Dear AURORA

Dear AURORA

Siapa Dia?

"Ayo dong semangat main basketnya, Masa baru gitu aja udah loyo. Payah Lo" Seru Alkan, Yang mencibir Ares, Karna baru saja bermain tapi sudah ngos-ngosan saja, Batin Alkan.

"Gua capeek, Mau istirahat dulu" Jawab Ares.

Tanpa aba-aba ternyata Alkan langsung melempar bola basket ke arah Ares, Ares yang melihat pun langsung menghindar. Dan tanpa di duga ternyata bola basket itu akan mengenai seorang gadis yang sedang berjalan di pinggir lapangan.

   Hap

Dengan sigapnya bola itu ditangkap, Membuat semua orang yang ada di lapangan menatapnya, Lalu ia langsung melempar bola tersebut ke arah ring dengan badan yang membelakangi.

Blus

Bola masuk dengan sempurna ke arah ring basket, Membuat semua orang yang melihatnya, Menganga tak percaya dengan apa yang di lakukan gadis itu, Tanpa basa-basi, Gadis itu langsung berlalu pergi. Tak memperdulikan tatapan semua orang padanya.

"Siapa dia, Kok gua baru liat?" Tanya Ares yang melihat kepergian Aurora.

"Oh, Dia Aurora. Kata murid disini sih, Dia anti berteman sama semua orang, Jadi gitu deh. Banyak yang bilang dia aneh" Jawab Livi, Sahabat dekat Ares dari kecil.

"Trus kenapa, Dia pake masker sampe gak keliatan tuh wajahnya?" Tanya Ares, Yang masih penasaran dengan sosok Aurora.

"Gak tau juga, Tapi dia emang setiap harinya gitu selalu nutupin wajahnya, Murid kelas nya pun bilang. Kalo dia selalu di juluki dengan sebutan si putri salju" Jelas Livi, Yang sedikit tahu tentang Aurora dari teman-temannya.

Ares hanya menganggukkan kepalannya dengan mulut membentuk huruf O.

"Baru kali ini gua penasaran sama cewek" Batin Ares yang masih melirik, Arah kemana Aurora pergi.

"Lo kenapa, Tanya-tanya tentang dia bro, Lo suka sama dia?" Goda Alkan dengan menarik sudut bibirnya menatap Ares.

Ares langsung mendengus kesal, Dengan sikap Alkan yang selalu saja menyebalkan baginya.

"Bego lo, Gua merasa aneh aja sama tuh cewek. Bukan suka, Gimana mau suka, Liat mukanya juga enggak. Lagian, gua baru liat tuh cewek" Jawab Ares dengan nada ketusnya.

Di sisi lain, Kini Aurora sedang menyendiri di ruangan musik, Itu sudah menjadi kebiasaanya untuk menyelimuti rasa kesepiannya.

Aurora duduk di depan piano, Jari jemarinya bermain dengan lincah memainkan alat musik itu, Ia selalu meresapi lantunan-lantunan musik yang ia ciptakan.

Tanpa terasa, Air matanya mengalir.

"Mama, Ara kangen mama yang dulu" Gumam Aurora dengan berderai air mata, Dan mata yang masih terpejam.

"Mira, Kamu lagi apa disana. Di sini kaka rindu kamu mir, Kamu tahu. Semenjak kamu pergi, Mama dan papa cerai. Trus sekarang mama lagi sakit mir, Yang lebih menyakitkannya, Mama benci sama Kaka semenjak kamu pergi, Kaka emang bodoh Mira, Kaka emang gak becus jaga kamu.Tapi kaka janji, Kaka akan buat mama bahagia Mir, Kamu yang tenang ya di sana" Batin Aurora dengan terus berderai air mata, Mengingat masa kelam itu. Masa yang dimana ia harus kehilangan adiknya.

Flasback 10 tahun yang lalu

"Kaka, Mau main ke taman" Rengek mira kecil yang masih berusia 5 tahun, Dan aurora berusia 7 tahun.

"Gak boleh mira, Disana bahaya banyak mobil" Jawab Aurora kecil yang melarang adiknya untuk keluar.

"Tapi mira mau main ke taman kak Ara" Seru Mira yang mulai menangis.

Aurora kecil pun hanya bisa menghela nafas kasarnya, Lalu ia menjawab akan meminta izin kepada ibunya.

