05

Inka membuka matanya dan menatap ke sekeliling ruangan yang tampak asing. Ia menatap dinding dan gorden yang berbeda dengan yang ada di kamarnya.

"Kamu udah sadar, sayang?" ujar Elisha sembari menghela nafas lega karena Inka sudah siuman.

"Emang aku kenapa, Mi?" tanya Inka yang masih mencoba mengembalikan ingatannya. Ia mencoba untuk duduk, tetapi Elisha melarangnya karena Inka baru saja sadar.

"Kamu pingsan waktu di restoran sampai kamu harus di bawa ke rumah sakit sama kakak kamu, sayang!" Penjelasan sang ibu, membuat Inka samar-samar mulai mengingat semua kejadian sebelum ia tak sadarkan diri. Ia merasa sangat kesal karena merasa gagal lagi dan lagi. Ketakutannya akan masa lalu itu seakan membunuhnya.

"Leticia!" ujar Inka lirih. Inka menghela nafas berat sembari menutup matanya agar sang ibu tak melihat air mata yang kembali membuat matanya berembun. Tak lama terdengar suara Asher dan Kanigara di dalam ruang rawat inap VVIP yang ditempati oleh Inka. Inka tetap menutup matanya agar terlihat seperti tidur karena ia merasa belum siap untuk menjawab pertanyaan yang pasti akan diajukan oleh mereka.

"Ada obat penenang yang ditemui perawat di saku blazer Inka, Mi. Dan udah dilakukan juga cek darah untuk memastikan Inka memang mengonsumsi obat itu," jelas Asher kepada sang ibu yang membuat Inka meremas selimut yang menutupi tubuhnya karena merasa salah satu rahasia yang selama ini dijaganya akan segera terbongkar. Suara sendu sang ibu saat berbicara dengan sang kakak, mengiris hati Inka. Ia tak ingin membuat keluarganya kembali bersedih karenanya. Saat Inka dibakar bersama vila milik Kanigara di masa lalu, Inka merasa mendengar teriakan sang ibu dan Asher yang memanggil-manggil namanya. Entah itu halusinasi menjelang kematiannya, atau memang kejadian nyata yang ia alami. Inka menekan dadanya yang terasa sesak, setetes air bening akhirnya lolos dari pelupuk matanya.

Kanigara berpamitan dengan Elisha dan Asher karena melihat bahwa Inka masih tertidur. Ia tak punya cukup waktu bila harus menunggu hingga Inka bangun, karena Kanigara harus terbang ke Surabaya malam itu juga. Sebelum pergi ia menatap gadis yang terbaring di bangsal rumah sakit itu dengan lekat. Semakin melihat wajah Inka, hatinya semakin yakin bahwa ia pernah bertemu dengan gadis itu. Kanigara mendekati Inka dan berdiri di samping bangsalnya.

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Kenapa kamu terasa tak asing bagiku?" ujar Kanigara lirih yang masih bisa didengar oleh Inka. Jantung Inka bertalu, ia merasa cemas mendengar kata-kata Kanigara itu. Inka yakin seratus persen bahwa dalam kehidupan sebelumnya, ia baru bertemu suaminya itu di tahun 2020 saat peresmian kantor cabang Alora Group yang baru di Batam dan ia jatuh cinta pada pandangan pertama pada lelaki berhidung mancung dengan tinggi menjulang itu.

Kenapa Kanigara terus menanyakan hal yang sama? batin Inka. Setelah kepergian Kanigara, Inka memilih untuk membuka matanya dan bersiap menghadapi dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh keluarganya. Dan benar saja baru beberapa menit Inka membuka matanya, Asher langsung menghujaninya dengan berbagai pertanyaan yang membuat gadis itu langsung merasa lelah.

"Iya memang aku ngonsumsi obat penenang kak, tapi obat itu aku minum kalo aku lagi engga bisa tidur aja. Aku minum obat penenang sejak tiga tahun yang lalu. Mungkin tekanan pekerjaan ngebuat aku jadi menderita insomnia. Aku udah konsultasi ke dokter kok, sebelum make obat itu. Dan dosisnya juga rendah, klo engga percaya kakak boleh cek kadar obat ini ke lab kok," jelas Inka untuk memperkuat alibinya. Ia terus berdoa agar Gianna segera datang untuk mendukung alibinya itu. Karena saat siuman tadi, Inka langsung mengirim pesan kepada Gianna agar segera datang ke rumah sakit.

"Tapi kamu kok engga pernah bilang kalo kamu sering susah tidur sayang? Mami kan bisa bantu kamu nyari solusi alternatif daripada kamu harus ngonsumsi obat penenang," ujar Elisha dengan raut wajah sedih. Inka merasa sangat bersalah karena harus terus membohongi keluarganya. Namun ia tak punya pilihan lain, karena ia tak ingin keluarganya khawatir memikirkan dirinya. Inka menggenggam tangan sang ibu dengan erat dan berusaha menenangkannya.

"Mi, maafin Inka ya, aku cuma engga mau kalian khawatir. Beneran aku baik-baik aja Mi. Trust me, please!" pinta Inka yang membuat Elisha menatap putri semata wayangnya itu dengan sayang. Asher dan Elisha pun mengalah dan tak lagi memperpanjang masalah itu. Asher juga menyimpan pertanyaan yang sebenarnya ingin ia ajukan kepada sang adik terkait perkataan Inka tentang alergi yang diidap oleh Kanigara. Ia memilih menunggu waktu yang tepat untuk menanyakan perihal itu kepada Inka.

