Chapter 4 : Ruang Musik

Setelah pelajaran olahraga berakhir, kelas Rachel tiba-tiba berteriak heboh. Microfon sekolahnya dengan nyaring memberitakan jika murid-murid diharuskan belajar secara mandiri sampai pulang sekolah karena guru-guru harus menghadiri rapat dadakan mengenai kebijakan baru sekolah.

Meskipun begitu, sulit untuk membolos keluar dari gerbang SMA tersebut karena penjagaannya ketat serta sanksi menyeramkan yang sudah menunggu bila nekat melakukannya.

Oleh sebab itu, beberapa siswa dan siswi lebih memilih berlalu lalang bermain ke kelas lain atau keluar untuk ngadem entah itu di perpustakaan, kantin, atau pun taman yang dipenuhi pohon rimbun di SMA Swarna.

Namun diantara riuhnya orang-orang tersebut, terdapat Rachel yang sedang menopang dagu dengan lesu. Ia terlihat tidak begitu tertarik dengan pengumuman tersebut.

Mata Rachel mengedar ke sekeliling. Melihat teman-temannya yang heboh, entah itu sedang bergosip, mabar mobile legends sambil mengumpat, atau pun bercanda gurau sambil memakan camilan.

Ia kembali memindai sekelilingnya sampai netranya menangkap sosok Alfa yang tampak duduk dengan tenang sambil membaca buku di tempatnya.

Mata Rachel memindai bentuk punggung dari pria yang duduk di depan kursinya itu. Mulai dari rambut Alfa yang hitam pekat, lalu—

Pikiran Rachel buyar sesaat seketika Alfa berbalik dan mengambil air mineral dari tas laki-laki tersebut. Tiba-tiba saja kejadian di mana Alfa yang tadi meminum air di botol miliknya terputar kembali.

Blush~

Wajah Rachel merah padam, apa yang sedang gadis itu pikirkan?

Seketika kejadian di lapangan tadi membuat rona merah merambat sampai telinganya.

Gila, ini pasti otak Rachel ada yang konslet!

"Ih apaan sih!" Rachel bergumam sendiri dengan kesal sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Clarissa menoleh bingung melihat temannya seperti cacing kepanasan, lantas ia langsung bertanya gamblang, "Ngapa sih lo? Sawan kelamaan diem di tempat apa gimana?"

Rachel menatap Clarissa tajam. Lalu menempelkan jari telunjuknya di mulut.

"Diem, Ca! Gue lagi bergelut dengan pikiran gue sendiri."

Alis Clarissa terangkat heran, Rachel sakit atau gimana? Kenapa wajahnya merah semua?

"Lo sakit, Chel? Merah semua loh muka lo?" Tanya Clarissa lagi dengan khawatir.

Rachel membalas Clarissa dengan gerakan jari telunjuk yang ia taruh di depan bibirnya, "Syuuuuut! Gue gak sakit, tapi ada masalah internal di otak gue. Kalo lo nanya gitu, muka gue tambah merah karena otak gue terus-terusan muterin hal yang gak perlu!"

Seiring dengan ucapan panjang Rachel yang sebenarnya tidak bisa Clarissa mengerti, tapi gadis dengan lesung pipi itu memilih mengikuti ucapan temannya yaitu merapatkan bibirnya sambil mengangguk.

Mungkin Clarissa bisa menyimpulkan, Rachel lagi gak waras.

Sedangkan Rachel kembali bergerak gelisah, kakinya ia getarkan di kayu bawah meja membuat meja bergetar sesuai dengan gerakan kakinya.

Di sisi lain ada Alfa yang memejamkan matanya sambil menipiskan bibir, gadis di belakangnya ini kenapa tidak mau diam sih? Alfa kan ingin membaca buku dengan tenang!

Alfa membalikan tubuhnya dengan gerakan tiba-tiba, cowok itu juga mencondongkan badannya. Rachel yang tersentak kaget pun dengan refleks memundurkan wajahnya, tak lupa matanya membelalak menandakan bahwa gerakan cowok itu benar-benar membuatnya terkejut.

Beberapa detik berlalu dengan netra mereka yang saling bertemu, masih dengan Rachel yang melotot kaget dan Alfa yang menatap tajam pada gadis itu.

"Kakinya bisa diem? Gue gak fokus."

Kepala Rachel mengangguk kaku, setelah mendapatkan jawabannya, cowok itu kembali duduk dan menyenderkan tubuhnya di senderan kursi.

Sedangkan Rachel masih pada posisi melongo karena hal yang tiba-tiba itu. Clarissa yang melihat kejadian barusan berinisiatif menjentikan jarinya di depan wajah Rachel sambil berteriak nyaring, "BACK TO EARTH!"

Rachel mengerjapkan matanya.

Beberapa detik setelahnya gadis itu berdiri dan dengan tergesa berjalan kaku keluar kelas.

Namun, Rachel malah menabrak tembok samping pintu karena jalannya yang sempoyongan.

Seluruh anak IPA 1 yang berada di kelas ikut melihat kejadian tersebut, sedangkan gadis yang mereka tatap itu kembali berdiri tegap. Saat kakinya kembali melangkah, ia malah jatuh tersungkur di lantai karena menginjak tali sepatunya sendiri.

Bugh!

"CHEL?" teriak Clarissa, dengan gelagapan Rachel kembali berdiri.