"Yaudah, Kak Ara izin dulu sama mama yah. Kamu tunggu di sini!"

Mira pun mengangguk dengan semangatnya, Dan tersenyum ke arah sang kaka yang hendak pergi menemui ibunya.

Setelah sampai di depan pintu kamar, Ternyata ibunya dan sang ayah sedang bertengkar hebat. Sampai suara pecahan kaca pun terdengar di telinga Aurora, Yang langsung membuat Aurora terjingkat kaget.

Aurora pun langsung lari ke arah Mira.

"Gimana kak Ara, Mama izinin kan?" Tanya Mira dengan penuh harap.

Aurora langsung bingung, Jika ia terus di rumah. Takutnya, Mira mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Dan tidak ada jalan lain, Akhirnya Aurora pun dengan terpaksa membawa sang adik pergi ke taman.

"Hem, Ayo kita pergi" Jawab Aurora dengan pelannya.

"Yey, Akhirnya kita bisa jalan-jalan di taman" Seru Mira kecil dengan antusiasnya, Mengepalkan ke dua tanganya ke atas.

Aurora hanya tersenyum samar, Melihat kebahagian sang adik.

"Semoga hubungan mama sama papa, Lekas membaik ya tuhan" Batin Aurora kecil dengan penuh harap menatap Langit yang cerah.

Setelah sampai di taman, Mira langsung mengajak Aurora untuk bermain lempar bola.

Setelah di rasa lelah karna bermain, Mira pun langsung merengek untuk di belikan es krim pada Aurora.

"Kak Ara, Mira mau es krim itu" Tunjuk Mira pada pedagang es krim yang sedang di kerumuni anak-anak.

Aurora langsung memandang ke arah tunjukkan sang adik, Dengan kening berkerut.

"Oh kamu mau es krim itu ya?"

"Iya kak Ara, Ayo beliin"

"Heem, Kamu tunggu kaka disini yah. Jangan kemana-mana, Sebelum kaka datang bawa es krim nya!" Suruh Ara kecil, Dengan mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah mira.

"Iya kak Ara, Mira gak akan kemana-mana kok"

Aurora langsung pergi, Meninggalkan sang adik yang melanjutkan bermain lempar bola sendiri.

Saat sedang mengantri untuk membeli es krim, Aurora tak sempat untuk memperhatikan sang adik yang berlari kecil mengejar bolanya menuju jalan raya.

"Ih kok bolanya, Jauh banget sih. Sini dong bola jangan jauh-jauh menggelindingnya" Gumam Mira kecil dengan terus berlari mengejar bolanya, Sampai tak sadar ada mobil yang menuju ke arah Mira berlari.

TINNN..

BRAKKK

Dan seketika semua orang langsung mengerumuni, Melihat keadaan mira yang tertabrak, Dengan terhempas begitu jauh.

Aurora yang sudah membeli es krim pesanan Mira pun, Langsung membeku. Melihat sang adik yang tertabrak dengan begitu tragis.

"MIRAAAAAAA" Teriak Aurora kecil, Dengan berlari ke arah Mira yang sedang di kerumuni banyak orang.

"Hikss, Hikss Mira bangun Mira. Ini kaka udah bawa es krimnya. Ayo bangun Hiks.." Aurora kecil terus menangis dengan histerisnya.

Aurora menangkup kepala Mira yang sudah berlumuran darah, Dengan terus meraung.

Flasback Off

"Hiks,, Maafin kaka mira. Maafin kaka" Gumam Aurora dengan terus menggelengkan kepalannya dan mata yang masih terpejam. Mengingat masa lalu yang kelam, Yang masih lekat dalam ingatan nya.

Drrttt,,, Drrttt

Suara ponsel Aurora berdering, Yang langsung membuat tangis Aurora terhenti.

"Ya kenapa sus?" Tanya Aurora dengan suara parau.

"Aduh, Non gawat. Ibu ngamuk lagi, Saya sudah gak tahan dari tadi terus di pukul sama ibu" Seru suster, Dengan paniknya.

"Baiklah, Saya pulang sekarang" Jawab Aurora dengan datarnya, Dan langsung mematikan sambungan telponnya.

Aurora langsung bergegas keluar, Dengan mengelap sisa air matanya. Dan memakai masker untuk menutupi wajahnya. Dengan langkah tergesa-gesa Aurora langsung menuju tempat parkiran, Dimana ia menyimpan motornya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!