****

Setelah dirawat inap selama dua hari, akhirnya Inka diperbolehkan untuk pulang. Inka terlihat gembira karena akan pulang, karena ia sudah bosan berbaring terus tanpa melakukan apapun. Asher melarangnya untuk melakukan pekerjaan kantor karena menurut dokter yang merawat Inka, gadis itu mengalami stres dan juga kelelahan. Inka hanya bisa pasrah saat Asher menyita ponsel dan laptopnya selama dua hari penuh yang membuat gadis itu hampir mati karena bosan.

"Kita harus segera mencari solusi untuk masalah kamu ini, Ka! Gimana kamu mau balas dendam kalo setiap kali bertemu orang dari masa lalumu, yang terjadi kamu malah gemetar dan kali ini sampe pingsan pula?" gerutu Gianna saat mereka berdua sudah berada dalam kamar Inka. Sejak hari pertama Inka dirawat, Gianna sudah setia menemani sahabatnya itu. Gianna juga melakukan tugasnya dengan sangat baik sebagai pendukung alibi Inka agar keluarganya tak lagi curiga terhadap alasan yang dikemukakan oleh Inka. Saat mereka sedang duduk berdua di taman rumah sakit, Inka pun sudah menceritakan kejadian yang dialaminya hingga menyebabkan gadis itu pingsan.

Gianna merasa terkejut sekaligus geram saat mendengar nama Leticia disebut oleh Inka. Inka dan Gianna pun menyusun rencana untuk menyelesaikan masalah kesiapan mental Inka dalam menghadapi orang-orang dari masa lalunya yang sepertinya muncul lebih awal dibanding saat pertemuan mereka di kehidupan pertama Inka. Inka pun meminta Gianna untuk menyewa detektif swasta untuk mencari informasi tentang semua orang yang ada dalam list yang diserahkan oleh Inka.

Sembari menunggu semua informasi terkumpul, Inka kembali membekali dirinya dengan mempelajari sistem hukum perdata dan pidana Indonesia, yang akan sangat ia perlukan dalam upaya balas dendamnya. Inka bahkan sampai meminta saran dari konsultan hukum terkemuka di kotanya tentang beberapa kasus penipuan dan kekerasan yang ia alami di kehidupan pertamanya dulu. Inka juga kembali rutin melakukan sesi konsultasi ke psikiaternya. Inka tak ingin kecolongan lagi kali ini. Karena ketidaksiapan mentalnya waktu itu rahasia yang disimpannya rapat itu hampir saja terbongkar.

****

Sudah beberapa bulan berlalu dari kejadian pingsannya Inka, Kanigara sama sekali tak pernah muncul lagi. Menurut informasi yang Inka dapat dari detektif swasta sewaannya, Kanigara sedang mengurus cabang perusahaannya yang ada di Batam. Inka mensyukuri berita yang dengarnya itu, karena itu berarti Inka memiliki waktu untuk membenahi dirinya sebelum pertemuan mereka yang pasti akan kembali terjadi.

Suatu malam, Inka menemui Oliver sang ayah untuk memohon sesuatu. Oliver tahu bahwa Inka akan membahas sesuatu yang penting bila putrinya itu sampai meminta untuk berbicara empat mata dengannya. Tetapi Oliver tak bisa menebak arah pembicaraan Inka karena putrinya yang sekarang sudah banyak berubah. Dulu Oliver selalu bisa menebak pikiran Inka karena Inka itu sangat polos dan terbuka, tetapi perubahan Inka membuat Oliver merasa tak lagi bisa mengenal putrinya dengan baik. Banyak tindakan Inka yang membuat keluarganya terheran-heran. Inka sudah duduk beberapa menit di hadapannya, tetapi belum ada satu patah kata pun keluar dari mulut putrinya itu terkait maksud ia menemui Oliver. Namun Oliver sama sekali tidak mengintrupsi keheningan yang tercipta di antara mereka. Ia hanya memperhatikan tingkah laku Inka dengan saksama.

"Ehm, pi..., mungkin ini akan jadi sedikit aneh tapi aku punya satu permintaan khusus dan aku mau papi ngelaksanainnya waktu acara peresmian kantor cabang kita yang baru," ujar Inka yang memulai pembicaraan mereka dengan sedikit ragu. Tapi ia memilih memberanikan diri untuk melakukan tindakan nekat itu demi mencapai tujuannya.

Oliver masih diam dan menunggu kelanjutan dari perkataan sang putri. Inka sedikit meremas tangannya karena gugup. Sebagai seorang putri yang selalu disayangi oleh sang ayah, Inka yang dulu tak akan segan bersikap manja kepada Oliver. Namun Inka yang saat ini berdiri di depan sang ayah bukan Inka yang kolokan seperti yang ada di masa lalu, entah sejak kapan Inka tak lagi bermanja ria kepada ayahnya itu. Ia memilih untuk menjadi lebih dewasa dalam sikap dan tak meminta hal-hal yang akan memberatkan pikiran sang ayah kecuali permintaannya malam itu.

"Pi, lamar Kanigara Janu untuk jadi suami aku...."

****

Terpopuler

Comments

Ruby Jane

Ruby Jane

oke skip, mc nya lemah ternyata.

2024-11-13

0

kavena ayunda

kavena ayunda

lemah bgt jd cwek bodoh

2023-08-08

1

Sartini Dimitri Mah

Sartini Dimitri Mah

ya ampun inka bukannya menghindar biar ga sial Dua Kali lah ini malah mengulang cerita lama hadeh dasar perempuan bucin

2023-07-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!