"Gue gapapa, bye!" gadis itu berlari malu dengan wajahnya yang merah padam bagai kepiting rebus.

Rachel malu!

"MAU KEMANA LO?" jerit Clarissa melihat sahabatnya seperti orang linglung.

"JONGGOL!" teriakan Rachel masih terdengar meski gadis itu sudah sepenuhnya berlari ke luar kelas.

Murid yang berada di dalam kelas seketika tertawa melihat tingkah absurd si primadona sekolah itu.

"Eh Rachel lagi salah tingkah atau gimana? Lucu anjir!"

"Gemes gitu gak sih mukanya?"

"Iya mukanya merah banget!"

Dan si pelaku yang membuat Rachel seperti itu hanya tersenyum geli mengingat wajah bodoh gadis itu.

***

"Sialan malu banget!" gerutunya dengan hidung kembang kempis.

"Ringan sama dijinjing berat sama dipikul, Alfa kayak anjing halal buat dipukul!" maki Rachel.

"Contoh itu anak anying! Dasar Alfanjing!"

Mungkin jika Rachel adalah kartun, asap sudah keluar melalui hidung dan telinganya. Serius, Rachel benar-benar kesal terhadap kejadian yang ada sangkut pautnya dengan Alfa. Soalnya tingkah laku manusia sombong itu benar-benar menyebalkan.

Langkah juga dumelan Rachel terhenti saat ia menatap pintu yang bertuliskan 'Ruang Musik'

Kerutan di dahinya memudar, bibir yang awalnya menekuk pun terganti dengan senyuman yang menyungging lebar. Iseng Rachel memutar kenop pintunya, ternyata tidak dikunci!

Gadis itu masuk perlahan, matanya mengedar ke sekitar. Terakhir dia masuk ruang ini kapn ya? Sepertinya saat kelas 10, itu pun untuk kebutuhan materi dan hanya berlangsung selama satu hari.

Rachel berjalan ke sekeliling, melihat-lihat berbagai alat musik yang tersedia. Yah, mau bagaimana pun SMA Swarna memang sekolah elit, tentu saja alat musiknya lumayan lengkap.

Lalu, Rachel menjatuhkan pilihannya pada tempat di mana biola disimpan. Dengan ragu gadis itu mengambil dan mencoba memainkannya.

Sebenarnya Rachel bisa sedikit bermain biola, itu pun sudah lama karena Rachel pernah mengikuti les nya. Entah sekarang ia masih bisa atau tidak.

Namun sepertinya inilah bakat terpendam Rachel.

Jarinya dengan lincah menari dan menggesek biola, badannya juga bergerak-gerak dengan senyum yang tak luntur terkembang di bibirnya.

Alunan-alunan cantik mulai terdengar memenuhi ruangan tersebut.

Dan kegiatan itu berlangsung setengah jam ke depan di mana Rachel asik dengan dunianya dan berhasil melupakan kejadian beberapa waktu lalu.

***

Alfa berjalan santai melewati koridor menuju ruang olahraga untuk menghampiri Pak Gun. Alasan kenapa Alfa bisa sampai dipanggil adalah karena Alfa merupakan salah satu murid berbakat yang Pak Gun andalkan, terutama di bidang basket.

Bisik-bisik para siswi yang menatap kagum pada Alfa bisa cowok itu dapatkan di sepanjang langkahnya. Yah, Alfa juga tidak terlalu peduli sih.

Langkah Alfa tiba-tiba memelan saat mencapai ruang musik. Dari luar ruangan itu, terdengar samar-samar alunan musik dari biola. Sepertinya ada seseorang yang memainkannya di dalam sana.

Dengan penasaran, Alfa mengintip di celah pintu yang terbuka. Terlihat di ruangan itu seorang cewek yang Alfa kenal sedang tersenyum manis sambil memainkan biola dengan lincah.

Badan gadis itu kedapatan bergerak-gerak lembut seiring dengan tiap gesekkan dari biola yang ia hasilkan.

Lama Alfa menikmati alunan nada yang Rachel buat sampai-sampai Alfa tak sadar jika permainan biolanya sudah terhenti.

"Ada orang di sana?" tanya Rachel dari dalam ruangan.

Alfa terkejut dan membuka matanya, saat sudah berancang-ancang untuk pergi, Alfa malah terperangah melihat apa yang dilihatnya kini.

Rachel berjalan mendekat sambil melongokan kepalanya dengan wajah polos yang membuat Alfa terkesima.

Gadis itu entah kenapa terlihat manis.

Langkah Rachel kedapatan semakin dekat dengan posisi Alfa saat ini, buru-buru Alfa berjalan pergi meninggalkan pintu ruang musik.

Dengan penasaran Rachel membuka lebar pintu dan melongokan kepalanya melihat ke sana-ke mari. Namun yang ia dapatkan hanyalah sepi, tidak ada satu orang pun yang ia dapati di sekitaran ruang musik.

"Siapa sih? Apa perasaan gue doang ya?" monolog cewek itu.

Setelah kembali memastikan tak ada siapa pun, Rachel tak ambil pusing dan memilih untuk kembali masuk.

Dan setelahnya, alunan biola kembali terdengar, membuat Alfa yang sedang bersembunyi di balik tembok pembatas ruangan tersenyum kecil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!