angguki siswi tersebut.
"Eum, Lo tau Aurora?"
"Oh si putri salju"Jawab siswi tersebut, Yang langsung membuat Ares mengerutkan keningnya.
"Maksud lo?" Tanya Ares yang masih penasaran kenapa Aurora di sebut dengan sebutan putri salju.
"Ya itu si Aurora, Kita di kelas biasa sebut dia si putri salju" Jelas siswi tersebut yang masih membuat Ares bingung.
"Kenapa di sebut putri salju?"
"Ya, Karna dia murid yang cuek. Dan terkenal dingin sama orang-orang, Makanya dia gak punya temen, Trus di kelas pun gak ada yang berani sama dia. Makanya kita beri dia julukan si putri salju"Jelas siswi tersebut yang langsung membuat Ares menganggukan kepalanya dengan mulut membentuk huruf O.
"Dia ada di kelas?"
"Dia udah pulang tadi, Katanya ada keperluan penting"
"Oh gitu, Thanks ya"Ucap Ares sembari melangkahkan kakinya pergi dari kelas 11ipa 2.
"Kok gua, Makin penasaran aja ya sama tuh cewek. Kayak misterius gitu" Gumam Ares dengan langkah kaki yang gontai.
***
Di kamar, Kini Aurora sedang memandang dirinya di depan cermin, Mulai dari wajah yang lebam dan bekas cakaran. Termasuk tubuh yang sudah banyak bekas luka nya.
"Sampai kapan?, Sampai kapan ya tuhan. Aku harus begini, Harus menutupi semua luka ini, Aku juga ingin hidup normal, Hidup dengan kasih sayang dari orang tua ku. Aku juga ingin berteman,Tapi kenapa hidup ini sungguh berat bagiku ya tuhan" Batin Aurora yang menangisi jalan kehidupannya, Seperti berbeda dari orang lain.
"Semoga setelah ini, Ada kebahagiaan. Dan semoga saja mama sembuh, Mau memaafkan dan menerimaku. Kuatkan aku tuhan, Kuat kan jiwa dan ragaku untuk menerima ini semua. Karna aku yakin, Engkau tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya"
Aurora langsung beranjak dari duduknya, Mengambil kotak P3K untuk mengobati lukanya sendiri, Karna ini sudah menjadi hal yang biasa Aurora.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu kamar, Langsung menghentikkan Kegiatan Aurora yang sedang mengobati lukanya.
Ceklek,
Pintu terbuka yang ternyata Mbok Mina.
"Non, Ini makan dulu. Bibi udah bawa makanannya untuk Non, Dari pulang sekolah non kan belum makan"
"Hm, Makasih Mbok.Taruh aja di atas nakas, Nanti biar Ara makan"
Mbok Mina langsung menuruti perintah Aurora, Setelah menyimpan makanan Mbok Mina tak henti-hentinya untuk membantu Aurora mengobati lukanya.
"Non, Biar Mbok bantu obati lukanya yah. Non duduk saja di tempat tidur"
Aurora yang sudah sangat lelah pun, Akhirnya mau. Dan menganggukan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments